Bertumbuh Dalam Pengenalan Akan Allah (2)

Kata Alkitab / 13 August 2007

Kalangan Sendiri

Bertumbuh Dalam Pengenalan Akan Allah (2)

Admin Spiritual Official Writer
12246
Di dalam pengenalan kita akan Tuhan, kita harus mengalami dan memiliki pengalaman dengan Tuhan. Setelah kita sudah memiliki itu kita bisa melanjutkan pengenalan kita akan Allah dengan mengasihiNya dan akhirnya melayani Dia.

2. Mengasihi Bapa

Mengasihi Bapa merupakan hal yang paling penting karena merupakan hukum yang terbesar. Di dalam Firman Tuhan dikatakan hukum yang terbesar, yang terutama itu adalah kasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap pikiranmu, segenap jiwamu, segenap kekuatanmu. Artinya dengan segenap keberadaan saudara, kasihilah Tuhan!

Tapi sering kita tidak bisa mengasihi Tuhan karena kita kurang mengenal Dia. Kalau kita mengenal Tuhan, gampang bagi kita untuk mengasihiNya. Kalau engkau merasa sulit untuk mengasihi Tuhan, belajarlah mengenal Tuhan. Kasih yang kita terima dari Bapa membuat kita tidak hanya bisa mengasihi Tuhan, melainkan kita juga bisa saling mengasihi. Engkau rindu keluargamu berbahagia? Engkau mau supaya hidupmu bisa membangun hubungan? Kenallah Allah! Kalau engkau memiliki kasih dari surga itu, engkau bisa saling mengasihi. Karena memang kasih surgawi itu luar biasa.

Kasih Allah itu dahsyat. Bapa di surga sangat mengasihi kita anakNya. Suatu waktu saya memimpin retreat di Carita, Jawa Barat. Sewaktu saya khotbah, ada seorang ibu yang terus-menerus menangis tiada henti. Semua orang sudah selesai ibadah dan lagi makan siang, tapi ibu ini masuk ke kamar bersama beberapa temannya  dan mereka berdoa.

Ibu ini baru dua bulan menjadi orang Kristen. 8 tahun yang lalu, sebelum dia menjadi orang Kristen, suatu hari dia jalan-jalan bersama anaknya di Jakarta. Anaknya itu nakal, umur 4 tahun. Sewaktu sedang berjalan-jalan, tiba-tiba anaknya melarikan diri, melepaskan pegangan tangannya dari ibunya. Anak itu kemudian lari. Anak ini namanya Daniel. Ibu ini kemudian mencari anaknya, Daniel, tapi tidak ketemu. Saudara tahu berapa lama ibu ini mencari anaknya? 8 tahun!! Dia terus mencari anaknya, memasukkan berita anaknya ke koran, lapor ke kantor polisi tapi anaknya tidak pernah ditemukan. Sampai suatu hari, setelah 8 tahun dia cari anaknya, rupanya dua bulan sebelum retreat itu dia percaya Yesus. Ibu ini kemudian di bawa ke retreat itu.

Waktu dia dengar saya khotbah tentang ‘Kasih Bapa', dia ingat anaknya. Hancurlah hatinya. Ketika dia sedang menangis, tiba-tiba di kamar itu ada suara yang mengatakan, "Nak, kamu sudah 8 tahun mencari anakmu tapi tidak ketemu. Tapi AKU, Bapamu, mengasihi engkau. Pulanglah nak sekarang ke Jakarta. Pergilah ke Monas karena engkau akan bertemu anakmu di Monas." Saudaraku, dia dengar suara ini untuk pertama kali setelah dia lahir baru. Dia tanya para pemimpinnya apakah ini benar suara Tuhan? Dan mereka semua yakin ini suara Tuhan.

Lalu ibu ini pulang ke Jakarta. Dari Carita dia pergi naik bis sendirian ke Monas. Saudara tahu Monas itu luas, di mana dia bisa ketemu anaknya? Dia mencari anaknya di Monas. Tiba-tiba ada suara lagi, "Nak, pergilah kamu ke bawah pohon beringin itu. Di bawah pohon itulah anakmu ada." Dia ikuti suara itu. Kemudian dia lihat di bawah pohon beringin itu ada seorang anak berumur 12 tahun. Kurus kering, ceking, penuh dengan penyakit kulit. Tidak ada lagi orang yang kenal anak ini. Rambutnya sudah seperti gembel. Anak ini juga tidak memakai sandal. Tetapi seorang ibu tidak pernah lupa sama anaknya. Ibu ini mengenali anak ini sebagai anaknya. Waktu dia lihat anak ini, dia panggil, "Daniel...!!!" Daniel lihat mamanya, dan dia langsung berteriak, "Mama...!!!!!" Mereka berpelukan untuk pertama kalinya setelah 8 tahun. Mamanya bilang, "Daniel, mama cari kamu 8 tahun. Kamu ke mana Daniel? Mama cari kamu, ke kantor polisi, masukin koran, mama tidak pernah menemukan kamu." Daniel bilang, "Mama, saya 8 tahun jadi gembel, hidup di jalanan, tapi saya masih hidup mama." Kisah ini sudah seperti cerita sinetron, tapi ini adalah kisah nyata.

