Terkadang actions speak louder than words dan hal itu terutama berlaku dalam membesarkan anak. Minggu lalu suami dan saya mampir ke resotran cepat saji, kami sedang terburu-buru, sehingga kedua anak kembar saya, berumur 11 tahun, saya suruh untuk mengantri dan jangan lama-lama. Mereka bergegas masuk dan mengantri. Pada saat itu sedang waktunya makan siang sehingga restorannya penuh dan ramai. Tiba-tiba salah satu anak saya melihat ada wanita tua sedang menuju pintu. Dia membawa di tangannya makanan, dompet dan jaket. Kemudian, kami melihat anak kami meninggalkan antrian dan berlari untuk membukakan pintu untuk wanita tersebut. Dia menahan pintunya dan pada saat wanita tua itu mengucapkan terima kasih, dengan sopannya dia menjawab," sama-sama ."
Pada saat anak-anak masuk ke mobil saya segera melakukan apa yang dokter anak saya yang bijaksana itu katakan bertahun-tahun yang lalu. Dia menasehati saya untuk selalu memuji anak-anak pada saat saya "memergoki mereka berbuat baik."
"Russel," Kata saya, " Saya lihat kamu meninggalkan antrian dan membukakan pintu untuk wanita itu. Kamu baik sekali."
Russel memandang ayahnya dan tersenyum. " Terima kasih, ma. Saya belajar hal itu dari papaku. Waktu itu aku melihatnya melakukan hal yang sama."
Bill dan aku saling tersenyum satu sama lain. Itu merupakan momen yang istimewa sebagai orang tua.
Para orang tua dapat mengatakan pada anaknya bagaimana mereka harus berperilaku tetapi dengan menunjukkannya pada mereka jauh lebih efektif. Memberikan contoh perilaku yang benar merupakan statement yang lebih kuat. Kekristenan juga berlaku sama. Pada saat kita mengikuti langkah Yesus dan melakukan kehendaknya, kita memancarkan sinarNya ke dunia yang gelap. Kita bisa menceritakan pada orang lain mengenai Yesus tetapi jika kita tidak menunjukkan kepada mereka melalui kehidupan yang kita jalani, perkataan kita tidak ada artinya.
Saya pernah membaca sebuah cerita mengenai seorang ibu muda yang sedang membersihkan rumahnya. Anak bungsunya membututi dia kemanapun dia jalan. Dia mengikuti persis kemanapun ibunya melangkah. Akhirnya setelah dia menginjak kaki anaknya untuk ketiga kalinya dia berhenti memberseihkan rumah, berkacak pinggang dan memandang anaknya denangan wajah frustasi. " Nak, apa yang sedang kau lakukan?"
Dia memandang ibunya dan berkata, " Ma, guru sekolah Mingguku mengajarkan padaku untuk berjalan mengikuti jejak langkah yesus tetapi karena Dia tidak ada di sini sekarang, aku pikir aku mengikuti mama saja. "
Anak-anak berharap pada bimbingan kita tetapi jika apa yang kita katakana bukan seperti yang kita lakukan, mereka akan dengan segera berhenti mendengarkan kita. Para orang tua hanyalah manusia belaka dan ya, kita bisa melakukan kesalahan, tetapi jika kita secara konsisten mencoba untuk berjalan dalam jalan Yesus maka kita akan membawa anak kita ke arah yang benar. Karena kita hanya manusia yang terkadang kita tidak mengerti yag mana arah yang benar.
Belum lama ini saya diundang untuk berbicara kepada murid-murid SD mengenai menulis. Saat saya sudah selesai, saya meninggalkan sekoklah tersebut dan menyetir pulang lewat tol. Setelah jalan sekitar 10 mil, saya membaca papan rambu "Keluar Glendale." Saya memandang rambu tersebut dengan terkejut. Bukannya saya pulang kea rah selatan menuju rumah, saya justru mengarah ke utara!
Saya pikir saya ke arah yang benar, tapi ternyata tidak. Semakin lama saya tetap berada di jalur tersebut, semakin jauh saya dari tujuan saya. Semakin saya pikirkan mengenai pengalaman tersebut, saya semakin melihat paralel antara kejadian tersebut dan kekristenan. Ada banyak orang yang sangat baik yangberpikir mereka berjalan di jalan yang benar tetapi ternyata tidak. Entah karena mereka terlalu gengsi untuk berhenti dan menanyakan jalan (bantuan) atau mereka tidak mau menggunakan waktu untuk membaca peta (Alkitab), jadi mereka terus berjalan, tidak memperdulikan papan penunjuk arah.
Sedangkan yang lainnya berpikir tidak masalah anda lewat jalan yang mana, semua jalan menuju ke Surga. Tidak semua jalan menuju ke Surga.
Yohanes 14:6 berkata, "Yesus berkata kepadanya, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seoran gpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Dan Efesus 4:5 "satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Than, satu iman, saty baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua."
Bukan tiga, bukan dua...satu.
Satu Tuhan, satu Yesus, satu Roh Kudus, dan satu jalan ke surga. Bukan jalan saya atau jalan anda tetapi jalanNya.
Bagaimana kita bisa mengenal Yesus jika kita tidak mencariNya? Bagaimana kita bisa memiliki hubungan denganNya jika kita tidak berdoa? Bagaimana kita melakukan kehendaknya jika kita tidak datang ke gereja dan mengajak orang lain juga? Bagaimana mungkin kita berharap anak kita mengenal Yesus jika kita sendiri tidak mengenalNya.
Belajarlah untuk berjalan di JalanNya. Kita tidak bisa menjadi contoh yang "sempurna" untuk anak-anak kita, tetapi Dia adalah contoh yang sempurna. Dengan mengikutiNya akan mengubahkan hidup anda. Hal itu akan menentukan dimanakah anda akan menghabiskan kekekalan dan dengan berjalan di jalanTuhan, tidak saja kita sedang berjalan di jalan yang benar, tetapi kita juga sedang menuntun anak kita ke arah yang benar.
Sumber : www.cbn.com