From Prison To Prison

Family / 3 September 2007

Kalangan Sendiri

From Prison To Prison

Admin Spiritual Official Writer
11489
Menabrak Mati Seorang Polisi

Jakarta, tahun 1993. Tony Sitanggang sedang bekerja sebagai seorang sopir angkot jurusan Pasar Minggu - Cijantung. Pada suatu malam, ketika ia sedang membawa mobil angkotnya tanpa sengaja Tony menabrak seorang polisi yang sedang mengendarai sepeda motor. Motornya hancur dan tubuhnya terluka parah. Dalam keadaan sekarat polisi naas itu dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun nyawanya tidak dapat terselamatkan. Di tengah perjalanan polisi itu meninggal.

Pengenalan Dunia Kriminal

Akibat dari kejadian itu, Tony dijatuhi hukuman penjara selama tiga belas bulan. "Tadinya saya tidak tahu cara merampok, tapi di penjara saya belajar tentang cara merampok dan membunuh dari teman-teman yang terlibat kasus pembunuhan dan perampokkan," ujar Tony. Di penjara inilah Tony banyak mengetahui dunia kriminal dari napi lainnya. Saling tukar pengalaman antara narapidana sudah menjadi topik rutin setiap hari.

Tahun 1994 Tony dibebaskan. Setelah keluar dari penjara, Tony mengumpulkan teman-temannya dan membagikan ilmu merampok kepada mereka. Setelah itu mereka mulai mempraktekkannya. Mulai dari membajak bus, memeras, menodong orang di pinggir jalan, dan sebagainya. Hampir setiap hari mereka melakukan tindakan kejahatan bersama-sama.

Perampokan Di Mikrolet

Setelah lewat beberapa hari, bersama 5 orang temannya Tony merencanakan pembajakan sebuah mobil mikrolet jurusan Cibubur - Cisalak. Ketika malam tiba, mereka mulai beraksi. Mereka memberhentikan mikrolet tersebut dan masuk ke dalam layaknya penumpang biasa. Tidak ada penumpang yang curiga hingga Tony dan teman-temannya mengeluarkan senjata tajam dan mengambil barang-barang berharga milik penumpang. Wajah-wajah ketakutan terlihat di dalam mikrolet tersebut. Setelah berhasil mengambil barang-barang dan uang penumpang, mereka langsung turun dari mikrolet itu dan pindah ke mikrolet lain.

Para penumpang yang dirampok tadi berteriak minta tolong. Beberapa orang tukang ojek menghampiri dan para penumpang menunjuk ke arah mikrolet yang dinaiki oleh Tony dan teman-temannya. Seketika itu juga para tukang ojek mengejar mereka.

Kegembiraan yang dirasakan Tony dan teman-temannya di dalam mikrolet berakhir ketika mereka melihat segerombolan tukang ojek berhasil memberhentikan laju mobil yang mereka tumpangi. Tony segera keluar dari dalam mobil, namun ia sudah dikepung oleh para tukang ojek. Ia melihat teman-temannya yang lain sudah ditangkap satu per satu. Melihat dirinya sudah dikepung, Tony segera meloncat dan menerobos kepungan para tukang ojek. Ia berlari kencang menuju ke sebuah perkampungan yang ada di daerah itu. Beberapa orang ikut mengejar Tony. Namun ketika ia hendak menyeberang kali, ia terjatuh dan masuk ke dalam lumpur di kali itu. Akhirnya ia berhasil ditangkap. Beberapa waktu kemudian polisi datang dan Tony langsung dibawa ke Polsek Pasar Rebo. Di dalam kantor polisi ia dipukuli habis-habisan. Teman-teman Tony sudah terlebih dahulu ditangkap.

Masuk Penjara Lagi

Tony kembali dijatuhi hukuman penjara selama delapan belas bulan. Di penjara, Tony menjadi kepala kamar. Ada 32 orang di dalam kamar penjara yang Tony tempati. "Saya menjadi kepala kamar di LP, dan saya punya jagoan-jagoan yang bisa di suruh untuk mukulin orang. Mereka pun wajib menyetor uangnya kepada saya," ujar Tony. Selain itu orang-orang yang dipilih Tony tadi dipercayai untuk menjadi ‘tangan kanannya' agar 32 orang penghuni kamar dapat taat dan melakukan apa pun yang diperintahkannya. Para napi itu mendapat tugas mengepel lantai, mengisi bak mandi dan sebagainya.

Perselisihan Dalam Penjara

Dari 32 orang penghuni kamar, ada seorang napi bernama Surya yang tidak taat dan tidak mau melakukan tugas-tugas seperti itu. Tony sendiri sudah turun tangan untuk memberi peringatan kepada Surya agar ia mau melakukan tugasnya, tapi tetap saja dihiraukannya. Akhirnya Tony memerintahkan beberapa anak buahnya untuk menghajar Surya sampai babak belur. Namun Tony bersikap seolah-olah ia tidak terlibat dalam kasus pemukulan tersebut. Dari kejadian itu Surya menyimpan dendam kepada Tony dan orang-orang yang memukulinya. Surya lalu mengadukan perkara ini kepada Zulkifi, salah seorang temannya yang cukup berpengaruh di kalangan para napi. Zukifli adalah kepala dari blok lain.

Pada suatu hari, salah satu anak buah Tony yang bernama Elvis dipukul oleh Surya ketika ia sedang berbelanja keperluan dapur. Kepala Elvis pun bocor akibat dari pemukulan itu. Tony mengetahui bahwa otak dari kejadian ini adalah Zulkifli, karena beberapa waktu sebelumnya Tony pernah melihat Surya menceritakan kasus pemukulan terhadap dirinya kepada Zulkilfi. Tony mulai mencari jalan bagaimana caranya membalas dendam kepada Zulkifli.

