Lahir dari keluarga terhormat dan merupakan kalangan menengah yang terpandang. Orba Hutabarat besar di daerah Kayu Putih. Lingkungannya dekat dengan terminal Rawamangun, sebuah daerah yang memiliki peredaran obat-obatan terlarang dalam jumlah tinggi. Namun sebenarnya bukanlah lingkungan terminal Rawamangun tersebut yang membawa pengaruh besar bagi Orba melainkan teman-temannya di lingkungan rumahnya sendiri.
Orba mempunyai banyak teman, diantara teman-temannya itu ada satu orang yang menjadi teman dekatnya. Bahkan mereka ‘berjanji' untuk membagi segala sesuatu yang mereka punya kepada temannya, kemanapun mereka pergi bersama. Apapun yang salah satu dari mereka punya maka mereka akan membaginya dengan yang lain. Tentu saja termasuk minuman keras, rokok, sampai masalah wanita.
Temannya tersebut anak dari seorang pejabat dan memiliki uang yang banyak. Mereka sering pergi bersama dengan jeep besar temannya. Dengan mengendarai jeep itu mereka menjadi pusat perhatian banyak wanita pada waktu itu.
Orba sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, Fakultas hukum, Universitas Kristen Indonesia (1987-1990), namun ia tidak menyelesaikan karena ia ingin ikut kakaknya yang tinggal di Amerika Serikat. Tindakan Orba sempat ditentang oleh kedua orang tuanya karena ia hanya tinggal menyelesaikan dua semester lagi. Namun akhirnya Orba pun berangkat ke Amerika dan memilih untuk tidak menyelesaikan kuliahnya. Di Amerika, Orba bekerja untuk mengumpulkan uang yang akan ia gunakan untuk membuka usaha sepulangnya ke Indonesia.
Setibanya di Indonesia, tahun 1992, Orba memulai bisnis es krim, ia memiliki beberapa gerobak es dan beberapa karyawan yang mengedarkan es-esnya. Usaha Orba terbilang sukses sehingga ia dapat menikmati kehidupan yang sangat berkecukupan. Namun kesuksesan ini tidak berlangsung lama.
Terjerumus karena teman Di saat-saat itulah ia bertemu kembali dengan sahabat lamanya itu. Sahabatnya itu sudah mempunyai ‘mainan' baru, yaitu shabu-shabu. Ketika mereka bertemu, sahabatnya itu mulai menawarkan barang itu secara gratis kepada Orba.
Pertama memang Orba tidak menghiraukan namun karena temannya itu terus-menerus menawarkan barang itu kepadanya maka Orba pun mencoba. Pada awalnya ia memang tidak tahu bagaimana destruktifnya barang itu. Dan memang ia belum merasakan sakau. Sang teman mengetahui kapan Orba akan sakau sehingga ketika ia melihat gejala-gejala sakau maka ia mulai memaksa Orba untuk membeli. Sejak itulah Orba terjerat dalam lingkaran setan narkoba.
Seperti banyak pemakai narkoba lainnya, Orba lebih suka mengurung diri di kamarnya sehingga ia menelantarkan usahanya. Dan satu demi satu seluruh hartanya habis untuk membeli narkoba. Sampai seluruh gerobak es ia jual untuk membeli barang haram itu. Sehingga ia benar-benar bangkrut.
Ia mulai merongrong orangtua dan keluarganya. Dari seorang yang mandiri menjadi orang yang sangat menyusahkan orangtua dan keluarganya. Ia mulai mencuri dan menjual semua barang yang bisa dijualnya untuk membeli obat-obatan tersebut.
Karena sudah tidak ada penghasilan lagi sang pengusaha sukses berubah menjadi seorang pencuri murahan. Ketika tetangganya menanak nasi, Orba nyelonong masuk dan mencuri rice cooker beserta nasinya. Bahkan Orba mencuri televisi di rumahnya sendiri pada saat bapaknya sedang menonton. Sampai kedua orangtuanya meninggal ia belum bisa berhenti.
"Sembilan tahun saya terikat dengan putau, rasa takut saya hilang digantikan dengan rasa sakau. Jadi ketika saya menjalani kehidupan di jalan yang keras, saya hampir tidak pernah dalam keadaan sadar."
Tahun 1997 saya menikah. Pada saat acara pernikahan, setiap 15 menit saya ke belakang. Orang-orang tidak ada yang tahu apa yang saya lakukan di belakang. Saya menyuntikkan putau ke tubuh saya di saat acara pernikahan saya.
Walau sudah menikah namun pernikahan itu tidak membuatnya berhenti dari narkoba karena baginya memakai putau itu wajib setiap hari.
Becky sang isteri sangat kecewa "Saya pernah merasakan kekecewaan yang amat sangat. Bahkan saya pernah kecewa sama Tuhan dan mau meninggalkan Tuhan, saya selalu bertanya mengapa Dia mengijinkan saya mengalami penderitaan, mengapa suami saya tidak penah berubah, bahkan terus menjadi-jadi. Saya semakin kecewa ketika anak saya Samuel sudah lahir, Orba tidak sedikitpun berubah."
