Peralatan memasak dari teflon yang membuat masakan tidak lengket dikabarkan mengandung zat carcinogen (zat penyebab kanker). Tetapi apakah teflon tidak boleh digunakan lagi? Begitu disampaikan oleh George B. Corcoran, seorang toxicologist (ahli racun) dan pemimpin departemen Pharmaceutical Sciences di Wayne State University di Detroit. Corcoran juga seorang anggota komite U.S. Environmental Protection Agency (EPA) yang melaporkan komposisi perfluorooctanoic acid (PFOA), "zat mirip carcinogen". Bersama EPA dia mendorong industri untuk menghilangkan PFOA dari teflon dan peralatan anti lengket lain, masalah kuali penggoreng masuk ke dalam sorotan media. Tapi Corcoran mengatakan tidak perlu panik. "Apakah masih boleh menggunakan peralatan teflon?" katanya, "Jawabannya adalah: ya.".
Menurut Corcoran dan ahli lain, bukti kerugian yang disebabkan PFOA dalam masakan sehari-hari masih rendah. "Menurut saya, para ahli sains bersikap bijaksana dengan mengurangi dampak pada masa mendatang, karena kami juga belum mengetahui efek jangka panjang," katanya. EPA dalam websitenya mengatakan, karena "para ahli sains masih belum pasti, EPA yakin tidak ada alasan bagi konsumen untuk berhenti menggunakan produk yang mengandung PFOA.".
PFOA adalah zat yang disebut "intermediate chemical" (zat kimia perantara) oleh ahli kimia industri, yaitu sesuatu yang dihasilkan selama proses manufaktur, tapi belum tentu ada pada produk akhir, atau hanya ada dalam jumlah kecil. Seorang anggota komite EPA, James E. Klaunig, seorang profesor bidang toxicology di Indiana University School of Medicine, mengatakan, "Menurut pengalaman saya dengan studi PFOA, begitu teflon diproduksi sebagai anti lengket, PFOA tidak ada lagi. Karena itu tidak mungkin PFOA terlepas dari teflon." Pernyataan ini diulang oleh pembuat peralatan masak teflon dari Perancis, T-FAL. Dalam situsnya, perusahaan menjelaskan bahwa PFOA adalah pecahan dari produk polytetrafluoroethylene, bahan dalam lapisan anti lengket. Pada proses manufaktur, perusahaan menghilangkan PFOA dari panci dan kuali T-FAL dengan suhu tinggi (572 derajat Fahrenheit). Hasilnya: "Lapisan ani lengket T-FAL tidak mengandung PFOA," jelas perusahaan.
Para ahli mencatat bahwa sisa PFOA dalam peralatan masak hanya akan hilang pada suhu yang sangat tinggi - meskipun bisa diakali dengan penurunan titik batas suhu. T-Fal mengatakan titik batas adalah 572 derajat Fahrenheit, tetapi ahli di tempat lain percaya suhu harus mencapai 600 derajat Fahrenheit. Para ahli dari Environmental Working Group yang berpusat di Washington melobi untuk pelarangan PFOA. Mereka mencatat bahwa panci yang diletakkan pada suhu panas bisa mencapai lebih dari 600 derajat Fahrenheit dalam waktu 2-5 menit. Corcoran mengatakan meskipun ia masih menggunakan peralatan masak anti lengket, ia tidak akan memasak dengan suhu yang rendah. Sejumlah studi pada binatang mnyatakan bahwa PFOA , yang juga digunakan dalam manufaktur wadah kertas fast-food, kain anti lengket, dan produk lain, dapat meningkatkan keracunan pada hati (liver) dan meningkatkan resiko terkena masalah pada hati, pankreas, dan kanker kelenjar timus.
Studi pada manusia sangat dilarang, studi pada karyawan yang terekspos tingginya level PFOA dalam lingkungan. "Para karyawan juga terkena zat lain, sehingga sangat sulit menginterpretasikan data dalam studi," kata Corcoran. Meskipun demikian, "Perhatian utama adalah substansi PFOA cenderung tertimbun dalam waktu yang lama dalam tubuh," jelas Kendall Wallace, presiden Society of Toxicology dan profesor bidang biochemistry dan molecular biology di University of Minnesota Medical School di Duluth. Hal tersebut penting, tambahnya, karena kebanyakan studi nonepidemiological yang dilakukan hingga saat ini hanya meliputi resiko jangka pendek pada binatang.
"Hal tersebut mungkin saja merefleksikan sistem dalam kehidupan nyata, dimana kita mendapat dosis rendah yang berakumulasi berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau dekade," kata Wallace. "Waktu tidak memungkinkan kami melakukan studi tersebut." Menurut Wallace, poin yang diperoleh adalah pengaruh penggunaan peralatan masak sehari-hari atau produk lain terhadap manusia masih merupakan tanda tanya besar. Ia percaya bahwa konsumen harus mengetahui data yang ada dan menentukan sendiri sikap yang akan diambil. Sebagai seorang ahli sains, ia mengatakan, "Kami mencoba mengambil pendekatan yang sangat konservatif untuk membatasi resiko yang tidak terantisipasi."
Bagi orang yang masih bingung terhadap teflon, Corcoran mencatat bahwa pilihan lain mungkin juga beresiko. "Meskipun kita semua kembali mengunakan wajan besi yang sudah lama, para ahli sains tahu bahwa besi menstimulasi produksi radikal bebas dalam tubuh. Jadi, mungkin saja mengkonsumsi besi dalam jumlah besar malah lebih berbahaya dari zat yang terkandung dalam teflon." Nah, daripada bingung, kita santai saja, sambil menunggu hasil riset lebih lanjut yang akan mereka lakukan. Yang penting kita menerapkan pola hidup sehat secara seimbang, tidak terlalu phobia akan masalah kesehatan, dan tetap memeriksakan kesehatan kita secara berkala ke laboratorium dan dokter.