Membangun Pola Menabung Berkala (1)

Investment / 6 September 2007

Kalangan Sendiri

Membangun Pola Menabung Berkala (1)

willem laoh Official Writer
6168

Mencapai kesejahteraan menjadi impian semua orang. Tentunya ini membutuhkan kerja keras dan cerdas, yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Bagaimana caranya? Satu-satu jalan adalah dengan menabung, yaitu dengan menunda kesenangan sesaat di masa sekarang untuk tujuan yang lebih besar di masa datang.

Dari manakah sumber dana untuk tabungan tersebut? Tentunya dari penghasilan yang dibawa pulang setiap bulannya. Penghasilan bulanan seringkali hanya dapat memenuhi kebutuhan bulanan, malah seringkali habis ditengah bulan. Hal inilah yang seringkali terjadi dalam "keluarga muda" karena umumnya mereka masih memerlukan banyak kebutuhan jangka pendek, seperti mobil dan rumah.

Saat ini, bunga kredit murah banyak ditawarkan oleh sektor keuangan. Semua ini mendorong orang untuk berbelanja dengan berhutang. Hutang tidak semuanya buruk. Tapi mengambil hutang tanpa perencanaan yang matang dapat berakibat buruk terhadap keuangan keluarga.

Dua Sumber Penghasilan Utama

Nah berbicara mengenai menabung, ada dua sumber penghasilan yang bisa kita peroleh, pertama adalah dengan kita bekerja setiap hari selama satu bulan kita akan mendapatkan penghasilan-man at work. Yang kedua, money at work, di mana uang atau capital yang sudah Anda kumpulkan yang bekerja dan menghasilkan pendapatan.

Tentunya saja, bila kita bekerja memberikan jasa kita bisa mendapatkan penghasilan. Semakin ahli seseorang, umumnya semakin besar penghasilannya. Tapi pernahkah kita berpikir, apa yang mendorong kita bangun setiap pagi buta, masuk ke mobil dan berangkat ke kantor? Sebagian besar, tujuannya adalah mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membayar semua kebutuhan dan bila ada tersisa, dapat digunakan untuk kesenangan seperti liburan, pakaian dan lain-lain.

Sayangnya, tidak ada jalan bagi pekerja atau pegawai untuk dapat hidup sejahtera hanya dengan bekerja dan mendapatkan gaji. Pajak dan inflasi, dua hal pertama yang menggerogoti pendapatan bulanan.

Kebutuhan dan keinginan jangka pendek biasanya menjadi prioritas utama. Yang pada akhirnya dirasakan bahwa penghasilan bulanan yang diperoleh tidak mencukupi. Untuk dapat hidup sejahtera sepanjang masa, satu-satu jalan adalah dengan mencari jalan untuk dapat menyisihkan sebagai dari penghasilan bulanan untuk membangun sebuah kapital (modal).

Jadi bagi Anda yang bekerja atau menjadi pegawai, solusi untuk membangun kesejahteraan adalah dengan mengkonversikan penghasilan bulanan menjadi kapital dengan menyisihkannya sebagai secara berkala.

Nah, mulai terbangunnya sebuah kapital akan memberikan potensi pendatan lain dari kapital yang diinvestasikan. Inilah yang disebut dengan money at work. Uang yang Anda sisihkan dan diinvestasikan yang bekerja keras untuk memberikan penghasilan kepada Anda.

Misalkan, Anda menempatkan investasi dalam bentuk saham. Tentunya bila perusahaan tersebut performanya baik, di akhir tahun umumnya mereka akan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Sejalan dengan keuntungan yang didapat, harga saham perusahaan juga semakin meningkat.

Hal ini bisa memberikan potensi keuntungan dari sisi kenaikan harga saham. Tapi tentunya, ini juga bisa bergerak berlawan arah, di mana perusahaan mengalami kerugian. Sebagai investor bukan saja Anda tidak mendapatkan keuntungan berupa dividen, tapi juga harus menerima penurunan harga saham di pasar.

Atau Anda berinvestasi dalam bentuk properti. Properti juga memberikan dividen, berupa uang sewa. Tentunya bila uang sewa dapat menutupi semua pengeluaran yang dibutuhkan, properti ini memberikan penghasilan positif. Sebaliknya bila ternyata kebutuhan tetapnya lebih besar dari uang sewa, properti tersebut masih membutuhkan dana untuk menutupinya dari sumber pendapatan lain.

Tentunya, tidak ada seorangpun yang berinvestasi dengan ide "kehilangan uangnya". Tapi yang banyak terjadi adalah kerugian karena kurangnya perencanaan dan pertimbangan kebutuhan likuiditas.

Kendala Menggapai Kesejahteraan

Sedikitnya, ada 4 kendala utama yang membuat orang gagal menciptakan kehidupan yang sejahtera sebagaimana yang mereka harapkan, yakni kebiasaan untuk menunda-nunda, kebiasaan belanja yang tak terkontrol, pajak, dan inflasi.

Dua faktor akhir atau bisa disebut faktor "eksternal" berkaitan dengan kondisi sosial dan perekonomian suatu negara. Tidak banyak orang yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan mengatur soal perpajakan dalam suatu negara.

Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang kompleks, bahkan bisa melampaui kemampuan suatu pemerintahan karena hubungan-hubungan dalam skala regional sampai internasional-global. Yang mungkin dapat dilakukan oleh orang perseorangan dalam mengatasi hal ini adalah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan muncul dengan menarik pelajaran dari sejarah masa lalu. Artinya, sekalipun inflasi dan pajak tidak dapat kita kontrol, namun kita tetap dapat menentukan sikap pribadi terhadap hal-hal tersebut.

Dua hal pertama lebih merupakan masalah personal/pribadi atau dapat juga dikatakan bahwa dua hambatan pertama merupakan faktor "internal".

Faktor "internal" harus diatasi dan diselesaikan pada level personal. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan, merupakan faktor utama tidak tercapainya kehidupan sejahtera di masa datang. Menunda perencanaan keuangan guna mempersiapkan biaya-biaya pendidikan anak, misalnya, dapat berdampak buruk kalau dilihat dalam jangka panjang.

Akibatnya, anak-anak yang kita cintai mungkin saja akan kehilangan kesempatan untuk dapat menikmati proses pembelajaran di lembaga-lembaga yang bermutu baik karena keterbatasan biaya.

Diambil dari Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis

Sumber : Harian Umum Sore Sinar Harapan
Halaman :
1

Ikuti Kami