Discover Your Talent

Kata Alkitab / 21 November 2005

Kalangan Sendiri

Discover Your Talent

yosefel Official Writer
8393

Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu... - Nasihat St. Paul kepada muridnya, Timothy.

"Orang yang hebat adalah orang yang bisa berprestasi dalam bidang pekerjaan yang tidak disukainya," ujar seorang teman yang kebetulan memegang posisi sebagai senior general manager di sebuah perusahaan besar di negeri ini. Semula saya sempat terdiam dan memikirkan secara serius apa yang dikatakan sang teman ini. Dalam hati saya berkata, "Memang benar pernyataan tersebut namun rasanya sangat sulit bagi seseorang untuk bisa memberikan yang terbaik, apalagi menggapai prestasi maksimal, pada sebuah pekerjaan yang tidak disukainya? Bukankah manusia cenderung tidak betah ketika melakukan sesuatu yang pada dasarnya tidak disukainya?"

Secara pribadi, saya bukanlah tipe orang yang suka berdebat, apalagi memaksakan kehendak pribadi pada orang lain. Hanya saja, pernyataan sang teman tersebut sempat membuat saya berpikir ulang mengenai talenta yang telah diberikan Tuhan kepada setiap anak manusia. Bukankah Tuhan ingin agar kita mengembangkan talenta yang ada pada kita, bukan yang ada pada orang lain? Bukankah itu berarti kita harus menjadi diri sendiri? Tentu saja kita harus menjadi diri kita sendiri yang terbaik. Singkatnya, kita harus mampu menemukan talenta kita untuk kemudian mengembangkannya sehingga dapat memberkati hidup sesama dan memuliakan nama-Nya.

Mengenai cara menemukan talenta, saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Rick Warren (penulis buku Purpose Driven Life) bahwa kita harus menanyakannya kepada Sang Pencipta. Ini sangat wajar karena sebagai Sang Pencipta, Dialah yang paling mengetahui dalam bidang apa kita harus berkarya di muka bumi ini. Hal ini sama persis dengan seorang pencipta sebuah alat yang mengetahui secara persis bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan alat tersebut sehingga alat tersebut memiliki kinerja yang maksimal. Untuk itu, kita harus tekun berdoa dan bertanya kepada Tuhan mengenai kehendak-Nya bagi hidup kita. Saya sendiri menemukannya lewat jalan ini.

Memang, selain itu ada sejumlah cara, metoda atau alat bantu yang bisa digunakan untuk menemukan talenta kita. Teman-teman yang berprofesi sebagai psikolog dapat sangat membantu dalam hal ini meski tidak selalu akurat. Mentor saya yang juga guru kepemimpinan Kristen, Dr. John C. Maxwell pernah mengajarkan saya sebuah pendekatan untuk menemukan talenta seseorang. Maxwell yang juga seorang pendeta itu menyarankan agar kita mencari bidang pekerjaan yang membuat kita bergairah (passion) atau bidang yang kita ahli (strength).

Puji syukur kepada Sang Pemberi Hidup karena sejak berusia 26 tahun saya telah berhasil menemukan apa persisnya talenta saya. Saya sangat yakin talenta yang kita miliki sangat berhubungan dengan panggilan hidup kita. Percayalah, Tuhan tidak pernah meminta kita melakukan sesuatu tanpa memberikan kita kemampuan untuk itu dan mengirimkan orang lain untuk membantu kita.

Kini saya tahu bahwa talenta saya sebagai penulis buku pengembangan diri, pembicara seminar dan trainer (kerap orang menjuluki saya sebagai motivator) sangat erat kaitannya dengan panggilan hidup saya untuk menjadi berkat bagi hidup orang lain. Saya tahu Tuhan memanggil saya dan memperlengkapi saya agar saya bisa membantu orang lain bertumbuh menjadi insan yang lebih baik sebagaimana Ia sendiri telah menuntun saya dengan penuh kesabaran.

Perjalanan hidup kemudian mengajarkan saya mengenai sejumlah ciri yang menandakan kalau sebuah bidang pekerjaan merupakan talenta seseorang. Perkenankanlah saya dalam jumpa kita kali ini untuk membagikan setidaknya 10 ciri tersebut, yaitu:

  • kita menyukai pekerjaan tersebut,
  • kita mau melakukan pekerjaan tersebut meski tidak dibayar,
  • kita merasakan kemudahan ketika melakukan pekerjaan tersebut,
  • kita terus bertumbuh dalam bidang pekerjaan tersebut,
  • kita sering dipuji orang karena pekerjaan tersebut,
  • kita bersemangat ketika membicarakan pekerjaan tersebut,
  • kita sering lupa waktu ketika melakukan pekerjaan tersebut,
  • kita merasa puas ketika melakukan pekerjaan tersebut,
  • kita merasa bangga bisa melakukan pekerjaan tersebut, dan
  • kita mudah mempengaruhi orang dalam bidang pekerjaan tersebut.


Bercermin dari hal di atas, saya kerap mengatakan, keluarkan orang dari zona nyaman (comfort zone) namun tidak dari zona talentanya (talent zone). Misalnya, sebagai penulis, saya harus terus berusaha agar semakin baik dalam menulis karena itulah talent zone saya.

Bagaimana menurut Anda? ***

Halaman :
1

Ikuti Kami