PERSIAPKAN INDONESIA RAIH NOBEL 2020

Entrepreneurship / 23 July 2007

Kalangan Sendiri

PERSIAPKAN INDONESIA RAIH NOBEL 2020

albert Official Writer
7603
Kisah Prof. Yohanes Surya: Fisikawan pendidik dan peneliti ini telah berjasa membuka jalan bagi bangsa Indonesia untuk memasuki fase renaisans. Dia telah merintis jejak bagi murid-murid cemerlang sekolah menengah Indonesia masuk pada komunitas fisika pemula antarbangsa melalui Olimpiade Fisika Internasional dan kompetisi riset fisikawan muda beraras dunia: The First Step to Nobel Prize in Physics. Ia pun bercita-cita mempersiapkan peneliti Indonesia meraih Nobel tahun 2020. Berikut petikan wawancara dengan Prof. Yohanes Surya.

ANDA selalu menyebut tahun 2020, Indonesia meraih Nobel. Kenapa begitu antusias?

Karena dengan Nobel, Indonesia bisa lebih maju. Coba lihat Pakistan. Negara itu miskin. Sekarang orang bilang sains di Pakistan itu bagus karena ada Abdus Salam yang dapat Nobel. Jadi, Nobel semacam simbol yang akan menarik orang.

Orang Pakistan sekarang tertarik pada fisika karena Salam?

Betul, ada hubungannya. Karena dengan itu, Salam dapat menarik fisikawan Pakistan yang dia bimbing untuk bekerja dengan koleganya pemenang Nobel atau fisikawan di berbagai tempat sekelas Nobel.

Maksud Anda membentuk jaringan?

Persis. Seperti kita sekarang. Dengan bertahun-tahun dapat medali di olimpiade, kita punya tiga mahasiswa S1 di MIT, selain di Stanford, Caltech, dan Princeton. Hebat-hebat. Nilai mereka tinggi. Saya tanya, "Kok bisa?" Mereka bilang pelajaran tingkat 1 dan 2 terlalu gampang, jadi ada yang langsung ambil kuliah semester 9.

Evelyn, angkatan 2002 TOFI, di Stanford sekarang dibimbing Douglas Osheroff yang dapat Nobel 1996. Dia dipilih karena nilainya terlalu tinggi. Jadi, murid yang saya lihat bakal dapat Nobel kini diasuh peraih Nobel. Karena sudah jadi murid peraih Nobel, dia akan kecipratan cara berpikirnya. Nah, inilah yang kita harapkan dapat Nobel di masa mendatang.

Asuhan Anda pada maju, sementara Anda jadi pelatih. Tampaknya mengorbankan diri?

Saya mediator, fasilitator, dan merasa diciptakan untuk itu. Kalau Yohanes Pembaptis menyiapkan jalan bagi Yesus; Yohanes Surya membuka jalan untuk Nobel. Ha-ha-ha. Saya sudah bahagia dengan posisi ini. Mungkin ini peran saya. Saya pikir ini panggilan pribadi.

Pernah merasa kesepian karena mengurus ini sendiri?

Sebenarnya saya menikmati. Saya tidak sendirian banget. Banyak orang mendukung. Setiap tahun banyak hal aneh terjadi. Selalu ada yang bantu menyediakan dana, sejak saya pimpin TOFI tahun 1993 sampai sekarang. Mulai orangtua murid, Radius Prawiro, Mochtar Riady, sampai Departemen Pendidikan Nasional yang kini menyerap olimpiade sebagai program nasional. Sambil itu, saya membuka bidang yang frontier.

Bidang apa itu?


Nanoteknologi, suatu teknologi di mana kita memanipulasi atom atau molekul untuk menghasilkan produk baru tapi terdepan. Mochtar Riady mengajak saya membangun pusat riset nanoteknologi dan bioteknologi di Karawaci.

Yang termasuk nanoteknologi di pusat ini adalah terapi genetika dan manipulasi atom. Ke depan, dengan manipulasi atom ini, orang memperkirakan dapat mengubah batubara jadi emas sebab dengan mengubah kedudukan atom-atom pada molekul batubara, ia bisa jadi emas.

Di bidang bioteknologi, nanoteknologi itu mengubah gen-gen. Kita bisa dapat tanaman yang jauh lebih bagus. Pengobatan kanker sekarang melalui nanorobot. Di Amerika sudah diusahakan bagaimana robot membawa obat kanker ke sasaran yang tepat

Kedua bidang ini, nanoteknologi dan rekayasa genetika, sangat frontier. Mochtar Riady bilang mau mendirikan pusat nanoteknologi. "You mau pimpin enggak," katanya. Kita mau Indonesia bisa bermain di atas juga. Saya bilang oke.

Akhirnya kata ada satu hal penting yang Prof. Yohanes Surya sampaikan, menurutnya keberhasilan lebih banyak ditopang oleh kerja keras, selain tentunya bakat. Orang yang tidak terlalu cerdas sekalipun apabila mau bekerja keras untuk maju pasti akan berhasil.

Sesuai dengan Firman Tuhan dalam 1 Korintus 15:10 "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."

Selain itu peran dan dukungan orang tua serta keluarga sangat mendukung. Mereka yang menyadari bakat luar biasa pada anaknya cenderung akan memberi perhatian lebih supaya kemampuan anaknya dapat berkembang. (sumber:www.tokohindonesia.com)
 

 

Halaman :
1

Ikuti Kami