Bila Anak Menghisap Jari

Parenting / 13 December 2005

Kalangan Sendiri

Bila Anak Menghisap Jari

Fifi Official Writer
4187
Melarang anak untuk tidak melakukan kegiatan yang disukainya, kadang seperti menyuruhnya melakukan kegiatan tersebut. Karena anak belum paham tentang bahaya yang bisa ditimbulkannya. Namun, dengan bahasa yang mudah dipahami dan contoh yang dapat dimengerti, atau dengan mengalihkan perhatian, perlahan-lahan anak akan meninggalkan kebiasaan buruk yang digemarinya.

Beberapa tips di bawah ini perlu dilakukan bila anak anda memiliki kebiasaan mengisap jari:
  • Beri penjelasan dengan bahasa yang paling sederhana dan mudah dimengerti oleh anak sesuai usia mereka, tentang bahaya dari mengisap jari.
  • Alihkan perhatian anak melalui aktivitas yang disukainya.
  • Jangan langsung memarahi, ajaklah berbicara dengan lembut.

Sudah Besar Masih Isap Jari
Mengisap jari,mengompol, atau menangis sebagai senjata, kerap dilakukan anak-anak balita. Semakin anak-anak besar, satu persatu kebiasaan itu ditinggalkan.Tapi, ada juga yang terbawa hingga mereka dewasa. Mengapa begitu?

Beberapa kebiasaan anak yang berlanjut, ada yang perlu diwaspadai, tetapi ada juga yang tidak perlu dicemaskan. Contohnya, kebiasaan mengisap jari. Perilaku tersebut tak berbahaya, tapi perlu diwaspadai. Biasanya ada sesuatu yang tidak beres dalam perkembangan sang anak. Anak mulai suka memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya saat dia berusia dua tahun. Mereka akan memasukkan mainan atau benda yang ditemukannya ke dalam mulutnya. Sepertinya ada kepuasan yang dirasakan saat dia melakukan hal tersebut. Psikolog RSUP Sanglah, Denpasar, Bali Dra Retno IG Kusuma Psi mengatakan, jika anak berusia lebih dari dua tahun masih mengisap jari itu merupakan hal yang tak wajar. Dia melihat, perilaku tersebut sebagai salah satu bentuk pelampiasan kecemasan.

"Mengisap jari saat anak sudah memasuki usia sekolah merupakan salah satu bentuk kecemasan yang dirasakan anak. Misalnya, anak merasakan ketakutan saat ditinggal ibu. Bisa juga akibat kebiasaan di waktu bayi yang masih berkelanjutan," sebut Retno. Dia menambahkan, kebiasaan yang masih berlanjut itu juga karena anak merasakan kenikmatan saat mengisap puting sang bunda.Sesudah tidak mendapatkan ASI, dia akan mengalihkan ke hal lain seperti jari. Namun, lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan. Retno menjelaskan, selain sumber kasih sayang, orangtua juga bisa menjadi letak kecemasan anak. "Orangtua yang terlalu sibuk atau orangtua yang protektif dan tuntutan orangtua yang tinggi akan membuat anak merasakan ketegangan. Orangtua yang tak memperbolehkan anak melakukan apapun atau orangtua yang terlalu menuntut sempurna akan membuat anak merasa cemas," tutur Retno. Hal tersebut sejalan dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud bahwa anak mengalami ketidakpuasan fase oral, dia akan mencari kepuasan, salah satunya dengan mengisap jari.

Kemungkinan lain dapat ditimbulkan karena orangtua membiasakan anak mengempeng. Kebiasaan ini akan terus berlanjut jika mendapat sumbangan dari lingkungan dengan membiarkan anak melakukan hal tersebut. Pendapat senada diungkapkan psikolog dari Human Development Center (Humanika), Melly Puspita Sari Psi, perilaku anak yang masih suka mengisap jari merupakan suatu kebia- saan karena adanya ketegangan- ketegangan yang dialihkan. Melly memberi contoh, misalnya anak merasakan ketidaknyamanan di lingkungan tempat dia berada, anak dimarahi orangtua, ditinggal oleh significant person kemudian anak mengalihkan ke dalam perilaku mengisap jari. Significant person ini bisa orangtua, bisa pula pengasuhnya. Keadaan ini akan membuat anak berada dalam ketidaknyamanan. "Perilaku mengisap jari merupakan salah satu kompensasi pengalihan stres anak, bisa juga anak melakukan tempertantrum. Tindakan ini sebagai bentuk ketidaknyamanan emosional anak," tandas Melly.

Melly menambahkan, pada saat bayi berusia dua tahun,dia mengalami perkembangan psikoseksual yang diarahkan ke oral. "Sedangkan kebiasaan yang berlanjut sampai anak memasuki usia SD, bisa jadi anak mengalami regresi (keterlambatan perkembangan).Ada proses yang tertunda dalam kepribadiannya," tuturnya. Perilaku ini bisa juga sebagai bentuk mencari perhatian karena kebiasaan yang tidak lazim dilakukan oleh anak seusia SD. Bisa juga salah satu bentuk mencari perhatian untuk mendapatkan sesuatu. Anak akan mendapatkan perhatian orangtua ketika mengisap jari. Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak perlu melakukan sesuatu agar diperhatikan. Dia menyarankan, setiap perkembangan anak memerlukan perhatian orangtua sehingga perilaku yang tidak seharusnya dilakukan anak dapat segera diketahui.Jika belum lancar dalam salah satu perkembangan tertentu,anak harus mendapat stimulasi. Sebaliknya, jika anak mengalami suatu kemunduran fase tertentu, kebiasaan tersebut harus segera dihilangkan
Halaman :
1

Ikuti Kami