Sumber Kesaksian: Wiweko Mulyono
Seorang ayah mana yang tidak sedih dan bingung jika menghadapi anak dan istrinya yang sakit cukup parah dalam waktu yang bersamaan.Kebingungan dia pada saat itu tak dapat dielakkan karena berbagai keperluan si sakit menjadi tanggung jawab si ayah.Pokoknya semua tanggung jawab diambil alih sang ayah sebagai kepala keluarga. Belum lagi dia harus memikirkan pekerjaannya di kantor.
Kenyataan ini dihadapi oleh Wiweko Mulyono dimana anak dan istrinya sakit demam berdarah dalam waktu yang bersamaan.Tak terbayangkan betapa bingungnya Wiweko menghadapi anak dan istrinya.Peristiwa ini terjadi pada sore hari, ketika Wiweko dan istrinya hendak berangkat ke suatu acara teman mereka.Tiba-tiba istri Wiweko merasa tidak enak badan dan mengurungkan niatnya ke pesta. Wiweko menyarankan pada istrinya agar beristrahat di rumah saja, nanti dia yang pergi ke pesta. Maka berangkatlah dia ke pesta meninggalkan istrinya yang sakit. Sekembalinya Wiweko dari pesta ternyata penyakit istrinya bertambah parah, suhu badannya sangat tinggi dan terasa sakit di seluruh badan.
Pada malam itu Wiweko sangat bingung, tindakan apa yang akan dilakukannya.Keesokan harinya Wiweko memanggil dokter.Sesuai hasil pemeriksaan dokter, ternyata Vera menderita gejala penyakit demam berdarah.Sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan dokter, maka dokter juga menyarankan bahwa Vera harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Selama di rumah sakit, Vera menjalani pemeriksaan dan perawatan secara intensif dari tim dokter. Trombosit darah menurun dari jumlah normal seseorang yaitu 175.000 menjadi 35.000. Menurut dokter, jumlah trombosit ini sangat kurang dan Vera mengalami masa kritis.
Belum selesai mengahadapi sang isteri yang masih sakit, kini Wiweko harus menghadapi anaknya, Andreas yang juga sakit.Pada hari itu tepatnya hari Sabtu, setibanya Wiweko dari Jakarta mengikuti suatu pertemuan, ia mendapatkan anaknya tergeletak lemas tak berdaya di atas tempat tidur sambil dijaga oleh kakak-kakaknya.Wiweko langsung membawa Andreas ke dokter untuk memeriksakan diri. Dari hasil pemeriksaan dokter ternyata gejala penyakit Andreas sama dengan yang diderita ibunya.Wiweko semakin bertambah bingung. Andreas berdiskusi dengan Vera, apakah Andreas perlu untuk dirawat inap di rumah sakit. Mereka menyepakati agar Andreas dirawat di rumah.Sepanjang perjalanan kembali ke rumah, Andreas muntah-muntah dan suhu badannya panas tinggi.
Malam itu merupakan malam yang paling menyedihkan bagi Wiweko sebab dia harus memikirkan dan menjaga istri dan anaknya yang keduanya berada dalam masa kritis. Satu hal yang dilakukan Wiweko pada malam itu adalah menyerahkan seluruh pergumulan ini ke dalam kuasa dan kasih Tuhan. Ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.Yang ada dalam dirinya adalah rasa putus asa, bingung dan tidak sanggup menghadapi kenyataan. Malam itu dilalui Wiweko dengan berdoa agar Tuhan menyembuhkan anak dan istrinya. Selesai berdoa Wiweko tidur bersama anaknya.Namun hatinya tetap tidak tenang, kembali dia terbangun dan berdoa pada Tuhan agar anak dan istrinya bisa melewati masa kritis.Tak terasa malam semakin larut bahkan hampir pagi. Wiweko akhirnya tertidur di kursi.
Sementara dia tertidur, anaknya bangun menuliskan sesuatu pada secarik kertas buat ayahnya yang berisi: " papi, saya sudah sembuh dari sakit panas karena papi sudah mendoakan saya. Terima kasih, Tuhan memberkati." Selesai menulis, Andreas tidur kembali dan ayahnya tiba-tiba terbangun dan berdoa kembali. Wiweko kaget melihat secarik kertas di atas Alkitab.Diambilnya kertas itu lalu dibacanya. Dia seakan tidak percaya membaca isi secarik kertas itu. Wiweko menoleh ke tempat tidur, ternyata anaknya sudah bangun dan tidak ada lagi di kamar.Diikutinya Andreas ke bawah, ingin memastikan apakah benar Andreas sembuh dari sakitnya.Ternyata memang benar, Andreas sembuh dari sakit dan ia bersiap-siap hendak mengikuti ibadah minggu anak-anak di gereja. Sementara Wiweko menyaksikan kebaikan Tuhan pada diri anaknya, istrinya menelpon yang mengatakan bahwa ia sudah sembuh.Wiweko sangat kaget mendengar berita itu tetapi sekaligus dia sangat bersyukur.Dokter juga mengatakan bahwa masa kritis yang dilewati Vera sangat cepat jika dibandingkan dengan kondisi penyakit Vera yang cukup parah.
Dalam ilmu kedokteran, proses kesembuhannya termasuk cepat dan tergolong langka. Dari peristiwa ini, Wiweko sekeluarga mengambil hikmah bahwa hanya di dalam Tuhan ada jalan keluar menghadapi suatu pergumulan hidup. Jika kita selalu bersandar dan berharap pada Tuhan maka kasihNya selalu menyertai hidup kita. Kesembuhan, kekuatan dan kesehatan yang sempurna dari Tuhan dinyatakan dalam keluarga Wiweko.