Karena tidak tahan dengan kelakuan Orba, akhirnya Becky memutuskan untuk meninggalkan Orba dan membawa anak-anaknya ke rumah orangtuanya. Sejak itu Orba tinggal di jalanan. Ia menjadi preman di depan Arion plaza. Pekerjaannya meminta uang dari angkot, taksi dan kendaraan yang antri penumpang di depan Arion Plaza. Ia tidak pernah pulang dan tidur di pinggir jalan atau di tempat dimana ia bisa meletakkan kepala. Akibatnya praktis ia tidak pernah mandi sehingga badannya bau sekali.
Orba bertemu dengan seorang malaikat "Entah bagaimana saya terus terbayang wajah Orba dalam pikiran saya. Karena itu saya berdoa khusus untuk mencari tahu keberadaan Orba saat itu. Saya terus berdoa untuk Orba, saya sangat percaya dia sangat berharga di mata Tuhan. Saya harus menemukannya, apa yang terjadi dengan dia"
Lewat cara Tuhan yang ajaib, Togi Simanjuntak, saudara sepupu Orba dipakai Tuhan untuk menjadi penolong bagi Orba. Setelah berdoa saya tidak tinggal diam. Saya langsung mencari tahu keberadaan Orba. Saya langsung mencari keberadaannya di jalanan. Sampai akhirnya saya menemukannya di pelataran toko. Pada saat bertemu dengan Orba, keadaannya sangat mengenaskan.
Pada perjumpaan pertama itu saya tidak banyak membicarakan tentang firman Tuhan. Karena saya tahu yang dia butuhkan saat itu cuma kasih.
Selama tiga tahun Togi tidak pernah melupakan Orba. Dia selalu setia menemui dan mendoakan Orba. Lewat keberadaannyalah Orba bisa merasakan kasih seorang saudara dan seorang sahabat yang mengasihi dia apa adanya. Sampai pada akhirnya sesuatu terjadi.
Tertangkap polisi Sekalipun ia tinggal di jalanan namun ia tidak berhenti mengkonsumsi narkoba bahkan ia menjadi bandar atau menjadi perantara, menunjukkan orang yang ingin mendapatkan shabu-shabu kemana mereka harus pergi. Sampai suatu ketika ia dijebak oleh polisi dan tertangkap. Ia harus menukarkan dirinya dengan seorang bandar bila ingin lepas dan ia lakukan.
"Saya tertangkap polisi namun saat itu saya tidak terbukti membawa barang haram tersebut. Hanya saja polisi menemukan suntikan. Di dalam mobil saya dipukuli oleh polisi, saya di tusuk jarum suntik dan di paksa untuk mengaku. Akhirnya saya ditawari kebebasan dengan syarat mau menunjukkan identitas seorang Bandar. Saya terus diinjak-injak sampai akhirnya saya mau menerima tawaran mereka"
Sejak saat itu timbul kerinduan saya untuk sembuh. Saya mulai berusaha untuk lepas dari keterikatan saya, namun semuanya itu sia-sia.
Pemulihan terjadi Keluarga berusaha membawa Orba ke panti rehabilitasi narkoba (Gerbang Aksa) namun ia tidak juga sembuh. Hingga akhirnya lewat seseorang yang mau bayar harga untuk mengasihinya meskipun ia pada saat itu sangat tidak layak untuk dikasihi, yaitu sepupunya sendiri Togi Simanjuntak.
Oleh Togi, Orba diperkenalkan dengan seorang hamba Tuhan yang melayani orang-orang jalanan dan para preman. Hamba Tuhan tersebut juga mempunyai latar belakan di dunia keras jalanan.
Orba diperkenalkan dengan seseorang bernama Niko Kili-Kili, Niko adalah hamba Tuhan yang latar belakangnya juga pernah menjadi preman dan pengedar narkoba. Ketika dilayani di tempat Niko, keadaan Orba sudah benar-benar putus asa, ia sudah bosan dengan kehidupannya yang bertahun-tahun terikat dengan narkoba.
Di tempat itulah Orba dikenalkan kembali dengan pribadi Yesus yang maha pengampun dan sanggup memulihkan apapun juga. Hingga suatu malam ketika Orba berdoa, ia mengalami mukjizat.
"Semua orang pasti setuju jika seorang junky seperti saya dulu harus memakai narkoba setiap hari agar tidak menderita sakau. Namun saya bilang kepada Tuhan, jika saya berikan hidup saya kepa Tuhan, pasti Tuhan akan memelihara saya. Tuhan pasti tidak akan meninggalkan saya."
Sesuatu yang ajaib terjadi. Sejak malam itu sampai saat ini saya sudah lupa bagaimana rasanya sakau. Tuhan telah menyembuhkan saya dari ketergantungan tanpa pertolongan obat sedikitpun. Pekerjaan Tuhan tidak berhenti sampai disitu.
Meskipun mertua Orba sudah sangat memandang rendah kepada menantunya itu karena dianggap tidak bisa memelihara keluarganya sendiri. Namun setelah mereka melihat hidup Orba telah diubahkan Tuhan melalui pelayanan Niko Kili-Kili, akhirnya mereka memberikan restu ketika untuk pertama kalinya Orba datang untuk menjemput isteri dan anak-anaknya.
Kini sejak tahun 2002, Orba melayani bersama Niko Kili-Kili dan Moses Binur. Ia melayani para pelaku kriminalitas, pecandu obat-obatan sampai hari ini. Kehidupan dan keluarganya telah diubahkan secara luar biasa oleh Tuhan. |