Ignasius Obinizaro Gea, remaja berusia 13 tahun asal Desa Lolomboli, Gunungsitoli Selatan, Pulau Nias ini merupakan seorang siswa kelas delapan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dalam kesehariannya, dia adalah seorang anak yang malas dan sulit untuk menuruti orangtua. Misalnya, saat dia diminta mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dia seringkali tidak melakukannya. Di sekolah apalagi, dia mengaku malas belajar.
Bukan hanya itu, kebiasaan Ignasius bangun terlambat juga jadi penyebab orangtuanya kerap memarahinya. Dia bahkan tak peduli jika sang ibu harus menangis meratapi sikap buruknya.
Awalnya dia berpikir untuk tidak peduli karena merasa bahwa selama ini kedua orangtuanya bertindak pilih kasih dan suka membandingkan dirinya dengan anak-anak tetangga.
“Saya cuek saja bahkan saya benci kepada orang tua saya karena saya seringkali dibandingkan dengan anak tetangga yang rajin dan selalu seperti itu,” jelas Ignasius.
Karena merasa dipaksa, Ignasius pun kerap marah dan memberontak kepada orang tua. Hal ini membuatnya tidak betah di rumah.
Namun ketika berkesempatan menyaksikan tayangan Superyouth berjudul 'Kasih Sayang Orangtua yang Dibeda-bedakan' yang diadakan oleh pelayanan pendidikan komputer dari CBN Indonesia di Nias, hidup Ignasius pun diubahkan sepenuhnya.
Tayangan ini memberinya pemahaman baru bahwa tidak ada orang tua yang tidak mengasihi anak-anaknya. Ignasius mulai berpikir bahwa yang dilakukan orang tuanya mungkin adalah cara mereka untuk mendorong anak-anaknya menjadi pribadi yang lebih baik, mandiri dan sukses ke depan.
Dia pun menyadari jika selama ini dia sudah salah menilai orangtuanya. Karena alasan satu-satunya dia diperlakukan demikian oleh orang tuanya semata-mata karena kemalasan dan sikap tidak penurutnya.
“Tayangan ini secara tidak langsung memberikan saya pencerahan bahwa orang tua sangat menyayangi anak-anaknya dan juga tayangan ini menyadarkan saya bahwa selama ini saya salah menilai orangtua saya,” ungkapnya.
Hingga akhirnya, putra dari pasangan Feber Jaya Gea dan Isana Ziliwu ini mengambi komitmen untuk berubah. Dia bahkan meminta ampun kepada Tuhan dan kepada kedua orang tuanya.
“Puji Tuhan orangtua saya memaafkan saya. Saya tidak lagi malas dan apa yang disuruh oleh orangtua saya berusaha mengerjakannya dengan baik,” jelasnya.
Dari yang sebelumnya pemalas, kini Ignasius menjadi anak yang rajin dan penurut. Dia sendiri tak lagi segan untuk terbuka kepada kedua orang tuanya dan belajar mendengarkan nasihat yang mereka sampaikan.
Ignasius bersyukur melalui tayangan Superyouth, dia bisa bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Mari dukung pelayanan ini dengan menjadi bagian mitra kerja kami. Jika Anda terbeban, silahkan klik link di bawah ini.