Sumber Kesaksian: Martina
Tahun 1986 untuk pertama kalinya saya dinyatakan terkena kanker. Waktu itu saya mengalaminya di kelenjar tyroid sehingga saya harus menjalani terapi dengan meminum cairan radioaktif. Tahun 1986 saya menjalani operasi. Setelah operasi pertama kanker tersebut, di tahun 1987 saya dinyatakan kembali menderita kanker dan harus menjalani operasi pada bagian tubuh berbeda. Indung telur saya yang sebelah kanan terdapat kista yang rasanya menyakitkan sekali. Tahun 1989 akibat sakit yang tidak tertahankan lagi, akhirnya seluruh rahim saya diangkat.
Dr. Andrijono, Md. FICS FIGCS mengatakan tentang analisa kesehatan Martina. Kondisi ibu Martina yang ditangani sejak tahun 1988 dari hasil patologi menunjukkan adanya kanker ganas dengan stadium lanjut. Ibu Martina harus mengalami kemoterapi yang memiliki efek samping seperti rambut rontok, mual, muntah dan terkadang membuat kadar sel darah putih turun, sel pembeku darah turun dan kadar haemoglobin juga turun.
Mulanya jika saya menghadapi operasi maka saya diliputi kekuatiran dan ketakutan, bagaimana jika saya mati di meja operasi?. Saat itu saya akan mulai menangis, saya takut sekali. Saya seperti tidak punya harapan dan pegangan lagi sehingga saya mulai pergi ke tukang ramal dan dukun. Namun semua itu tidak membuat saya tenang bahkan saya semakin ketakutan. Saat itulah saya tahu bahwa saya harus mengenal Tuhan.
Saat dilanda ketakutan itu saya pergi ke gereja yang tidak saya kenal. Disana saya bertemu dengan seorang ibu pendeta yang kemudian membimbing saya mengenal Yesus Kristus. Saya dibimbing mengenal Kristus melalui firmanNya. Disitu hati saya mulai merasa tenang. Setelah saya kenal Tuhan, saya melihat keadaan saya jauh berbeda dibanding keadaan saya yang dulu. Saya tidak merasa takut lagi, begitu sukacita dan mempunyai pengharapan dalam menjalani kemoterapi ini. Dampak sampingan akibat pengobatan yang biasanya menyiksa akhirnya nyaris tidak saya rasakan.
Saat rambut saya untuk ketiga kalinya hilang dari kepala saya bahkan sampai licin, saya sama sekali tidak sedih. Saya dimampukan untuk berfikir bahwa rambut ini bukan milik saya, tubuh ini bukan milik saya, semuanya itu milik Tuhan. Kalau Tuhan mengijinkan hal ini terjadi pasti maksudnya adalah baik. Ada saat-saat dimana saya lemah dan ingin untuk dikuatkan. Disaat itulah saya merasa haru karena saya memiliki suami yang sangat baik. Dengan penuh kesabaran dia berdoa dan memeluk saya.
Dr. Andrijono, Md. mengatakan kekaguman atas perjuangan Martina.
Vitalitas ibu Martina sangat bagus dan tinggi sekali. Saya juga sangat berterima karena dia sering sekali memberikan semangat kepada pasien-pasien saya yang menjalani kemoterapi. Saya sering meminta pertolongan pada ibu Martina jika ada pasien yang yang takut menjalani kemoterapi. Saat itulah ibu Martina menyatakan kesediaan untuk datang dan memberikan semangat dan kekuatan pada sesama pengidap kanker.
Sebenarnya setiap kali saya hendak berangkat ke rumah sakit, hati saya selalu menolak. Tapi saya berdoa dan memohon pada Tuhan agar mengirimkan jiwa-jiwa sebagai orang yang bisa saya layani di rumah sakit. Saya sendiri tetap beriman bahwa kuasa darah Kristus sudah menyembuhkan, tapi saya juga berdoa agar kehendak Bapa di Surga yang jadi. Pada saat saya bicara ini, kembali didalam tubuh saya dinyatakan ada kanker lagi. Ini sudah yang kelima kali. Saya cuma memegang satu hal bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya ini adalah seijin Tuhan. Saya mengerti bahwa apa yang Tuhan ijinkan itu maksudnya baik an saya harus mengucap syukur.
Sekarang di rumah saya dibuka ladang pelayanan yang Tuhan sendiri siapkan bagi saya. Bagi siapapun saat ini yang sedang mengalami sakit, saya ingin mengajak bersama saya untuk bangkit dan tidak terpaku pada penyakit yang ada. Marilah melayani Tuhan selama kita masih diberi nafas dan ucapkan syukur dalam segala perkara. Dia Tuhan yang hidup dan menjadi sumber kekuatan bagi saya, pengharapan satu-satunya. Kalaupun gelombang menerpa hidup, saya percaya Dia sanggup menggendong sampai masa tua saya.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2 Korintus 12:9-10)