Pengampunan Dan KasihNya Bebaskanku

Family / 6 August 2007

Kalangan Sendiri

Pengampunan Dan KasihNya Bebaskanku

evrianty Official Writer
6606
Pengampunan Dan KasihNya Bebaskanku
 
Sumber Kesaksian: Demitrius
 
 

JAWABAN.com - Seorang anak hampir setiap hari menyaksikan ayahnya menganiaya sang ibu, bahkan dia sendiri pun tidak luput menjadi korban dari kekejaman ayahnya. Simak kisahnya berikut ini.

Tanpa diketahui maksudnya, kata-kata dari sang ayah mengejutkan sang ibu, dan melukai hati Demitrius. Ayahnya tiba-tiba saja bertanya, "Ini anak siapa?!" sambil menunjuk Demitrius.

Demitrius: Mama hanya berkata jangan dengarkan itu. Kamu anak saya, dan darah daging saya. Kami menangis, dan sejak saat itu perkataan papa meninggalkan luka dalam hati saya.

Tidak hanya luka batin yang diderita Demitrius, luka fisikpun juga diterimanya.

Demitrius: Papa adalah seorang tentara, dah kegagahan seorang tentara itu ada pada senjata dan teriakannya. Waktu dia memukul mama, dia akan pakai alat-alat itu, dia punya sangkur, ikat pinggang, dia memakai itu.

Rasa cemburu selalu hadir dalam pikiran sang ayah terhadap ibunya, sehingga ayahnya selalu mencari alasan dan mencari-cari apa yang didalam rumah tidak beres, kemudian memukuli ibunya di luar rumah.

Demitrius: Perlakuan papa sangat ganas... wajah mama sampai cedera dan berdarah-darah, sampai kepala bocor, sampai harus masuk UGD... Pernah dia ambil senjata dan hampir menembakkannya ke arah mama, saya lari dan berdiri di depan mama. Saya bilang, "Papa kalau hari ini mau tembak mama, tembak saya dulu, biar pelurunya tembus saya dan tembus mama." Wajahnya semakin ganas dan dia tidak jadi menembak. Dia menaruh senjatanya dan memukuli kami. Saya berpikir, kalau saya sudah besar saya akan hajar atau bunuh papa saya.

Hari berganti hari, diwarnai dengan penyiksaan, Demitrius pun tidak tahan lagi dan segera melaporkan ayahnya ke Koramil. Koramil langsung datang dan mengambil senjata. Ayahnya bertanya siapa yang melaporkan dia, dan mereka menjawab bahwa anaknya sendiri yang telah melaporkannya. Demitrius tahu bahwa bayang-bayang siksaan siap menerpanya.

Demitrius: Papa memukuli saya dan juga mama yang datang kemudian. Kami mau menangis tapi ayah berkata, "Air matamu boleh jatuh tapi suaramu jangan keluar!" Kami sudah tidak tahu lagi mau minta tolong kepada siapa, hanya bisa menangis saja...

Ibu Demitrius: Yang Demetrius ceritakan semuanya betul... Bapak memukuli saya sudah tidak terhitung berapa kali. Dia memukul sampai saya mandi darah baru dia berhenti, kalau belum keluar darah tidak bisa, dia tidak puas.

Hanya ada 1 orang yang bisa hidup, sang ibu atau suaminya. Saat ibunya mau menusuk dirinya sendiri dengan pisau di depan suaminya, Demitrius mencegahnya. Tapi sesudah itu ayahnya memukuli dia dan ibunya. Setelah itu serangkaian peristiwa yang mengerikan mulai terjadi. Ibu Demitrius sempat mencoba bunuh diri lagi dengan meminum racun namun tidak berhasil. Sementara itu penganiayaan fisik terus dilakukan oleh ayahnya. Luka dan amarah yang disimpan Demitrius memuncak.

Demitrius: Waktu dia sedang memukuli mama, saya bilang dalam hati, kalau dia pukul mama lagi, saya akan pakai parang ini menyerang dia... Namun ternyata dia tidak melakukan pemukulan yang kedua kali. Parang itu harus saya simpan kembali.

