Shanaz (Poppy Sovia) adalah tipikal remaja kota besar pada umumnya. Sedikit bandel, punya sejuta akal bulus, dan merasa sudah menguasai dunia. Suatu saat, entah dari mana, ia kembali ke rumah dini hari dengan diantar teman-temannya.
Agar tidak ketahuan kedua orang tuanya, Linda (Ira Wibowo) dan ayahnya yang diperankan Roy Marten, langsung ke belakang rumah, tempat jemuran berada. Dengan mengganti bajunya menjadi pakaian olahraga, siaplah ia berjoging ria. Ayahnya yang tiba-tiba muncul langsung diajaknya berlari keliling kompleks. Siapa sangka, itulah akhir kebersamaannya dengan sang ayah.
Sepeninggal ayahnya, tingkah nakal Shanaz semakin menjadi, apalagi ketika ibunya memperkenalkan seorang laki-laki yang kelak menjadi ayah baru bagi Shanaz. Pusing dengan keadaan rumah, ia pun minggat ke Yogyakarta, berniat menyusul sang pacar, Mika (Michael Anthony), yang sedang mendaki gunung, tanpa uang yang cukup di sakunya.
Perjalanan Shanaz pun dimulai. Ia salah perhitungan. Mika sedang berada di gunung dengan ponsel yang tidak aktif, uang di tangannya pun tidak cukup. Ditambah lagi, ia memasuki kawasan pelacuran paling terkenal di sana, Pasar Kembang. Nyaris saja ia ditangkap seorang laki-laki seandainya ia tidak bertemu Ningsih (Dinna Olivia), pekerja seks komersial (PSK) paling populer di tempat itu. Shanaz pun terlibat lebih jauh dalam kehidupan yang penuh sandiwara itu.
Benturan Budaza
Pemilik ide cerita sekaligus penulis skenario, Monty Tiwa, menyuguhkan banyak benturan budaya yang diolah secara apik oleh sutradara Rudi Soedjarwo. Pada dasarnya ini merupakan sebuah film remaja dengan tokoh Shanaz yang merupakan tipikal remaja kota besar pada umumnya, sok tahu, sok kuat, dan suka meremehkan sesuatu, padahal ia masih membutuhkan bantuan orang pula. Hanya saja, Monty tenggelam pada romantisme kota budaya Yogyakarta yang menyimpan banyak cerita kehidupan masyarakat menengah ke bawah.
Monty memilih kehidupan PSK yang jarang disorot. Dari rumah sewaannya, Ningsih berangkat bekerja sebagai dosen, tapi sesampainya di Pasar Kembang, ia menjadi bagian dari lokalisasi itu.
Topik gegar budaya ini sempat diungkapkan Monty dengan sutradara yang sama pada film sebelumnya, Mendadak Dangdut. Tokoh Petris yang diperankan Titi Kamal dan Yulia (Kinaryosih) adalah contoh generasi MTV, tapi bagaimanakah mereka menyikapi musik dangdut? Keadaan serupa kembali dimunculkan, seorang remaja kota besar yang tiba-tiba nyemplung di kehidupan PSK sebuah permukiman masyarakat menengah ke bawah.
"Topik benturan-benturan budaya ini tidak akan ada habisnya. Anak muda kota besar, seperti Jakarta, terlalu nyaman dan merasa sudah tahu tentang dunia lewat tv kabel atau MTV, padahal, kota sebelah yang mungkin jaraknya cuma 10 km aja dia belum tentu tahu," kata Monty yang menghadiri pemutaran perdana film produksi DePic Production ini di Djakarta Theatre XXI, Rabu (16/5).
Tokoh Shanaz sebenarnya hanya seperti orang ketiga, layaknya penonton, yang menyaksikan sandiwara kehidupan seorang PSK. Terkesan ada dua cerita di dalamnya, Shanaz dengan kehidupan cintanya dengan seorang mas-mas Yogyakarta bernama Parno (Dwi Sasono) yang juga mantan kekasih Ningsih, serta Ningsih sendiri dengan kehidupan peliknya sehingga terpaksa menjadi seorang PSK. Meskipun skenario terbilang rapi sehingga cerita mudah diikuti, ada beberapa adegan yang pemotongannya dilakukan sangat kasar.