Mungkin di benak Anda sudah tersusun begaimana akan menggunakan THR itu, yang besarannya mulai satu hingga dua kali gaji, tergantung 'kemurahan hati' perusahaan. Untuk yang ingin move to udik alias pulang kampung, sebagian dana akan dialokasikan untuk keperluan itu.
Yang tidak mudik biasanya mengalokasikan THR untuk belanja dan membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak terbeli pada hari biasa karena keuangan cekak. Nafsu belanja masyarakat menjadi tinggi karena memegang uang dalam jumlah banyak ditambah dengan 'rayuan maut' toko yang menawarkan diskon gila-gilaan. "Borong ah, mumpung diskon dan ada duit..." Bukan hal aneh lagi jika itu yang ada di kepala.
Tampaknya 'penyakit gila belanja saat THR tiba' memang termasuk jenis 'penyakit tahunan' yang sulit disembuhkan. Hal ini juga diamini Safir Senduk, konsultan Perencana Keuangan, "Menghabiskan uang THR dengan berbelanja sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Misalnya selama ini mereka ingin membeli pesawat televisi yang lebih besar, namun karena gajinya tidak mencukupi, keinginan itu tidak bisa terpenuhi. Dengan mendapat THR, mereka mempunyai kesempatan memenuhi keinginan itu."
Anda termasuk yang seperti ini? Jika demikian, Anda perlu belajar lagi menata keuangan 'yang benar' agar THR benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Safir, belanja dikeklompokkan menjadi tiga hal, yaitu yaitu untuk kebutuhan hari raya, untuk kebutuhan keluarga yang tidak terbeli pada hari-hari biasa, dan terakhir adalah belanja untuk kebutuhan pribadi yang tidak terbeli sebelumnya.
Apa pun tujuan belanja, Safir berpesan, pergunakanlah uang THR dengan bijak. Nah, sebelum memutuskan menghabiskan uang THR, Safir menyarankan uang THR disisihkan sebagian untuk membayar utang. Dengan demikian THR bisa meringankan beban utang dan bunga yang harus dibayar pada bulan-bulan yang akan datang.
"Manfaatkan THR untuk membayar utang kepada perorangan, utang kartu kredit, atau utang dengan bunga besar yang tidak terjadwal. Kalau utang cicilan rumah atau cicilan mobil sudah terjadwal dan terhitung, sehingga tidak terlalu berpengaruh jika dibayar dengan uang THR," kata Safir.
Besarnya dana yang dipakai untuk membayar utang dibatasi maksimal 30%. Sisihkan lagi sebesar 10% untuk ditabung. Sisanya baru digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya.
"Jika kebutuhan untuk hari raya cukup besar, maka porsi 30% bisa dikecilkan menjadi 20%, namun tetap harus ada dana yang disisihkan untuk utang dan tabungan," tandasnya. Jika tidak memiliki utang, sebaiknya perbesarlah jatah tabungan.
"Kebutuhan hari raya kadang-kadang sangat besar, terutama bagi orang yang mudik. Penyisihan sebagian uang THR untuk ditabung akan sangat membantu kondisi keuangan setelah hari raya," kata Safir lagi.
Sumber : safir senduk