Di usia Demitrius yang keduabelas tahun, siksaan itu telah usai, sang ayah yang begitu kejam telah meninggal. Luka yang disimpan Demitrius di dalam hati membuatnya tidak menangis, luka akibat perkataan ayahnya tidak terobati. Demitrius tumbuh dengan rasa penolakan bahwa dia bukan bagian dalam keluarga. Dan itu adalah akar dari semua perbuatan jahat yang dia lakukan selanjutnya. Kebebasan yang terkekang selama bertahun-tahun telah tiba, kehidupan yang liar pun dijalani Demitrius.

Demitrius: Ada masa saya berjaya, dimana saya bisa hidup bebas untuk melakukan apa saja yang saya mau. Saya mulai kenal minuman keras, dan mulai terus mabuk-mabukan dengan teman-teman saya. Kami minta uang dari setiap mobil yang lewat dan di jalan-jalan.

Tidak ada yang dapat menghentikan langkah Demitrius. Di usianya yang masih dini, dunia seks mulai dijajahinya, dengan menonton film-film porno dan melakukan hubungan seks. Bagi Demitrius, seks itu seperti hidup dan merupakan kejantanan laki-laki.

Demitrius: Jadi kalau sampai saya tidak mendapatkan perempuan untuk berhubungan seks, pasti saya onani. Dan itu terus berlanjut sampai saya dewasa. Sampai saya berprinsip, barang yang lain saya bisa lepas, tapi kalau seks, saya tidak akan bisa, dan mungkin kalau saya tidak melakukan hubungan seks saya akan mati. Itu yang tertanam dalam pikiran saya. Pikiran-pikiran itu akhirnya menjadi seperti berhala...

Dalam kehidupan yang bengis dan penuh dosa, benih jahat sang ayah mulai terlihat dalam hidup Demitrius.

Demitrius: Saya merasakan saya memiliki satu kuasa, satu otoritas dari orang tua itu benar-benar turun kepada anak-anaknya, dan anak-anaknya pasti akan mewarisi itu. Niatnya menjadi anak yang paling baik, tapi ternyata warisan itu turun dan dorongannya kuat sekali.

Seperti menjelma menjadi sang ayah, Demitrius menjadi sosok yang menakutkan bagi keluarganya.

Ibu Demitrius: Dia memang waktu itu kacaunya luar biasa. Kalau dia datang minta uang dan saya bilang tidak ada, dia marah...

Demitrius: Saya akan bilang mereka seperti lonte-lah, kamu pelacur-lah, kamu perempuan kenapa harus mengatur saya, saya kan laki-laki, saya mau bikin apa saja terserah saya. Tidak boleh ada orang yang mengganggu... Biasanya yang mewarisi sikap orang tua itu adalah anak laki-laki, yang sulung. Jadi saya merasa berkuasa, saya merasa punya hak. Yang terpasang dalam pikiran saya itu bahwa perempuan itu ada sebagai budak, jadi mereka mau tidak mau harus melayani laki-laki.

Ibu Demitrius: Kalau dia datang ke rumah ini bersama teman-temannya dan minum-minum, saya disuruh keluar rumah. Pernah juga dia tidak pulang satu minggu...

Demitrius: Waktu mereka tidak mencari saya, saya semakin merasa bahwa ternyata benar saya bukan bagian dari keluarga ini. Jadi saya akan tetap di luar. Tapi ketika mereka mencari saya, perasaan itu terkubur kembali.

Watak keras Demitrius jugalah yang menyebabkan dia selalu menolak bila ada orang yang datang untuk menceritakan tentang Yesus, keselamatan, kebenaran dalam Alkitab dan menyuruhnya bertobat. Dia tidak mempercayai semua itu.

Demitrius: Saya dulu berpandangan bahwa Alkitab itu hanya omong kosong, karena dibuat untuk manusia supaya tidak berbuat dosa. Saya juga dulu berpikir bahwa neraka dan sorga itu tidak ada.

Rasa bahagia yang tertanam sejak kecil telah hilang. Hanya doa yang bisa dilantunkan oleh sang ibu, agar anaknya kembali ke jalan yang benar.

Ibu Demitrius: Saya bilang, Tuhan... Tuhan kasih dia satu pukulan, supaya dia bisa bertobat...

