Bagaimana Jika Si Kecil Teridentifikasi Tantrum?

Parenting / 14 December 2005

Kalangan Sendiri

Bagaimana Jika Si Kecil Teridentifikasi Tantrum?

Fifi Official Writer
4107
Si suatu siang Joy menangis kencang di depan toko mainan minta dibelikan mobil-mobilan baru. Sebagai ibu, Wilda sangat kesal melihat kelakukan putranya. Ia tak ingin menuruti Aldi tetapi tangisannya makin lama makin kencang, membuat orang-orang mulai melihat ke arah mereka.

Perilaku Joy ini dalam Psikologi anak disebut Tantrum. Perilaku ini tergolong tindakan agresi yang merupakan kekuatan atau energi yang bersifat mengganggu atau menghancurkan. Perilaku agresi yang berlebihan bertujuan untuk menguasai situasi demi mengatasi suatu rintangan atau halangan. Penyalurannya bisa berupa perbuatan seperti merusak barang. Inilah yang terjadi pada Aldi, ia tantrum di keramaian dan mempertaruhkan kredibilitas Wilda sebagai orang tua. Perilaku agresi ini sendiri biasa muncul saat anak telah berusia sekitar 3 tahun.

Penyebab
Ada dua faktor yang mendasari tingkah laku agresif anak. Faktor pertama, untuk menyerang atau melawan sesuatu yang tidak diinginkannya. Situasi ini ditandai kemarahan atau keinginan untuk menyakiti orang lain. Sedangkan faktor kedua adalah untuk mempertahankan diri terhadap serangan dari luar. Serangan tidak harus selalu berupa serangan dari seseorang, seperti teman bermain yang mencoba memukul. Serangan dari luar dapat berupa berbagai rintangan yang dihadapi si kecil saat bermain, seperti kegagalannya menyusun puzzle. Saat menghadapi situasi seperti inilah, anak akan berteriak-teriak sebagai pernyataan rasa marahnya terhadap kegagalan yang dihadapi.

Orang Tua Bersikap Berlebihan
Agresi yang berlebihan banyak ditemui pada anak yang orang tuanya juga bersikap berlebihan. Baik berlebihan memberikan hukuman fisik atau pun orang tua yang bersikap terlalu memanjakan dan melindungi pun dapat menyebabkan si kecil berperilaku agresif. Ini karena, banyak orang tua mengira bahwa menuruti keinginan anak adalah tindakan yang efektif. Padahal anak juga mengalami proses belajar. Jika kemauan anak terus diikuti, maka anak akan terbiasa berpikir kalau meminta sesuatu harus pakai menangis atau menjerit keras.

Cara Mengatasi
Dalam menanggapi sikap agresif anak, orang tua perlu melakukan sesuatu yang dapat mengurangi sikap agresif anak saat itu. Sedangkan solusi jangka panjang adalah mencegah timbulnya sikap agresif di masa yang akan datang.
1. Biarkan si kecil menyalurkan marahnya. Selama kemarahan anak tersalurkan dan tidak melewati batas, orang tua dianjurkan membiarkan anak menyalurkan marahnya. Biarkan anak menangis atau menjerit sampai ia puas.
2. Bersikap tegas. Orang tua perlu bersikap tegas, menegur anak. Ingatkan anak ketika ia bersikap tidak mandiri dan merengek-rengek. Penerapan reward dan punishmnent juga bisa dipraktekkan. Berikan reward jika anak menunjukkan sikap mandiri dan imbangi dengan punishment jika anak menunjukkan sikap yang kurang mandiri/tidak teratur.
3. Firm but kind. Meskipun harus bersikap tegas Anda tetap harus menyampaikannya dengan baik. Sampaikan dengan kata-kata yang manis yang menangkan dengan begitu anak akan mengerti keadan orang tuanya.
Halaman :
1

Ikuti Kami