2010 Jakarta Krisis Air Bersih

Nasional / 25 June 2007

Kalangan Sendiri

2010 Jakarta Krisis Air Bersih

Puji Astuti Official Writer
8743

JAWABAN.com - Tahun 2010 adalah masa krisis air bagi warga Jakarta. Pasalnya air baku yang menjadi sumber pembuatan air bersih yang layak dikonsumsi masyarakat telah tercemar. Akibatnya perusahaan penyedia air bersih seperti Palyja dan Thames PAM Jaya, kesulitan mencari air baku tadi.

Demikian yang dikatakan oleh dosen Program Pascasarjana UI, Setyo S. Moersidik, saat diskusi panel bertajuk "Manajemen Penyediaan dan Distribusi Air Bersih di DKI Jakarta" yang digelar di Gedung Kompas, Jalan Palmerah Selatan 26-28, Jakarta, kemarin siang.

Pernyataan itu dikutipnya dari penelitian dengan bahan dari sejumlah skripsi, tesis, dan disertasi di UI. "Pasokan air bersih di Jakarta sangat bergantung pada kualitas pasokan air dari Kanal Tarum Barat yang airnya berasal dari Waduk Jatiluhur. Namun pengelolaan pada daerah aliran sungai (DAS) Kanal Tarum Barat semakin memburuk ditambah dengan kian tercemarnya air baku," tutur setyo.

Pencemaran itu, imbuh Setyo, akibat masuknya berbagai jenis benda, seperti lumpur, yang dibuang ke sungai. Sehingga menjadikan kualitas air baku memburuk. Ditambah lagi dengan pencemaran yang berasal dari sampah yang dibuang warga Jakarta ke sungai.

Dari berbagai sumber yang diperoleh Setyo menyebutkan bahwa sampah yang dibuang ke sungai sebesar 70 persen dari total limbah yang masuk ke sungai, atau 1.200 meter kubik (setara 288 ton) sampah setiap harinya.

Dari pantauan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan-UI, total sampah di Jakarta sekitar 6.000 ton/hari. 85 persen dari jumlah tersebut mampu diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan 15 persen sisanya tercecer di selokan, lahan kosong, dan jalan-jalan, sungai yang bermuara ke laut.

Pembuangan sampah dan lumpur tadi yang sembarangan tentunya tidak hanya diserap oleh aliran air sungai, tetapi juga diserap tanah. Akibatnya warga Jakarta yang mengkonsumsi air tanah juga mengkonsumsi air tanah yang telah tercemar.

Memburuknya kualitas air baku itu berakibat pada terbatasnya kuantitas air yang dapat diolah menjadi air bersih dan air minum. Hal itu membuat perusahaan air minum (Palyja dan Thames Jaya) bisa kolaps. "Dari data yang saya peroleh sebesar 84 persen sampel air tanah di Jakarta telah tercemar tinja, dan dari penelitian Depkes RI, 32,24 persen air minum perpipaan dan 54,16 persen non-perpipaan diketahui belum memenuhi persyaratan bakteriologis. Kondisi itu mengindikasikan bahwa air tanah di sekitar pipa PAM telah tercemar berat. Ditambah lagi dengan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) dinilai sudah tidak mampu lagi mengolah air baku yang telah tercemar berat itu," kata Setyo.

Menambahkan keterangan Setyo, dosen Jurusan Tekhnik Lingkungan Fakultas Tekhnik Sipil dan Lingkungan ITB, Suprihanto Notodarmojo, mengatakan, akibat pencemaran tersebut berakibat pada minimnya kemampuan PAM mendistribusikan airnya ke warga Jakarta. Hanya sekitar 35-40 persen saja warga Jakarta yang bisa menikmati air bersih. Sisanya, sekitar 60-65 persen, belum merasakannya. Oleh karenanya, hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi PAM untuk meningkatkan kualitas teknologi pengelolaan untuk mengantisipasi kemerosotan mutu air bersih, dan tuntutan masyarakat akan kualitas yang lebih baik. Diharapkan pasokan air bersih ke masyarakat bisa meningkat sekitar 10-12 meter kubik/detik," tutur Suprihanto.

Suprihanto mengatakan, keterbatasan air baku bisa diantisipasi dengan pembangunan waduk baru, daur ulang limbah rumah tangga, dan memanfaatkan air laut untuk dijadikan air bersih.

Penyebab Air Baku Di Jakarta Tercemar

1.Sampah yang dibuang langsung ke daerah aliran sungai Citarum.
2.Limbah pabrik yang dibuang tanpa proses filterisasi ke sungai Citarum. Limbah pabrik ini biasanya lebih berbahaya karena bercampur dengan zat-zat kimia.
3.Tinja dari septic tank yang langsung dibuang ke sungai, sehingga tinja yang terbuang mencemari air sungai sebagai air baku.
4.Limbah rumah tangga, perkantoran, dan perusahaan yang dibuang ke selokan, dari selokan dialirkan ke sungai. Limbah ini bisa dikurangi dengan di daur ulang, yakni dengan ditimbun dalam suatu wadah dan diolah menjadi air bersih. Dengan demikian bisa menjadi alternatif penyediaan air bersih bagi masyarakat.
5.Warga Jakarta yang buang air besar di kakus yang berdiri di pinggiran sungai menambah pencemaran.
6.Endapan lumpur akibat penumpukan limbah dan sampah di Daerah Aliran Sungai Citarum.(les)

Sumber : kcm
Halaman :
1

Ikuti Kami