Berbahagia Untuk Orang Lain
Fifi Official Writer
Ini adalah skenario yang akrab ditemui :
Teman akrab di kuliah baru saja mengumumkan pertunangan, rekan kerja anda baru saja mendapat promosi, tetangga depan rumah membeli sedan mewah yang baru. Apakah reaksi pertama anda adalah merasa cemburu?, apakah ada rasa mengasihani diri sendiri?, atau anda merespon : mengapa itu tidak terjadi pada saya?. Bagaimana dengan hal ini :
tidak adil bahwa seseorang yang saya kenal mendapatkan apa yang justru saya ingini? Sekarang, tidak mungkin salah lagi, ini bukanlah respon yang patut dilontarkan anda, seorang percaya terhadap sukses seseorang yang anda kenal. Respon yang benar ialah dengan sungguh-sungguh memberi selamat atas berkat secara individual yang diterima orang lain. Namun ada waktu-waktu dimana anda tidak ingin bergembira untuk orang lain. Kenyataannya, kita mungkin pernah merasa dibenarkan untuk menahan semua berkat karena kita pikir hidup kita sendiri belum cukup diberkati.
Selama bertahun-tahun saya terintimidasi dengan sukses orang lain, dan memegang kepercayaan yang keliru bahwa kesuksesan orang lain bagaimanapun juga akan mengurangi kesuksesan diri saya, khususnya jika orang itu punya tujuan yang sama dengan saya. Itu membakar urat syaraf saya bahwa kawan sebaya saya ini telah mendapat pekerjaan dengan gaji tinggi dalam lapangan pekerjaan setelah studinya di universitas tanpa harus melakukan banyak usaha. Urat syaraf saya terbakar saat seseorang yang saya kenal telah terpilih untuk menyanyi solo di gereja dan itu bukan saya. Urat syaraf saya terbakar kala orang yang tanpa persiapan dan kelihatannya tidak layak untuk pernikahan dapat diberkati dengan pasangan barunya. Saya ingin berdiri diatas kotak sabun dan berteriak : "Hei, kamu baru saja mencuri mimpi saya!".
Saya tidak ingin lama-lama berkumpul dengan orang-orang ini karena itu akan mengingatkan saya bagaimana tidak suksesnya saya menurut pikiran saya. Dalam pikiran saya yang bersaing, saya beralasan bahwa saya adalah suatu kesalahan karena orang lain yang begitu sukses. Dan ini menjadi begitu indah karena menemukan seseorang individu menjadi musuh saya. Saya menghindari mereka dengan semua usaha untuk menenangkan rasa harga diri saya. Ini berbicara tentang keadaan yang tidak aman (insecure). Saya begitu dibatasi oleh rasa cemburu sehingga saya tidak dapat berbahagia dan bergembira bersama orang lain.
Namun setelah melewati tiga puluh tahun - adalah memalukan untuk mengakui bahwa hal itu telah terbawa dalam hidup saya selama ini - saya telah diajar bahwa hanya karena orang lain mendapat berkat tidak berarti bahwa berkat saya harus telah disunat atau dipotong denda. Sukses orang lain tidak membatalkan sukses saya.
Itu karena Tuhan tidak memainkan pola umat favorit ketika Dia hendak memberkati anak-anakNya. Dalam
Mazmur 5:12 dikatakan : "Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu". Apakah anda percaya hal itu? Ini adalah kebenaran.
Dalam kenyataan, saya dapat mengatakan tanpa sangsi bahwa Tuhan juga telah memberkati hidup anda. Apakah pernyataan ini terlihat terlalu berani? Jika anda memiliki rumah, sebuah mobil, uang untuk belanja dan anak-anak yang dekat maka anda sesungguhnya telah diberkati.
Dan bahkan jika anda tidak mempunyai hal-hal diatas, jika anda mengikuti Tuhan, maka anda tetap diberkati karena dalam Alkitab dikatakan bahwa anda yang menerima Tuhan adalah anak-anak Allah (1Yohanes 3:1), anda telah ditebus Tuhan (Mazmur 71:23), anda telah dipilih Tuhan (Efesus 1:11). Berdasarkan
Efesus 2:10 dikatakan : Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Ayat ini menyatakan bahwa anda dan saya adalah orang yang bebas untuk memberikan berkat pada orang lain. Nats ini menyatakan pada kita bahwa berkat kita yang datangnya dari Tuhan amat terjamin kelangsungannya.
Untuk bergembira dengan orang lain bukan hanya suatu pilihan, tapi adalah pilihan yang baik. Dan lebih dari itu, itu adalah pilihan Tuhan sebab Firman Tuhan memerintah kita untuk mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Alkitab mengatakan prinsip ini secara berulang-ulang. Dan seperti yang dikatakan dalam Galatia 5:14 bahwa semua hukum dapat disimpulkan dengan satu perintah ini. Ini adalah kemampuan yang dahsyat.
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN. (Imamat 19:18)
Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (Roma 13:9)
Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. (Yakobus 2:8)Memberkati orang lain adalah prinsip yang sederhana, anda mungkin berfikir itu akan mudah untuk dikerjakan. Bagaimanapun ada waktu ketika menjadi gembira bagi orang lain menjadi suatu tantangan. Hal ini terjadi karena kita perlu mematikan diri kita sendiri. Mati untuk keinginan kita adalah menyakitkan, namun mempunyai Tuhan yang bangkit dalam kita melalui karakterNya dan jalan-jalanNya sungguh-sungguh adalah kehidupan yang benar. Harapan sewaktu anda memutuskan untuk memberkati orang lain mungkin tidak terasa alami pada awalnya. Anda mungkin ingin mengambil kembali berkat anda ketika, terutama setelah berdoa untuk orang lain, mereka betul-betul sukses dalam usaha kerasnya. Kecemburuan mungkin mulai mencoba untuk mengambil bagian dalam langkah anda. Tapi jangan menyerah. Bertobat dari semua perasaan yang salah dan lanjutkan untuk memberkati orang lain dan biarkan Tuhan bekerja terhadap sikap anda yang buruk. Tuhan akan mengubah anda ketika anda taat padaNya.
Hal menarik tentang berkat usaha ialah ketika kita mempraktekkan hal itu secara konsisten, kita akhirnya juga akan diberkati. Ketika sahabat baik kita sukses dalam karirnya, kita dapat dengan alami membagikan hal itu dengan suatu kegembiraan. Itu tidak hanya menjadi kemenangan teman kita, namun juga kemenangan kita. Ketika kita berdoa untuk tetangga untuk menerima berkat secara keuangan dan Tuhan menjawab doa-doa itu, kita dapat tersenyum dan merasakan bahwa kedalaman hati kita ternyata selaras dengan tujuan Tuhan untuk individu tersebut.
Ketika kita memberi apa yang Tuhan perlukan dari kita, kita selalu menerima sesuatu kembali. Ini adalah prinsip dari hukum tabur tuai. Firman Tuhan dalam
Lukas 6:38 mengatakan : "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."Don't worry. Be happy... untuk orang lain dan nantikan apa yang Tuhan buat untuk anda!
Halaman :
1