"Hanya seorang istri, hanya seorang ibu rumah tangga"
Kita mungkin tidak dinilai rendah seperti kasus wanita Italia di atas, tapi seringkali mungkin kita kurang dihargai. Sangat sulit bagi banyak pria untuk menghargai apa yang sudah kita lakukan karena mereka sendiri tidak dibesarkan untuk itu dan tidak terbiasa melakukannya. Pada umumnya, wanita melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga, jadi ada asumsi bahwa kita tidak sama pentingnya dengan pria, yang dapat melarikan diri dari kebosanan. Mungkin anda pun mempunyai pemikiran seperti ini, mempertanyakan siapa diri anda sejak anda menjadi "hanya seorang ibu" atau "hanya seorang istri". Pada akhirnya, semuanya akan lewat begitu saja kecuali pengaruh seseorang. Pengaruh yang kita punya terhadap anak-anak kita atau para tetangga kita mungkin bahkan lebih penting dibanding pekerjaan apapun yang kita punya, dan pengaruh ini hanya mungkin jika kita punya pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah, entah apakah kita juga bekerja di luar atau tidak.
Waktu untuk pertemuan keluarga
Jika suami anda meremehkan peranan anda, maka dia mempunyai nilai-nilai diluar Kristus. Sediakan waktu untuk pertemuan keluarga dan bicarakan kemana arah anda membawa keluarga ini. Bagaimana dia mau anak dibesarkan? Apa yang ingin dia capai untuk keluarga ini dalam jangka panjang? Nilai-nilai apa yang dia ingin anak-anak miliki? Bagaimana cara yang dia dan anda mau untuk mengembangkan mereka? Banyak orang tidak pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Mereka sibuk menjalani hidup dengan bekerja tanpa mempertanyakan alasan dibalik semua yang sedang mereka lakukan. Letakkan semua di meja: pekerjaan suami anda, pekerjaan anda, masalah sekolah anak anda, semua komitmen dan aktivitas anda, dan bertanyalah kepada Tuhan visi untuk keluarga anda. Sekali anda berdua mempunyai 1 visi, maka anda berdua akan lebih mudah dalam melihat bagaimana peranan masing-masing saling memberikan kontribusi untuk mencapai visi itu.
Bahkan walaupun suami anda bukan seorang percaya, anda masih dapat mendiskusikan arah dari keluarga anda. Bertukar pikiran tentang bagaimana anda berdua yakin bahwa keluarga anda mencapai tujuan-tujuan yang telah anda tetapkan. Kesempatan seperti ini akan membuka peluang untuk menghargai hal-hal yang kita, wanita lakukan, seperti membuar suasana rumah nyaman dan membesarkan anak. Sekali anda mengungkapkan pentingnya kontribusi anda, akan lebih mudah bagi timbulnya keinginan suami anda untuk juga membantu anda dalam pekerjaan rumah tangga, atau, paling tidak untuk bersyukur atas keberadaan anda.
Melayani dan rasa hormat
Kadangkala kita tidak dihargai karena kita tidak bersikap sebagaimana seharusnya. Rasa hormat bukan sesuatu yang bisa kita tuntut. Kita bisa menuntut kepatuhan, tapi kita tidak bisa menuntut rasa hormat. Rasa hormat adalah tindakan sukarela yang digerakkan oleh kemauan. Jika kita ingin dihormati, kita harus bertindak sedemikian rupa sehingga orang lain menghormati kita. Pesan ini tidak disampaikan dengan jelas di gereja. Alkitab memang jelas memberitahukan kita untuk melayani satu sama lain dalam kasih (Galatia 5:13). Jadi banyak yang mengira bahwa kita bisa mengijinkan orang lain untuk menuntut kita, bahkan merendahkan kita. Namun Alkitab juga mengatakan bahwa kita sangat dihargai oleh Tuhan, sampai sehelai rambut kitapun terhitung (Lukas 12:7). Yesus datang ke dunia sebagai pelayan, tapi Dia tidak berhenti menjadi anak Allah. Saat Dia membasuh kaki murid-muridNya, Dia menunjukkan bahwa Dia bisa melakukan hal-hal "rendahan", tapi itu tidak berarti Dia rendah atau tidak layak. Sebagai wanita, kita juga melakukan banyak hal "rendahan": mencuci pakaian dalam, membersihkan toilet, menyeka hidung anak, dan lainnya. Tapi itu tidak berarti bahwa kita lebih rendah daripada yang kita layani.
Apakah melayani itu berarti kita harus mengorbankan semua kebutuhan kita? Bisakah kita sekaligus melayani dan juga dihormati saat kita mempertimbangkan bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang lain? Filipi 2:4 mengatakan: "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." Perhatikan bahwa tidak ada perkataan yang menganjurkan kita untuk mengabaikan semua kebutuhan diri kita, kita hanya perlu mempertimbangkan juga tentang orang lain. Saya pikir ini berhubungan dengan tujuan dari melayani. Hal yang paling diperdulikan Tuhan adalah membawa orang-orang mendekat kepadaNya (Yoh 3:16-17). Dia ingin orang-orang untuk menjadi seperti Kristus (Roma 8:29). Berarti sebagai hambaNya, hal ini juga seharusnya menjadi tujuan utama kita. Pelayanan yang sesungguhnya seharusnya membawa orang mendekat kepada Kristus.
Jika kita memanjakan anak kita, mereka tidak akan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan mereka, dan bahkan terhadap kesalahan mereka. Mereka akan tumbuh dewasa dengan pemikiran bahwa hidup yang baik atau enak itu dapat mereka peroleh tanpa berusaha, atau mungkin saja mereka terlibat dalam tindakan-tindakan beresiko tanpa berpikir akan konsekuensinya. Jika kita melakukan hal yang sama untuk suami kita, kesempatan untuk mempunyai hubungan pernikahan yang ditandai dengan saling menghormati dan menghargai akan sangat berat. (Dan jika) suami dan anak-anak anda tidak menghormati anda, akan sangat sulit bagi anda untuk menjadi teladan Kristus bagi mereka.
Bagaimana kita bisa menentukan tindakan-tindakan apa saja yang termasuk melayani dan tindakan yang sudah mengijinkan orang lain untuk tidak mengormati kita?
Ikuti kelanjutan artikel ini di menu "Husband and Wife" selanjutnya!
Sumber : christianwomentoday