Nilai Dari Surga

Family / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Nilai Dari Surga

Admin Spiritual Official Writer
5686

Saya berada didalam air dan tangan saya melambai-lambai di dasar air. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri saya. Sesaat sebelum tenggelam, kakak saya memegang tangan saya, pada saat itulah saya merasa bebas.

Keadaan itu hanyalah salah satu pengalaman yang dialami Lando Garcia akibat keterbatasan pada tubuhnya. Kaki Lando menjadi lumpuh akibat serangan polio dimasa kanak-kanaknya. Dia baru berumur dua tahun pada saat ia mengalami polio. Itulah alasan mengapa ia tidak bisa berjalan dengan normal. Selama 11 tahun selanjutnya ia harus berjalan merangkak sampai akhirnya ia belajar untuk memakai tongkat.

Sewaktu Lando berusia 14 tahun, ia baru memiliki keberanian untuk mau bersekolah. Namun ia tidak pernah menyelesaikan karena ketidakmampuan dan keterbatasan tubuh. Baginya itu merupakan beban berat. Sejak saat itu ia hanya ingin tinggal di rumah. Lando begitu takut orang-orang akan menolak dirinya. Dalam keadaan yang tersisihkan, Lando seperti umumnya remaja lainnya juga merasakan keinginan untuk jatuh cinta dan berpacaran dengan seorang gadis. Namun hasrat hatinya terbentur keadaan tubuhnya.

Saya tahu kalau saya katakan kepada gadis perasaan cinta saya pasti mereka akan menolak saya. Hal itu sudah terprogram dalam pikiran saya.

Karena apa yang dipikirkannya itu justru membuat ia semakin marah dan semakin memperburuk keadaannya. Lando selalu cemburu melihat orang lain melakukan sesuatu yang ia tidak bisa lakukan. Tahun demi tahun berlalu dan ia semakin marah kepada dunia. Ia melihat dunia ini tidak adil kepada orang yang seperti dirinya. Itu memberi alasan baginya untuk melakukan apa saja yang ia ingin lakukan. Lando bahkan akhirnya menjadi seorang penjudi di arena pertandingan balap kuda.

Saya tidak bisa bertemu orang karena saya pikir mereka hanya akan menghina saya. Jadi saya mulai berjudi saja. Kalau ada orang lain yang saya lihat kecanduan dengan obat-obatan, maka saya ini kecanduan dengan judi.

Tapi disinilah Lando menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya.
Teman saya mengatakan bila ia menjadi saya maka dia lebih baik untuk bunuh diri saja. Saya begitu marah sehingga saya membalasnya dengan kata-kata yang kasar juga. Dari situ saya mulai melihat hal-hal yang saya alami dan lakukan. Saya menjadi putus asa dan saya melihat diri saya hanya menjadi beban bagi orang lain.

Sampai suatu hari atas undangan kakaknya, Lando mengikuti kelompok belajar Alkitab.
Selama pendalaman Alkitab itu saya bersembunyi di dalam rumah, saya tidak mau orang-orang yang datang melihat saya, terutama melihat kaki saya yang cacat.

Namun sekalipun Lando bersembunyi, suara Tuhan tetap terdengar olehnya. Pada saat ia melihat dengan mata tertutup, ia dapat melihat bahwa ia akan memiliki hidup yang indah. Saat itu Tuhan menunjukkan padanya kehidupannya yang penting. Dia mulai mengenal Tuhan dan menjadi Tuhan sebagai inspirasi untuk berubah.

Lando merasa bahwa ia sudah menghabiskan hidupnya. Lando menemukan perubahan dalam dirinya. Ia justru mendapatkan beban untuk membantu orang lain yang mengalami hal yang sama dengan dirinya dengan menceritakan kepada mereka bagaimana Tuhan mengubahkan hidupnya.

Akhirnya ia menyelesaikan kursus menjahit dimana ia dapat memakainya untuk mendukung hidupnya. Sekarang Lando dapat mengatakan bahwa ia sudah berkeluarga. Tongkat yang selama ini menjadi hal yang memalukan baginya justru menjadi alat untuk melihat hal besar yang Tuhan dapat lakukan dalam hidupnya.

Banyak orang berkata bahwa saya tidak bisa menikah. Namun saya memilih untuk lebih mendengarkan suara Tuhan dari pada suara manusia. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus karena Ia menunjukkan kepada saya hidup yang sebenarnya.

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh. (Ibrani 12:11-13)

Sumber Kesaksian: Lando Garcia

Halaman :
1

Ikuti Kami