Sumber Kesaksian : Fritz Waroy Selama seminggu Fritz Waroy terapung-apung di tengah lautan. Kondisi badannya yang semakin melemah membuat dirinya hanya berserah kepada Tuhan.
Di tengah laut tidak ada gelombang dan daratan juga tidak terlihat. Semua hanya air saja. Gunung-gunung di Manokwari juga tidak terlihat sama sekali. Perahu motor kami mengalami kerusakan mesin karena kehabisan oli. Mulai hari Senin sampai hari Sabtu jam 12 kami masih tidak ada pertolongan. Kami merasakan sudah tidak ada harapan lagi satu minggu itu. Padahal keluarga besar kami sudah mencari kemana saja selama seminggu namun tidak berhasil menemukan.
Keluarga waroy sangat panik. Biasanya mereka tiga hari melaut sudah pulang, kali itu sudah tiga hari mereka belum juga pulang. Akhirnya anak-anak Waroy memutuskan untuk mencari, samun sampai seminggu belum berhasil menemukan.
Kami mengambil inisiatif untuk melepas pakaian dan menjahitnya menjadi sebuah layar. Ketika ada angin perahu kami dapat berjalan meskipun perlahan kami akhirnya sampai ke daratan. Selama seminggu itu kami tidak ada makanan sama sekali dan kehabisan air, kami hanya memakan rumput laut.
Setelah hampir seminggu terapung-apung di tengah laut membuat Waroy sadar akan kesalahnnya yang pernah menolak panggilan Tuhan. Akhirnya Tuhan memberikan pertolongan. Waroy sadar untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua melaksanakan panggilan Tuhan atas hidupnya dengan melayani Tuhan sungguh-sungguh. Akan tetapi penderitaannya belum berakhir. Saat dia sedang melayani di pedalaman penglihatannya semakin tidak berfungsi.
Pencobaan berikutnya datang Ketika saya melayani makin hari makin tidak melihat. Pandangan saya kabur meskipun melihat jarak dekat seperti sudah tidak berfungsi lagi. Isteri saya katakan kemungkinan besar saya terkena katarak karena sering di laut dan terkena garam air laut. Semakin hari semakin kabur sampai akhirnya tidak bisa melihat lagi.
Sampai suatu ketika kedua mata saya benar-benar tidak bisa melihat, hanya gelap begitu. Saya kebingungan, pencobaan apa lagi yang akan saya hadapi. Saya mencoba interopeksi diri lagi, apakah dosa saya. Dokter di papua mengatakan kepada saya kalau mata saya sudah tidak berfungsi lagi. Sampai 12 tahun saya menderita kebutaan ini. Di dalam hati saya betanya, mengapa Tuhan tegur saya seperti ini.
Setelah 12 tahun hidup dalam kebutaan, pergumulan Waroy akhirnya terjawab juga. Dari dana yang dikumpulkan oleh para jemaat gereja akhirnya Waroy mendapatkan kesempatan untuk dioperasi. Keterbatasan fasilitas medis, ketidak mampuan secara finansial dan kurangnya pengetahuan Waroy tentang penyakit katarak menyebabkan ia harus menderita kebutaan selama 12 tahun. Akhirnya doa-doa Waroy terjawab.
Saya melihat kembali. Seperti bayi lagi, saya tidak mengenali isteri dan anak-anak saya. Saya sangat bersuka cita ketika mata saya sembuh. Saya akhirnya bisa melihat kembali dan bisa melayani Tuhan dengan maksimal lagi. Tidak ada jalan lain selain melalui Tuhan Yesus sendiri. Ketika saya berharap dan hanya berserah kepada Tuhan, tidak ada lagi penderitaan. Di dalam Tuhan hanya ada sukacita. |