Apakah Anda Benar-benar Mendengarkan?

Parenting / 13 December 2005

Kalangan Sendiri

Apakah Anda Benar-benar Mendengarkan?

Fifi Official Writer
4107
Suzanne telah mewawancarai ratusan remaja dan pelajar (berusia antara 13 sampai 21 tahun) selama kurang lebih 9 bulan untuk mengumpulkan pendapat mereka mengenai isu-isu yang penting, seperti apa yang membuat mereka menjauh dari keluarga dan dari iman mereka, apa yang mereka butuhkan, mengapa mereka tidak mau berbicara dan apa yang akan mereka katakan jika mereka memutuskan untuk berbicara. Hari ini Suzanne akan membahas tentang mendengarkan anak anda.

Ada salah satu lirik lagu rock yang mengajukan pertanyaan kepada para orang tua, "Apakah teriakanku cukup keras bagimu untuk didengar?" Musik adalah ungkapan hati dari setiap generasi dan lagu-lagu semacam itu memberitahukan kepada kita bahwa kaum remaja ingin didengar. Adalah hal yang sangat penting untuk memahami tantangan-tantangan yang dihadapi anak remaja anda, namun bagaimana jika ada "tembok kesunyian" di antara anda dan mereka? Bagaimana anda bisa mendengarkan jika mereka tidak mau berbicara? Saya telah mewawancarai ratusan remaja untuk mengetahui jawabannya dan ternyata para remaja ingin bercakap-cakap dengan orang tua mereka, namun seringkali mereka tidak dapat melakukannya kecuali mereka benar-benar yakin bahwa orang tuanya akan mendengarkan.

Tanya: Kalau orang tuamu bisa melakukan satu hal untuk mempengaruhimu, hal apakah itu?
"Orang tua yang bisa mendengarkan adalah satu berkat yang besar..." - Vickie (21)
"Ayahku sangat nyaman diajak berbicara. Dia tidak banyak bertanya, hanya mendengarkan. Itulah mengapa aku suka bercerita padanya." - Brianna (16)

Jadi apakah penghalang komunikasinya? Para remaja memberikan lima alasan mengapa mereka memilih untuk tidak berbicara pada orang tua mereka:
1. Orang tuaku mungkin tidak mengerti
2. Menghindari ceramah dan omelan
3. Orang tuaku mungkin akan menjadi panik
4. Orang tuaku mungkin akan berusaha memperbaikinya menurut kemauan mereka sendiri
5. Orang tuaku tidak benar-benar mengenal diriku yang sebenarnya.
Saya akan membicarakan mengenai 2 alasan yang paling penting di bawah ini

Orang tuaku mungkin tidak mengerti

"Apa yang aku jalani sangat berbeda dengan apa yang telah mereka jalani. Peraturan sekolah dan budaya telah banyak berubah. Apa yang aku ceritakan mungkin mengejutkan bagi mereka walaupun hal itu sudah biasa bagiku." - Laura N. (15).

Sangat sulit bagi remaja untuk bercerita pada orang tua mereka tentang kebebasan seks jama sekarang atau seperti apa sulitnya mempertahankan iman mereka dalam budaya yang semakin berlawanan dengan Kekristenan. Ketakutan terbesar yang mereka hadapi dalam berkomunikasi dengan orang tua bukan mengatakan kebenaran, tapi mengatakan kebenaran dan kemudian dihakimi oleh orang tua mereka. Remaja jaman sekarang ditantang untuk menunjukkan kasih Tuhan dalam satu budaya yang mengatakan jika mereka tidak ikut didalamnya maka mereka akan dicap aneh dan tidak punya toleransi.

Apakah anda sadar betapa sulitnya hal ini bagi mereka? Anda mungkin tidak mengerti atau tidak setuju terhadap pandangan budaya saat ini, namun sangat penting untuk mengetahui dan mendengarkannya. Remaja kita perlu tahu bahwa ada orang yang akan mendengarkan apa yang akan mereka katakan. Percakapan semacam ini dengan mereka bisa jadi merupakan kesempatan untuk memberikan arahan yang benar bagi mereka maupun peneguhan dan dorongan semangat bahwa mereka melakukan hal yang benar. Meskipun kita mungkin tidak memahami dunia dan budaya remaja saat ini, dengan mendengarkan, anda memberikan mereka tempat yang aman untuk berbagi.

