Suamiku Mati Sebagai Korban Bom

Family / 17 January 2005

Kalangan Sendiri

Suamiku Mati Sebagai Korban Bom

Admin Spiritual Official Writer
7218

Sumber Kesaksian: Nana Remianty

Persahabatan yang manis pasti pasti menimbulkan rasa kasih sayang. Begitupula dengan Nana dan Kokom. Persahabatan yang dipupuk dari masa SMP, menumbuhkan rasa cinta dalam hari mereka hingga dewasa. Tali kasih itu akhirnya membawa mereka ke ikatan pernikahan.

Nana Remianty: "Kami menikah bulan Juni. Pacarannya berlangsung dengan baik ya.....Dia menjemput saya dengan keluarganya. Saya berdiri dengan keluarga saya. Didepan pintu hotel dia ngasih bunga tangan ke saya dan saya ngasih bunga ke jasnya. Memang agak tegang waktu itu. Tapi saya ngerasa waktu itu suasananya indah banget. Semua baik dan sayapun masuk ke altar dan duduk dikursi pelaminan.

Awal perkawinan itu merupakan masa-masa terindah bagi pasangan Kokom dan Nana. Itupun tertanam dalam hati mereka berdua.

"Selama dua bulan saya merasakan indahnya menjadi seorang istri. Saya berusaha untuk melayani dia, untuk merhatikan dia. Terus saya masakin dia juga walaupun saya belum bisa masak. Biar masakan saya tuh nggak enak, dia tuh seneng gitu makan... semua senang".

Namun ketika ditugaskan ke Cepu Jawa Tengah, Nana merasakan sesuatu yang aneh mengenai Kokom didalam hatinya.

"Saya merasakan adanya rasa kehilangan gitu loh....rasanya aneh dan nggak biasanya. Perasaan itu lain....Saya suka lihat foto dia, Kayaknya saya ngerasain saya bakal ditinggal ama dia dalam waktu lama".

Namun Nana berusaha menepis perasaan tersebut sampai Kokom pulang dari tugasnya. Hingga suatu ketika......

"Jadi waktu itu pagi hari, dia tiba-tiba bilang kalau dia malas kekantor. Pokoknya pagi itu kita mau berdua aja. Ya udah kami putuskan untuk ke bengkel dulu untuk benerin lampu. Setelah lampu bener, kita kekantor. Dan itu udah jam setengah duabelasan gitu...Karena sudah mau jam 12, kita akhirnya makan siang bareng. Setelah makan, balik lagi kekantor, dan dia nyiapin semua yang diperluin untuk dibawa pergi lagi nemuin klien di BEJ. Jam 15.15, dari rumah saya menelpon dia dan mengajak dia pergi. Tapi karena kita memang ada janji untuk jenguk teman nantinya, jadi dia bilang nanti saja, aku udah mau pulang nih. Saya bilang hati-hati dan diapun menutup teleponnya.

Tanpa disangka, pembicaraan melalui telepon itu adalah pembicaraan terakhir antara Nana dan Kokom. Maka tersiarlah kabar yang mengejutkan di televisi.

"Waktu saya lihat di TV kejadian bom meledak, memang saya langsung panik juga ya, karena saya tahu suami saya ada disana. Dan yang pertama kali saya lakukan itu angkat telepon dan saya coba telepon terus tanpa henti-hentinya. Memang nggak pernah ada jawaban".

Karena kehilangan kontak dengan suaminya, Nana dan orangtuanya memutuskan untuk menyusul ke gedung BEJ untuk mencari Kokom. Namun yang terjadi....

Praktiknyo Adi (Ayah Nana): "Kami datang dan saya masuk kedalam sementara anak-anak nunggu di luar. Saya sampai di parkiran itu dan menemukan dia dalam kondisi yang parah sekali. Disitu saya nggak bisa apa-apa lagi. Saya hanya bisa berdoa. Saya ketemu Nana dan saya rangkul Nana. Saya bilang ayo kita berdoa saja".

Kokom telah pergi untuk salama-lamanya. Nana dan keluarganya hanya bisa berdoa mohon kekuatan dari Tuhan.

Made Miani (Ibu Nana): "Kami hanya bisa menyerahkan ini kepada Tuhan. Hanya Tuhan Yesus yang empunya kita sebagai manusia, agar kita diberi kekuatan itu. Tanpa kekuatan dari Tuhan, kita tidak mampu".

Pdt. Daniel Rudi, S.E.: "Saya katakan pada Nana bahwa ia pasti kuat. Dan itu terbukti sampai hari ini. Maka seterusnya saya percaya Nana tetap bisa tegar dan tetap bisa kuat karena pertolongan Tuhan. Dalam kondisi seperti ini saya bilang tidak ada penghiburan lain yang kita bisa berikan kepada Nana, kecuali penghiburan didalam kekuatan Kristus yaitu Firman Allah".

Firman Allah telah menjadi kekuatan bagi Nana. Nana kini sanggup menghadapi hari-harinya dengan penuh sukacita.

"Penderitaan itu menimbulkan tahan uji. Dan tahan uji itu menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan didalam Kristus tidak akan mengecewakan. Saya tahu itu karena saya terus berharap dan suatu saat juga saya akan ketemu dengan Kokom di surga".

Roma 5:3-5 "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita".

Halaman :
1

Ikuti Kami