Serangan stroke dapat terjadi pada seseorang secara tiba-tiba. Si penderita dapat saja mengalami kelumpuhan, bahkan kematian secara mendadak. Seorang bapak yang juga merupakan hamba Tuhan bernama Timotius Rohim mengalami serangan stroke dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh ratusan orang.
Dalam pertemuan itu saya baru saja menyampaikan suatu pernyataan. Namun cara bicara saya tiba-tiba menjadi pelo. Terus terang dalam hati ini saya merasa amat malu karena orang banyak menjadi tidak mengerti apa yang saya katakan. Saya tidak berpikir jika saya sedang diserang oleh sakit stroke. Saya tidak tahu apa yang ada dalam pikiran rekan-rekan saya yang datang pada pertemuan itu namun saya sendiri merasakan satu tekanan dalam diri saya. Saya pikir apakah saya sudah gila?, tapi kok saya masih sadar juga. Selesai mengikuti pertemuan itu saya langsung pulang ke rumah.
Tapi setelah sampai di rumah, bahasa yang saya gunakan untuk berkomunikasi dengan istri sudah tidak nyambung lagi. Saya bisa menangkap maksud setiap perkataan istri saya, namun ketika saya akan menjawab pertanyaan atau komentarnya, jawaban yang saya berikan selalu keluar dari jalur, tidak nyambung.
Timotius lalu pergi ke dokter atas inisiatif istrinya.
Sore harinya istri saya berinisiatif membawa saya ke dokter. Tapi sesampainya di sana, dokter juga bingung karena penjelasan tentang penyakit yang saya sampaikan ini tidak nyambung karena bahasa yang saya gunakan ini selalu pelo. Malah saya dimarahi oleh istri saya yang mengira bahwa saya sedang bergurau dengan dokter yang memeriksa saya. Saya saat itu hendak membalas pernyataan istri saya. Tapi kata-kata yang keluar justru tidak karuan dan tidak dapat dimengerti. Dokter yang menyaksikan hal itu langsung marah pada saya, dia mengira saya mempermainkan dia. Setelah pulang ke rumah saya mulai meminum obat, tapi obat itu ternyata tidak mempan untuk saya. Kepala saya bertambah pusing dan terasa sakit luar biasa.
Keesokan harinya kondisi bapak Timotius semakin memburuk sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit.
Dr. Yanto, seorang internist turun tangan merawat Timotius.
Pada tanggal 18 Agustus 2000, bapak Timotius datang ke rumah sakit kami. Dia mengalami sakit kepala yang luar biasa dan ada dalam keadaan tuli sama sekali. Waktu itu tekanan darahnya tinggi sekali yaitu angka atasnya 220 dan bawahnya 120. Kami lalu melakukan pemeriksaan otak dengan menggunakan Helical Scanning dan akhirnya kami menjumpai adanya pendarahan di otak sebelah kiri atas, suatu pendarahan yang cukup besar. Namun tiga hari berikutnya ternyata pendarahan bapak Timotius menjadi semakin parah. Hal ini cukup membahayakan, dan bila keadaannya memburuk dokter bedah syaraf kami saat itu juga telah siap untuk melakukan operasi.
Dr. Yanto begitu prihatin dengan kondisi Timotius.
Kondisi umum bapak Timotius tidak terlalu baik mengingat pendarahannya sudah cukup luas. Sudah hampir masuk ke bahasa medisnya "Tentrical sebelah kirinya sudah hampir menembus ke jalan tengahnya". Dalam kondisi demikian jantung dan pernafasan bapak Timotius bisa saja berhenti dengan tiba-tiba.
Malamnya Timotius merasakan sekujur tubuhnya seperti ditarik-tarik dan dilipat-lipat. Suatu kesakitan yang sangat parah.
Jam 10 malam saya merasakan tangan saya ini seperti terlipat. Urat kaki seperti tertarik ke arah atas. Tengkuk ini seperti dipaksa ditekuk, bibir saya mulai bergetar seperti dilipat dan mulut seperti ditarik ke atas. Mata saya mulai seperti tertarik keatas dan kebawah. Sakitnya luar biasa sekali. Saya merasa bahwa hidup saya akan segera berakhir, saya pasti mati. Kalau saya sempat menutup mata maka ketika saya hendak membuka mata rasanya berat dan sulit sekali, akhirnya saya berusaha untuk tidak menutup mata. Saya pikir kalau saya sampai menutup mata pasti hidup saya akan berakhir. Tapi hal yang menguatkan saya kemudian hanyalah doa. Malam itu saya tidak putus berdoa, saya pikir kalau sampai mati, saya akan mati dalam doa. Saya tidak mau sia-siakan waktu itu.
Pada saat-saat genting itulah sahabat-sahabat Timotius datang untuk berdoa dan berseru pada Tuhan. Mereka memohon kesembuhan dari Tuhan untuk Timotius.
Budi Sastradiputra, rekan Timotius mengingat doa yang mereka naikkan
Pada waktu itu kami mulai berdoa dipimpin pendeta pembina gereja kami. Kami berdoa dengan doa yang sangat simple dan sederhana. Kami berdoa dan menyatakan bahwa organ tubuh pak Timotius ini sesungguhnya Tuhan yang punya. Kami hanya minta Tuhan memberi kesempatan sekali lagi bagi Timotius. Lalu doa kami tutup. Setelah berdoa itu kami sedang bercakap-cakap dengan keluarga Timotius, sesuatu yang ajaib terjadi.. Waktu itu anehnya pak Timotius yang sedang berbaring di ranjang mulai bisa mengenal nama-nama kami. Kami heran dengan kemajuan itu bahwa bapak Timotius bisa mengenal nama-nama orang yang datang. Kami tahu bahwa ingatannya telah mulai normal kembali. Kita sungguh-sungguh bersukacita pada waktu itu.
Timotius merasakan kuasa kesembuhan melalui doa.
Ada suatu sukacita masuk dalam diri saya. Saya buka hati saya dan saat itu ada bentuk kesembuhan yang masuk dalam hidup saya. Kemudian saya menerima kesembuhan. Saya mengucap syukur untuk kesembuhan yang mengalir dalam hidup saya.
Setelah diadakan pemeriksaan oleh tim dokter, hasil kesembuhan yang dialami oleh Timotius sungguh mengherankan. Dr. Yanto yang merawat Timotius sungguh kagum akan pemulihan kesehatan yang terjadi.
Secara medis semua itu mengagetkan apalagi kesembuhan itu terjadi dengan begitu cepatnya. Dalam satu minggu saja kesehatan bapak Timotius telah banyak pulih, pendengarannya telah kembali dan sakit kepalanya telah hilang. Sepuluh hari kemudian kami team medis membuat MRA dan ditemukan pendarahannya telah stop total. Boleh dikatakan dalam tempo waktu dua minggu saja bapak Timotius dapat sembuh total tanpa ada sisa residu. Ini adalah suatu hal yang boleh dikatakan mujizat.
Kini Timotius Rohim telah kembali ke keadaan sedia kala. Tidak ada efek samping penderita stroke sama sekali seperti jalan terseok-seok atau wajah yang miring. Sungguh ajaib apa yang ia alami.
Ini adalah sesuatu yang luar biasa yang tidak bisa saya lupakan dalam hidup saya. Yang saya pegang ialah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang berseru kepada Dia.
Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Matius 8:16-17)
Sumber Kesaksian: Timotius A. Rohim