Orang tuaku mungkin akan berusaha memperbaikinya menurut kemauan mereka sendiri

Tanya: Apakah kamu akan memberitahu orang tua jika kamu telah melakukan kesalahan besar?
Ratusan remaja menjawab, "Tergantung...". Setelah meneliti lebih jauh saya menemukan bahwa, jika sebuah kesalahan benar-benar terlihat jelas oleh orang tua, maka mereka akan membicarakannya langsung. Jika masalah itu sangat besar seperti kehamilan atau kecanduan, mereka menginginkan pertolongan orang tua mereka. Namun jika kesalahan atau masalah mereka tidak begitu besar, mereka ingin menanganinya sendiri, bukan karena mereka ingin menyembunyikan kesalahan itu, tapi lebih karena mereka ingin membereskannya sendiri.

Selama tahun pertama kuliah anak saya, dia membiarkan beberapa hal penting terlewat begitu saja. Dia berhasil dalam banyak area, namun dia kehilangan sejumlah besar beasiswa. Ketika dia menceritakannya pada kami, refleks kami adalah menarik dia kembali ke jalur yang benar. Saat saya dan suami saya berbicara, saya berpikir tentang survei ini. Anak saya tidak mencari kami untuk membereskan masalahnya namun agar kami ada di sana untuk dia selagi dia membereskannya sendiri. Kami membiarkan dia tahu bahwa kami mengakui hal-hal positif yang telah dia capai dan bahwa kami mempercayai dia untuk menangani sisanya. Kami berjanji untuk terus mempercayainya dan menyemangatinya sementara dia melakukan tanggung jawabnya. Itu tidak mudah, namun selanjutnya kami melihat hasil-hasil. Dia mengambil tanggung jawab penuh atas pilihan-pilihannya. Itu adalah langkah kedewasaan yang besar untuknya, dan saya bangga padanya.

"Tergantung situasinya. Jika saya berusia lebih tua, saya akan menginginkan dukungan dan pengampunan mereka, namun tidak memerlukan pertolongan mereka. Saya akan menyelesaikannya sendiri dan menjadi seseorang yang dewasa." - Teddi H. (13)
"Saya menyadari saya sangat menyayangi orang tua saya dibanding berfokus pada kesalahan-kesalahan mereka, dan seberapa dalam mereka menyayangi saya dibanding melihat kesalahan saya. Dan bagaimana miripnya mereka dengan Tuhan, mengawasi kita, membiarkan kita terkadang membuat kekacauan kecil, namun menyayangi kita dengan kasih yang tidak bisa kita balas. - Karianne P. (17)

Para remaja sudah mempunyai gambaran yang jelas tentang bagaimana respon orang tua yang mereka inginkan jika mereka berbuat salah. Mereka menginginkan pengampunan, dorongan semangat, dan arahan yang benar. Mereka mendefinisikan pertolongan sebagai dorongan semangat, bukan gambaran bahwa orang tua mereka akan ikut campur dan membereskan semuanya. Mereka tidak mencari solusi instant, namun seseorang yang menunjukkan bagaimana mereka dapat belajar dari kesalahan yang mereka lakukan.

Kalau anda ingin memperbaiki kesalahan atau masalah remaja anda, anda tidak sendirian, itu adalah naluri anda sebagai orang tua. Mereka dahulu adalah bayi yang polos dan kita melindungi mereka, kita mengunci dan melarang agar mereka tidak mencelakakan diri mereka sendiri, kita memberitahu mereka untuk menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum menyeberang jalan. Kita mewakili otoritas total dan perlindungan dalam hidup mereka. Sebagai orang tua dari remaja, peran kita berubah. Kita harus sadar bahwa remaja akan menghadapi saat-saat sulit. Terkadang mereka akan membuat kesalahan-kesalahan, dan kesalahan-kesalahan itu adalah peluang untuk bertumbuh. Bagaimana reaksi kita saat mereka menceritakan kesalahan-kesalahan itu akan menentukan bobot kedewasaan yang mereka peroleh dari pengalaman itu.

Tips

Pergilah bersama anak remaja anda ke tempat dimana anda bisa makan bersama atau ke taman. Biarkan dia tahu bahwa anda mau mendengarkan apa yang dia ceritakan. Katakan padanya bahwa hubungan anda dengannya penting. Tanyakan apakah ada sikap anda yang membuat dia frustasi atau merasa sulit berkomunikasi dengan anda. Yakinkan dia bahwa anda akan mendengarkan dan bukannya langsung memberi nasehat atau ceramah panjang. Lakukanlah, tapi jangan maju melampaui titik ini, karena sekarang anda hanya menunjukkan kepadanya bahwa anda terbuka untuk mendengarkan. Bahkan jika dia tidak merespon, latihan ini mungkin saja memecahkan tembok penghalang antara anda dengannya saat dia melihat bahwa anda benar-benar tulus ingin mendengarkannya
Halaman :
1

Ikuti Kami