Terbunuhnya Seorang Napi

Tony membuat rencana supaya Elvis menikam Zulkifli dari belakang. Kemudian Tony mengambil sebilah pisau dan memberikan pisau itu kepada Elvis. "Kamu tusuk dia di bagian pantat saja!" Perintah Tony. Menurut pengakuan Tony, "Tujuan saya supaya dia susah buang air dan susah duduk," ucapnya.

Elvis sudah bersiap menikam Zulkifi dari belakang ketika ia sedang berjalan di koridor dalam penjara. Namun ketika Elvis hendak menikam pantat Zulkifli, pisaunya mengenai dompet Zulkifli. Sadar dirinya sedang diserang, Zulkifli yang bertubuh besar membalikkan badan dan memberikan perlawanan. Melihat Elvis kesulitan menghadapi Zulkifli, salah satu temannya yang lain langsung maju mendekati Zulkifli dan kemudian menusuk dada dan lehernya secara bertubi-tubi hingga menyisakan 15 bekas luka tusukan. Tony dan teman-temannya beramai-ramai menghajar dan memukul Zulkifli. Suasana di koridor penjara menjadi sangat seru saat itu dan menjadi tontonan napi lainnya.

Zulkifli segera dilarikan ke rumah sakit. Namun nyawanya tidak tertolong akibat banyaknya darah yang keluar dan salah satu tusukan pisau tepat mengenai hatinya. Akhirnya Zulkilfi pun meninggal di tengah jalan.

Karena Tony terlibat di dalam kasus ini maka hukumannya yang seharusnya cuma satu tahun enam bulan ditambah lagi sebanyak dua tahun enam bulan. Tony pun dipindahkan ke LP Tangerang pemuda. Namun karena Tony dikenal suka membuat keributan, akhirnya ia dipindahkan ke LP Tangerang dewasa.

Ancaman Pembunuhan

"Ada isu saya dengar seseorang hendak menghabisi saya," ujar Tony.

Suatu pagi dalam kesendiriannya, dalam diri Tony ada perasaan takut mati. Seorang temannya menyampaikan isu bahwa ada seseorang yang hendak menghabisi nyawa Tony. Lalu Tony juga mendengar kabar bahwa teman-temannya yang baru keluar dari penjara beberapa hari kemudian mati ditembak karena melakukan kejahatan lagi. Tony pun mulai berpikir bahwa hal itu dapat saja menimpa dirinya jika ia tidak bertobat. Ada pertentangan di dalam batinnya. Dalam hatinya ada keinginan untuk berubah namun ia tidak tahu bagaimana caranya.

Pertobatan Dalam Sebuah kebaktian

Suatu pagi tanggal 10 Desember 1996, Tony mendengar suara dalam hatinya yang diyakininya adalah suara dari Roh Kudus. Suara itu mengajaknya untuk pergi ke gereja. Kemudian Tony pun datang ke gereja. Waktu itu yang melayani adalah seorang penginjil yang bernama Vince Karamoy. Hamba Tuhan ini membuka ayat dalam Yesaya 1:18, "Marilah, baiklah kita berperkara! - firman TUHAN - Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." Kemudian Tony teringat akan segala dosa dan kejahatan yang telah diperbuatnya. Tony menangis.

Pendeta Vince Karamoy mengadakan altar call (panggilan doa) dan menantang para napi untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tanpa berpikir panjang lagi, Tony langsung maju ke depan dan mengambil keputusan untuk bertobat. "Waktu itu teman-teman saya terheran-heran. "Wah, sekarang Tony sudah menjadi bencong," kata mereka. Namun saya tidak peduli," ujar Tony.

Selesai kebaktian ia kembali ke kamar dan di sana ia berdoa sambil menangis. "Sewaktu saya menangis, sepertinya semua masalah saya terangkat lenyap dan masa depan saya dibukakan oleh Tuhan. Tidak ada lagi ketakutan," ujar Tony.

Beberapa hari kemudian Tony menyerahkan dirinya dibaptis sebagai tanda pertobatan. Pada tanggal 17 Desember 1996 di sebuah perayaan Natal di LP, Tony mengambil keputusan untuk tidak merokok lagi. Tony pun mulai membantu di gereja, mengepel lantai, membersihkan kursi dan apa pun yang dapat dikerjakan di sana. Di sini juga ia belajar bermain musik dan memulai sekolah Alkitab secara tertulis.

Tanggal 10 Agustus tahun 1998 Tony keluar dari penjara. Bukan untuk bebas melakukan pembalasan dan berbaur dengan dosa, seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya. Kini Tony  menjadi seorang yang bebas, ia pun sudah siap untuk membantu membebaskan orang lain yang masih terikat dengan dosa. "Saya sangat bersyukur pada Tuhan Yesus. Saya bilang, terima kasih Tuhan. Dan saya sangat yakin bahwa Tuhan akan membawa saya ke masa depan yang lebih baik yaitu untuk melayaniNya. Dan saya berkomitmen, saya akan melayani saudara-saudara saya lainnya yang masih di penjara. Saya sangat bangga mempunyai Tuhan Yesus. Karena Dia-lah yang mengubahkan dan membuat hidup saya menjadi berarti," ucap Tony Sitanggang menutup kesaksiannya.

Saat ini Tony terlibat dalam gerakan pemberitaan Kasih Kristus kepada orang-orang dalam penjara melalui pelayanan "Maranatha Prison Fellowship." (Kisah ini telah ditayangkan 11 Juni 2007 dalam acara Solusi di SCTV).

 

Sumber Kesaksian :
Tony Sitanggang
Halaman :
1

Ikuti Kami