Pada situasi ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini, tekanan globalisasi, faktor efisiensi sebagai faktor penentu untuk menang dalam kompetisi, membuat setiap individu harus selalu dalam keadaan yang tegang dan melelahkan. Tekanan ekonomi ini merembes juga kedalam keluarga, hal ini dapat menimbulkan problem, masalah bahkan perceraian.
Banyak karyawan sudah jenuh bekerja karena beban pekerjaan yang terus menerus meningkat, kadang terasa tidak atau kurang diimbangi dengan paket remunerasi yang cukup. Sikap apatis atas program-program perusahaan membuat setiap perencanaan tidak akan efektif dalam pemaksimalan kompetensi karyawan maupun perusahaan.
Dr. Denis Waitley menulis buku tentang "The Joy of Working" mengajarkan tips-tips praktis bagaimana menikmati suasana baru di dalam bekerja - sukacita dalam bekerja. Bagaimana kita memiliki sikap mental pemenang dalam menghadapi rutinitas, kejenuhan, dan sikap apatis di dalam diri karyawan. Pelajaran ini juga bermanfaat dalam membangun spirit kebersamaan (Team Spirit) dalam mencapai goal dari perusahaan, sikap bekerja sama dibangun menjadi sebuah gaya hidup yang menjadi nilai-nilai korporat.
Bobbi Deporter dalam bukunya "Quantum Business" menekankan pentingnya kreativitas untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. Bagaimana meningkatkan cara belajar yang terus menerus ditambah dengan kreativitas yang akan menghasilkan multiplikasi kesuksesan? Pada kesempatan kali ini akan dibahas tiga kunci dalam membangun kuasa suka cita dalam bekerja (Rejoicing Power).
Continuous Learning (Pembelajaran Terus Menerus)
Kita adalah mahluk pembelajar, sejak kecil kita sudah memiliki naluri untuk belajar dan alam juga sudah menjadi sarana yang luas dan luar biasa bagi kita setiap individu untuk belajar. Dari sebelum kehamilan kita harus menjadi benih yang harus belajar survive dan bertumbuh, bagimana kita makan, berjalan, berlari hingga berpikir semuanya dipenuhi dengan aktifitas belajar.
Proses belajar adalah proses seumur hidup atau terus menerus, tanpa belajar maka kita akan berhenti - Ketika kita berhenti maka ketidak normalan terjadi. Otak kita akan mengalami kemunduran ketika tidak digunakan, maka jelas otak kita juga diciptakan untuk berpikir dan belajar.
Dimana dan bagaimana kita belajar? Kita dapat belajar dimana saja, ketika kita akrab dengan lingkungan kita dapat belajar, di keluarga kita belajar nilai-nilai dan budaya, di sekolah kita belajar budi pekerti dan pengembangan kecerdasan lewat ilmu pengetahuan.
Kapan mulai belajar dan kapan berhenti? Kita harus belajar sejak sedini mungkin dan belajarlah terus menerus seumur hidup kita. Apakah belajar itu harus mahal? Memang belajar pasti membutuhkan usaha dan biaya, tetapi tidak selalu belajar itu mahal. Belajar dapat dilakukan melalui buku, perpustakaan, media cetak dan media-media lainnya, bahkan kita dapat belajar dari keluarga, lingkungan dan kehidupan sosial termasuk belajar pada masa krisis seperti sekarang ini. Kuncinya kita harus terus belajar untuk menemukan sukacita di dalam pekerjaan, keluarga dan kehidupan.
Boosting Your Creativity (Pompa Kreativitas)
Albert Einstein menemukan rumus Relativitas dan beliau membuktikan bahwa apapun dapat ditransformasi menjadi ENERGI. Rumus Relativitas Einteins digunakan oleh Bobbi Deporter untuk menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan untuk sukses yang sama; setiap individu dapat saja memiliki modal atau kemampuan yang sama tetapi hasilnya belum tentu sama, karena hal ini ditentukan oleh kreativitasnya.
E = m c ²
E = Kesuksesan
m = Modal/Kesempatan/Potensi/Kemampuan
c = Kreativitas
Dari rumus di atas terbukti bahwa Kreativitas memiliki kesempatan multiplikasi yang jauh lebih besar dibandingkan Modal, Kesempatan, Potensi yang dimiliki seseorang. Mengapa ada yang gagal didalam karirnya dan yang lainnya berhasil? Perbedaannya ada pada Kreativitasnya, mari kembangkan kreativitas kita khususnya pada masa seperti sekarang ini. Problem adalah konstan maka kita harus mencari jalan keluar dari problem dengan cara sekreatif mungkin.
Managing Priority (Mengelola Prioritas)
Pada masa sulit, sibuk dalam bekerja adalah waktu yang tepat untuk menunda-nunda pekerjaan. Kita berharap besok adalah lebih baik untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini, ternyata tidak - karena besok memiliki kesusahannya sendiri. Musuh prioritas adalah menunda-nunda, jadi kalau kita menunda pekerjaan maka sebenarnya kita sedang menumpuk dan merakitnya menjadi sebuah bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak.
Prioritas menjadi penting karena :
a. Waktu terus berlalu - tidak ada replay atau time-out. Kalau kita kehilangan kesempatan maka hal itu tidak akan terjadi lagi.
b. Kita harus hidup efektif, maka kita harus menata waktu kita dengan baik. Orang yang berhasil dan gagal sama-sama memiliki 24 jam sehari sebagai waktu berproduktifitasnya.
Dengan memiliki Sikap Mental Pemenang maka kita akan menganggap krisis dan masa sulit seperti sekarang adalah proses pembelajaran yang bermanfaat. Atasi dan carilah jalan keluar dengan kreativitas yang optimum. Untuk berhasil melewati semua hal ini dengan sukacita maka kita harus mengelola prioritas hidup kita, mari lakukan apa yang harus bukan apa yang mau. Salam Sukacita dalam Bekerja!
"When we use our Winner Mental Attitude then we are being produces atomic energy to do GREAT things"
Ditulis oleh:
Ir. Bambang Syumanjaya, MM, MBA, CBA - Enter-Trainer International Certified Behavior Analyst & Multiple Intelligence Consultant, Konsultan Bisnis & Konsultan Keluarga yang berpengalaman dalam pengembangan dan pelatihan kepemimpinan, pengembangan pribadi dan peningkatan motivasi. Founder dan Konsultan Utama dari Family DISCovery, sebuah Konsultan Keluarga Pertama dan Terlengkap di Indonesia. Seorang ENTER-TRAINER, Public Speaker di dalam Seminar dan Training Motivasi untuk Perusahaan maupun Organisasi. Pembicara di Interactive Radio Talk Show - SMART FM 95,9 yang disiarkan langsung di 8 Kota di Indonesia setiap hari RABU jam 21.00 - 22.00 malam
Hotline: (021) 4587 4066 (Hunting) - 709 79488
www.family-discovery.com