Di tengah keasyikannya bermain PS dan meminum alkohol, bencana yang terbesar dalam hidup Demitrius telah mengintai. Setelah minum-minum dia merasa dadanya seperti terbakar. Demitrius tidak terima karena dia berpikir bahwa dia adalah orang yang paling kuat, segala jenis minuman sampai spiritus mentahpun pernah dia minum. Dan minuman yang baru saja dia minum itu adalah minuman yang biasa dia minum setiap hari.

Demitrius: Jantung, paru-paru, hati, dan lambung, organ-organ terpenting di dalam tubuh saya ini rusak. Saya sulit bernafas, dan pengobatan yang dilakukan sepertinya sia-sia. Saya merasa sepertinya saya akan mati, dan saya sudah kehilangan harapan.

Dosa Demitrius sudah terlalu banyak, dia mulai berpikir apa yang akan terjadi jika ajal menjemputnya.

Demitrius: Ada satu rasa, dorongan dari dalam hati yang saya tahu itu dari Tuhan, "Demitrius, waktu engkau mati, engkau tidak datang bersama dengan Aku karena engkau tidak menerima Aku." Dan saya berpikir kalau hari ini saya mati, siapa yang harus saya minta untuk tolong saya...

Tiba-tiba Demitrius minta didoakan, namun pintu kematian tetap terbuka untuknya. Akhirnya Demitrius mendatangi suatu tempat yang paling dibencinya, dia datang ke sebuah gereja. Saat Firman Tuhan dibagikan, Firman itu telah masuk dan menyentuh hati Demitrius. Dia benar-benar menyadari bahwa dia memang seorang penjahat yang pantas dihukum mati. Demitrius akhirnya maju untuk didoakan dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamatnya.

Demitrius: Ketika Yesus datang dan jamah, masuk dalam hidup saya... semua yang telah hilang dulu, itu sepertinya Tuhan berikan kembali. Tuhan berikan kekuatan kembali. Saya buat keputusan untuk tinggalkan minuman, dan keputusan untuk tidak melakukan hubungan seks. Tetapi yang masih tersembunyi dengan rapi adalah kebencian saya kepada papa...

Demitrius akhirnya mengikuti camp pria sejati. Di sana dia ditantang untuk bisa mengampuni ayahnya. Dan Tuhan menjamahnya saat berkata dia mau mengampuni ayahnya. Dan saya merasa seperti terbebas dari sesuatu yang selama ini mengikat saya.

Ibu Demitrius: Dia minta maaf pada saya, dan saya senang karena dia sudah bertobat...

Jim Yost (pembimbing rohani Demitrius): Banyak orang bilang bahwa Demitrius tidak mungkin bisa bertobat, karena dia sudah terlalu jauh dari Tuhan. Tapi hidup yang kacau ditutup dan dia memulai hidup yang baru dan maju dengan Tuhan. Luar biasa, sangat kelihatan bagaimana anugrah Tuhan mengubah total hidup dia...

Demitrius: Kalau ada orang bertanya tentang Yesus, "Bagaimana kamu bisa percaya kalau Yesus itu mati dan bangkit 2000 tahun yang lalu, sedangkan kamu kan lahir tahun 1980?" Satu kata yang Tuhan taruh di dalam hati, sekalipun saya tidak tahu seperti apa 2000 tahun yang lalu, tapi buktinya kebangkitan itu ada di dala saya dan saya bisa lepaskan semua kehidupan lama saya dengan kuasa kebangkitan itu. Saya akan ikut Kristus sampai akhir hidup saya. Saya cuma mau katakan, bahwa Tuhan Yesus itu baik.(fis)

"Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti mati! --tetapi ia bertobat dari dosanya serta melakukan keadilan dan kebenaran, orang jahat itu mengembalikan gadaian orang, ia membayar ganti rampasannya, menuruti peraturan-peraturan yang memberi hidup, sehingga tidak berbuat curang lagi, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Semua dosa yang diperbuatnya tidak akan diingat-ingat lagi; ia sudah melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia pasti hidup." (Yeh 33:14-16)
Halaman :
1

Ikuti Kami