Mengurangi Resiko Rugi Berinvestasi

Investment / 24 August 2007

Kalangan Sendiri

Mengurangi Resiko Rugi Berinvestasi

willem laoh Official Writer
4317

Rabu tanggal 4 September 2002 lalu, kantor saya mengadakan seminar dengan topik Mengenal & Memilih Investasi yang Tepat. Satu hari sebelum seminar, tiket sudah terjual habis. Namun demikian, sekitar satu dua jam sebelum acara masih ada sejumlah orang yang "memaksa" ingin mendaftar walaupun dikatakan bahwa mereka harus berdiri. "Enggak apa-apa deh..." kata mereka.

Ketika diberi kesempatan mulai, saya langsung mengawali seminar dengan memberikan kesempatan kepada peserta seminar untuk bertanya. Tanpa disangka, banyak sekali peserta yang ingin bertanya, yang tidak mungkin saya tuliskan semua pertanyaannya disini. Tapi yang menarik adalah, bahwa dari tanya jawab itu, ada seorang peserta ­ sebut saja Ibu H - yang bercerita tentang pengalamannya berinvestasi di PT QSAR, perusahaan investasi bagi hasil agrobisnis yang menghebohkan itu.

Kita mungkin tidak akan membahas tentang hal itu sekarang-sekarang ini, mengingat sudah banyak sekali media dan penulis yang sedang membahas hal itu. Lalu, apa yang akan kita bahas kali ini?

Begini, seperti yang kita tahu, ada banyak sekali orang yang bertanya tentang ke mana sebaiknya mereka menaruh uang mereka. Apakah sebaiknya ke tabungan atau deposito. Apakah sebaiknya ke emas atau tanah? Ataukah lebih baik ke saham dibanding ke properti? Begitu seterusnya. Bahkan, topik tentang investasi selalu tidak pernah habis untuk diperbincangkan.

Orang pun seolah tidak puas terhadap pilihan investasi yang ada selama ini. Mereka selalu mencari produk-produk investasi yang baru dan inovatif. Contohnya, setiap kali muncul iklan investasi di media massa, banyak orang yang mengambil begitu saja kesempatan investasi tersebut tanpa mau lebih dulu memikirkan untung-ruginya. Akibatnya, bukannya untung yang didapat, tapi malah kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Lalu, kenapa hal itu bisa sampai terjadi? Itu karena umumnya orang tidak memahami produk investasi yang mereka beli. Padahal, memilih produk investasi sebetulnya sangat sederhana, asalkan Anda tahu caranya.

Lalu bagaimana caranya? Bagaimana cara yang baik dalam melakukan investasi? Menurut saya, hanya ada dua langkah yang harus Anda lakukan dalam berinvestasi. Kedua langkah tersebut memang tidak menjamin bahwa investasi Anda tidak akan mengalami kerugian, tapi paling tidak bisa membantu Anda dalam membantu tercapainya tujuan investasi Anda. Di bawah ini adalah kedua langkah tersebut:

Langkah 1: Pelajari sebanyak mungkin semua tawaran dan produk investasi yang ada

Pernahkah Anda berpikir kenapa Anda lebih suka berinvestasi di deposito dibanding ke dalam ­ misalnya ­ emas? Mungkin karena sejak kecil, orangtua Anda biasa mengatakan bahwa menabung harus selalu dilakukan di bank. Berinvestasi harus selalu dilakukan di bank. Ini secara tidak langsung akan membuat Anda "akrab" dengan investasi di bank.

Secara bawah sadar Anda juga "dekat" dengan investasi di bank. Akibatnya jelas, Anda lebih memilih untuk berinvestasi di bank dibanding ke emas atau saham, karena Anda merasa lebih akrab dengan investasi di bank. Tapi kalau Anda juga mau mempelajari tentang investasi emas atau saham, bukan tidak mungkin Anda juga akan berinvestasi ke emas atau saham. Jadi, tidak ada salahnya kalau Anda pelajari semua tawaran dan produk investasi yang ada, sehingga Anda bisa punya lebih banyak pilihan, dibanding bila Anda hanya "menguasai" satu produk investasi saja.

Langkah 2: Pilih produk investasi-nya.

Setelah mempelajari semua tawaran dan produk investasi yang ada dan setelah mengetahui perbandingan risiko antara satu produk dengan produk lainnya, barulah pilih produk investasi Anda.

Cara memilihnya mudah. Pertama-tama, tentunya Anda harus melihat jumlah dana Anda lebih dulu. Sebagai contoh, tidak mungkin dengan dana sebesar Rp 200 ribu Anda berinvestasi dengan cara membeli tanah, mengingat tanah harus dibeli dengan jumlah satuan yang agak banyak (sekian puluh atau sekian ratus meter persegi misalnya, di mana harganya tentu tinggi sekali).

Setelah melihat kemampuan dana Anda, yang kedua adalah dengan memilih produk investasi yang sesuai dengan jangka waktu investasi Anda, di mana makin panjang jangka waktu investasi Anda, tidak apa-apa bagi Anda untuk mengambil produk investasi yang lebih berisiko. Lho, kok bisa?

Logikanya, semakin tinggi kemungkinan untung yang bisa didapat, maka semakin besar juga risikonya. Dengan demikian, kalau jangka waktu investasi Anda pendek, ada baiknya apabila Anda mengambil produk investasi yang risikonya rendah, mengingat Anda tidak punya waktu banyak untuk mendapatkan keuntungan.

Apa bila jangka waktu investasi Anda panjang, tidak apa-apa Anda mengambil produk yang lebih berisiko, mengingat uangnya toh baru akan Anda pakai dalam waktu yang cukup panjang. Kalaupun nilai investasi Anda turun di tengah-tengah, Anda toh masih punya banyak waktu untuk menaikkan lagi nilai investasi Anda. Iya kan?

Sekali lagi, kedua langkah tersebut memang tidak menjamin bahwa investasi Anda tidak akan mengalami kerugian, tetapi paling tidak itu bisa membantu Anda dalam membantu tercapainya tujuan investasi yang ada di depan mata Anda.

Mudah-mudahan Anda selalu sukses dalam melakukan investasi. Dan yang paling penting, jangan pernah kapok dalam berinvestasi kalaupun Anda mengalami kerugian, karena dengan diam saja dan tidak melakukan investasi ­ menurut saya - masih lebih jelek daripada melakukan investasi yang merugi sekalipun. Karena dengan mencoba berinvestasi dan mengalami kerugian, Anda jadi punya pengalaman yang sangat berharga yang bisa membantu Anda untuk lebih sukses lagi dalam berinvestasi di kemudian hari. Safir Senduk

Sumber : Tabloid NOVA No. 760/XIV
Halaman :
1

Ikuti Kami