Faith As High As A Hill

Kata Alkitab / 18 July 2007

Kalangan Sendiri

Faith As High As A Hill

Lestari99 Official Writer
14495

Apa bedanya bermimpi dengan beriman?

Kalau mimpi, kita dapat bermimpi sebesar apa pun yang kita mau, bahkan kita dapat "beradu" mimpi dengan orang lain. Tapi timbulnya iman (bahkan lebih besar), bergantung dari seberapa banyak kita mendengar firman Tuhan (Roma 10:17). Dan tidak berhenti sampai di situ, setelah kita dengar firmanNya, kita harus melanjutkannya dengan melakukan atau melangkah supaya iman itu menjadi sempurna (Yakobus 2:22).

Bedanya lagi dengan mimpi, waktu kita sering mengejar mimpi dan gagal di dalam proses mengejar mimpi itu. Kita masih dapat bermimpi besar alias itu bisa saja tidak mempengaruhi mimpi kita. Tapi iman, waktu kita gagal di dalam proses melangkah, iman itu bisa saja menjadi lemah, kandas, gugur, bahkan mati. So, what should we do about it?

Again, jawabannya adalah never stop hearing the word of God dalam setiap level waktu kita membangun iman. By hearing His words, iman dapat tumbuh, iman dapat diperkuat. Kegagalan dalam proses mencapai sesuatu bisa atau mungkin saja terjadi. Tapi justru di saat-saat seperti itulah, kadar iman kita harus dinaikkan, bukannya melemah.

"It takes more faith to take NO for answer than YES for an answer" (Andy Stanley).

Waktu kita lihat keluarga kita belum diselamatkan atau belum berubah, waktu sekolah atau universitas yang kita tuju belum menunjukkan tanda-tanda menerima kita, waktu usaha kita untuk menjadi gitaris handal belum dilirik produser rekaman, waktu usaha kita belum berhasil mendapatkan si pujaan hati dan masih banyak proses pergumulan yang kita hadapi... Waktu kita sedang mengejar sesuatu yang kita harapkan. Sebenarnya, semuanya bergantung dari seberapa tinggi iman kita dibangun dan dipelihara.

Saya sungguh berharap kita menjadi anak-anak Tuhan yang tidak pernah berhenti membangun iman setinggi mungkin, because we are called to have faith as high as a hill!

Sumber : Jussar Badudu
Halaman :
1

Ikuti Kami