Alergi kerap dianggap angin lalu. Padahal, persentase anak pengidap alergi amatlah besar. Komplikasi akibat alergi bisa mengganggu perkembangan fisik dan fungsi otak anak. Ada serangkaian tes yang bisa diambil untuk menentukan jenis alergi Si kecil. Berdasar penelitian Badan Kesehatan Dunia atau WHO, saat ini satu dari empat anak di dunia didiagnosa mengidap alergi. Yang jadi masalah, alergi pada anak tidak sesederhana yang kita ketahui. Alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali, mulai ujung rambut sampai ujung kaki, dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi.
Alergi, jelas dr. Widodo Judarwanto, SpA, dari Allergy Behaviour Clinic, merupakan suatu proses inflamasi (peradangan) yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat, melainkan juga proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan, dan pengontrol internal. Faktor genetik sangat berperan dalam "penularan" alergi. Maksudnya, jika kedua orangtua mengidap alergi, maka 60-80 persen anak kemungkinan mengidap alergi. Jika hanya salah satu orangtua yang mengidap, seorang anak kemungkinan 30-40 persen mengalami hal sama. Sementara jika ayah-ibunya tidak mengidap alergi, kemungkinan anak terkena alergi kira-kira 5-15 persen.
GEJALA MIRIP TBC
Gejala umum alergi mirip penyakit TBC. Misalnya, sering batuk, berat badan tidak bagus, makan susah, dan berkeringat di malam hari. "Akibatnya, sering terjadi overdiagnosis TBC. Artinya, minum obat jangka panjang padahal belum tentu menderita TBC," ujar Widodo.
Berikut gejala pada bayi yang sering dikaitkan dengan alergi :
- Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan, terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok.
- Sering muntah/gumoh, kembung, cegukan, buang angin keras, sering rewel gelisah terutama malam hari.
- Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering.
- Napas berbunyi grok-grok, kadang disertai batuk ringan.
- Sesak pada bayi baru lahir.
- Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke satu sisi karena salah satu sisi hidung buntu, sehingga berisiko kepala peyang.
- Mata berair atau timbul kotoran mata pada salah satu atau kedua sisi.
- Mudah kaget jika ada suara keras. Gerakan kaki, tangan, dan bibir sering gemetar, kejang.
- Sering mengalami problem minum ASI. Bayi sering menangis (karena perut tidak nyaman) seperti kehausan sehingga minum ASI berlebihan. Padahal, sering menangis belum tentu karena haus atau asupan ASI kurang.
Khusus pada anak penderita autis, alergi bisa memperburuk gejala autis. Tak bisa tidak, makanan untuk anak autis juga harus dikendalikan. Anak sehat juga mengalami gangguan tetapi tak seberat dan seekstrim pada anak autis.
JADI LAMBAT BICARA
Alergi sering membuat beberapa anak sulit makan sehingga berat badan terganggu dan susah naik. "Anak-anak jadi kekurangan vitamin, mineral, dan zat besi. Ciri-cirinya timbul setelah empat atau enam bulan. Nah, sering kali, orang tua baru menyadari hal ini setelah berat badan anaknya kurang setelah satu tahun," jelas Widodo.
Masih menurut Widodo, anak-anak yang sulit makan, 35 persen kemungkinan menderita alergi. Anak-anak yang menderita alergi, daya tahan tubuhnya tidak bagus dan gampang terkena infeksi saluran pernafasan atas, infeksi berulang seperti panas, batuk, dan pilek. "Jika anak lain terkena batuk-pilek dua atau tiga bulan sekali, anak-anak yang memiliki alergi bisa setiap bulan sakit. Bahkan bisa sebulan dua kali. Anak-anak yang sering batuk pilek, lebih berisiko menderita amandel." Gawatnya, tambah Widodo, alergi dapat mengganggu fungsi otak sehingga sangat mengganggu perkembangan anak. Gangguan fungsi otak ini menimbulkan gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi dan emosi, keterlambatan bicara, hingga autisme.
Berikut di antaranya :
- Gerakan motorik berlebihan. Antara lain anak sering bergulung-gulung/mrnjtuhkan badan di kasur. Perilaku tomboy pada anak perempuan, seperti main bola dan memanjat pohon.
· Gangguan tidur malam. Seperti gelisah, berbicara, tertawa dan berteriak saat tidur, sulit tidur, malam sering terbangun, dan mimpi buruk.
· Agresivitas meningkat. Semisal sering memukul kepala sendiri atau orang lain, sering menggigit, mencubit, dan menjambak.
· Gangguan konsentrasi. Antara lain cepat bosan dalam mengerjakan suatu aktivitas kecuali menonton teve, main game, baca komik. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, pelupa, suka bengong tetapi anak tampak cerdas.
· Emosi tinggi (mudah marah, sering berteriak/mengamuk, keras kepala).
· Gangguan sensoris dan koordinasi motorik. Seperti jalan bolak-balik, duduk, terlambat berjalan, duduk dengan posisi huruf W, jalan jinjit.
· Gangguan oral motor. Seperti terlambat bicara, cadel, gagap, bicara terburu-buru, gangguan menelan-mengunyah.
· Impulsif. Antara lain banyak bicara, tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain.
TIGA CARA DIAGNOSA