Di surga sana ada Pribadi yang mengasihi kita. Mungkin engkau berkata, "Tuhan, apakah Engkau mengerti aku?" Dengar saudara, ada seorang Pribadi, tidak hanya mengerti saudara, tapi IA sangat mengasihi saudara. KasihNya itu luar biasa! Ibu ini telah mengalami kasih Bapa dan dia menjadi sangat mengasihi Tuhan. Setelah dia mengalami kasih Bapa, dia mengasihi Tuhan. Kalau kita sudah saling mengasihi, barulah kita bisa melayani dengan baik.

3. Melayani Allah

Yohanes 14:10,12
(10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.(12)  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;

Saya dulu berpikir kalau pelayanan itu adalah kita melakukan sesuatu untuk Tuhan. Ternyata bukan! Pelayanan itu adalah seperti yang tertulis di dalam Yohanes 14:10. Itu yang Yesus lakukan. Yesus itu adalah contoh untuk hidup kita. Yesus melayani bukan dengan Dia melakukan sesuatu buat Bapa. Bukan! Dia bilang begini, "Apa yang Aku dengar dari Bapa, itu yang Aku katakan. Apa yang Aku lihat Bapa lakukan, itu yang Aku lakukan." Dengan perkataan lain Dia bilang begini, "Bapalah yang melakukan pekerjaan Nya di dalam Aku."

Jadi pelayanan yang dahsyat itu bukan kita melakukan sesuatu untuk Tuhan melainkan Tuhan yang melakukan sesuatu melalui kita. Itu pelayanan yang dahsyat!

Melalui Yohanes 14:12 kita belajar bahwa pelayanan yang paling powerfull adalah kalau kita bisa menunjukkan Bapa ke dunia ini. Menunjukkan Bapa, seperti yang dikatakan oleh Filipus, "Tuhan Yesus, tunjukkan Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup." Dari kata-kata Filipus kita tahu bahwa perkataannya ini mewakili hati dunia ini. Di dalam dunia ini ada suatu kehausan, kevakuman di dalam hati manusia, ada suatu ruang kosong yang tidak bisa diisi oleh apapun kecuali mereka mengenal Bapa. Kalau mereka sudah mengenal Bapa, sudah cukuplah semuanya. Dunia perlu mengenal Bapa. Itulah sebabnya pelayanan yang paling dahsyat adalah memperkenalkan Bapa kepada dunia ini. Pelayanan yang paling efektif adalah menunjukkan Bapa seperti Yesus menunjukkan pekerjaan-pekerjaan Bapa.

Ada sepasang suami istri. Suatu kali, mereka bertemu dengan musuhnya yang sangat anti dengan orang Kristen. Ketika bertemu, anaknya ini dibunuh, dicincang di depan mereka. Kemudian musuh yang anti Kristen ini menangkap sang istri sedangkan suaminya sempat meloloskan diri. Istrinya dijadikan budak sex selama 18 bulan. Saya mau bertanya, kalau saudara ada di posisi mereka, apakah saudara bisa tahan? Waduh, belum tentu. Yang lebih mengenaskan suaminya melihat semua kejadian itu dan dia sulit sekali menerimanya.

Suatu hari istrinya menulis surat. Waktu kami baca suratnya, kami menangis. Istrinya menceritakan bagaimana hancur hatinya waktu menjadi budak sex selama 18 bulan itu. Tapi suatu hari karena suaminya yang terus berdoa dengan dukungan saudara-saudara seiman, melalui pertolongan Tuhan istrinya bisa keluar. Waktu istrinya keluar, dia sudah hamil. Dan anak yang ada di dalam kandungan itu adalah anak musuh mereka. Saya mau tanya, kalau saudara jadi suaminya, saudara bisa menerima istrimu kembali? Tidak gampang! Dan kami juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi ketika suami ini datang sama Bapa di surga, dia dijamah oleh kasih Bapa. Waktu dia dapat jamahan itu, dia datangi istrinya. Dia peluk istrinya dan bilang, "Mama, saya tidak hanya bisa terima kamu sebagai istri saya, tapi saya akan terima anak ini jadi anak saya. Tidak apa-apa meskipun ini anak dari musuh kita, musuh bebuyutan kita, musuh orang Kristen, tapi saya akan didik dia supaya nanti ketika dia besar kelak, dia akan menjadi seseorang yang bisa menginjili mereka-mereka itu".

Kalau ini bukan kasih Tuhan, tidak mungkin ada orang yang bisa melakukan hal ini. Apakah engkau mau mengenal Bapa yang sudah mengutus Yesus Kristus, anakNya itu? Selamat bertumbuh di dalam Tuhan!!

Sumber : Ir. Eddy Leo, M. TH.
Halaman :
1

Ikuti Kami