Cinta di masa muda sering membutakan seseorang sehingga tidak bisa melihat sisi negatif seseorang. Hal ini pula yang dialami oleh Stella saat berjumpa dengan seorang pria yang memberikan perhatian lebih kepadanya.
“(Dia) romantis.. Sisi baiknya disitu. Saya selalu lihat segi positifnya dia, klo lihat negatifnya terus saya ngga bisa jalan sama dia,” demikian Stella menceritakan kisahnya.
Saat memperkenal pria pilihannya itu kepada orangtuanya, Stella mendapatkan tanggapan yang tidak terlalu menggembirakan. Memang orangtuanya tidak serta merta menolak pria tersebut, namun sang mama memberikan peringatan tentang firasat yang didapatnya tentang sang pacar pilihannya tersebut.
“Saya percaya tidak percaya sih, namun di hati kecil saya merasa sepertinya ada benarnya.”
Walau demikiaan Stella menepis peringatan sang mama dan juga suara hati kecilnya itu. Namun bersama berjalannya waktu dan kedekatan mereka, Stella mulai mendapati karakter-karakter sang kekasih yang membuatnya tidak merasa nyaman. Pria tersebut sering mengajaknya ke tempat kerjanya di sebuah hiburan malam, dan tidak hanya itu, pria tersebut sangat possessive dan over protective sehingga membatasi pergaulannya dengan sahabat-sahabatnya.
Semakin dalam hubungan mereka, pria tersebut semakin berani menunjukkan sisi gelapnya. Kata-kata kasar dan makian sering terlontar pria tersebut ketika mengalami konflik dengan Stella, bahkan ketika marah, pria itu melampiaskannya melalui adu jotos dengan orang lain untuk mengintimidasi Stella. Hal itu membuat Stella takut dan melontarkan untuk memutuskan hubungan mereka, namun yang terjadi lebih mengerikan.
“Kalau sampai kita putus, kamu sama keluarga kamu akan aku bunuh!!” demikian ancam pria tersebut.
Teror itu membuatnya tidak berkutik. Tetapi diam dan menerima kebobrokan tersebut tidak membuat pria itu berhenti mengintimidasinya. Bahkan pria tersebut makin berani dengan meminta berhubungan seks, sedangkan mereka belum menikah.
“Aku kasih pilihan,” ancam pria itu. “Orangtua kamu aku bunuh, kamu aku pukul, atau kita lakuin!”
“Akhirnya saya pilih saya dipukul saja, ‘lebih saya mati daripada melakukan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan’, saya bilang begitu. Dia pukul saya pakai alat, awalnya di tangan, klo belum puas terus ke punggung, trus ke paha. Saya dihajar gitu, hampir setiap hari. Akhirnya saya bener-bener hancur hati,” ungkap Stella.
Setelah kuliah, Stella yang mulai sibuk kerja berusaha sebisa mungkin untuk menghindari pria tersebut. Namun pria itu terus menteror melalui telephone baik di rumah maupun di kantor, akhirnya karena malu pada rekan kerjanya, Stella memutuskan untuk berhenti kerja.
Hingga sesuatu yang buruk terjadi pada sang mama, kanker stadium akhir membuat ibunya itu meregang nyawa. Bukannya memberi dukungan kepada Stella, pria tersebut justru merongrongnya dan menuntut perhatian Stella. Hal itu membuat keberanian Stella muncul dan memutuskan pria itu.
Namun hal itu tidak berlangsung lama, mamanya akhirnya meninggal dunia. Seperti orang yang kehilangan pegangan hidup, Stella mulai mencari pria itu lagi.
“Dihati kecil saya, saya belum siap kehilangan dia. Namun itu kesalahan saya, menelphone dia kembali,” demikian pengakuan Stella.
Hubungan yang tersambung kembali itu berujung kepada janji manis si pria yang akan secara resmi melamarnya di hadapan papanya. Namun sudah diberi kesempatan beberapa kali, pria itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Hal itu menimbulkan kekecewaan yang mendalam di hati Stella, bahkan membuatnya putus asa.
“Saat saya tidak bisa bikin apa-apa, seperti ada suara-suara yang bilang ‘Udah kamu mati aja.’ Pagi-pagi saya pergi keluar untuk mencari gedung yang tinggi di Jakarta. Entah kenapa ketika sudah dekat gedung itu, saya tidak bisa berdiri. Lalu di dalam hati saya seperti ada suara yang berkata, ‘Jangan bunuh diri, sebaiknya kamu ke rumah ibadah saja, mencari Tuhan.’”
Di gereja yang kosong itu, Stella berdoa dan menangis kepada Tuhan untuk memohon pertolongan menyelesaikan masalah hubungannya dengan pria yang ia cintai itu.
Sekalipun tidak kunjung melamar Stella, namun pria tersebut terus menghubunginya dan ingin bertemu dengannya. Namun ayah Stella menolak mentah-mentah permintaan itu. Stella bahkan mengalami trauma dan ketakutan saat mendengar suara telephone. Melihat kondisi putrinya itu, sang ayah akhirnya dengan kasih menasihati agar Stella mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Dorongan untuk dekat kepada Tuhan itu kuat banget,” ungkap Stella. “Harapan itu hanya ada pada Tuhan. Waktu itu yang ada di pikiran saya, ‘carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu’, disitulah saya berdoa meminta hubungan ini bisa selesai dan dia bisa menerima keputusan saya ini.”
Setelah memanjatkan doa itu, Stella merasakan damai dan juga kasih Tuhan yang besar atas kehidupannya. Hatinya diteguhkan bahwa masalah ini pasti selesai dengan baik, karena Tuhan campur tangan didalamnya.
Beberapa bulan kemudian, telephone rumah Stella kembali berdering. Ia pun mengerahkan seluruh keberaniannya untuk mengangkat telephone tersebut. Saat ia mendengarkan suara pria itu, terbersit rasa takut dihatinya. Dengan hati-hati ia meminta agar hubungan itu diakhiri saja, dan diluar dugaannya, pria tersebut dapat menerimanya dengan baik.
“Puji Tuhan, akhirnya terjawab sudah setelah sekian lama. Berdoa itu tidak sia-sia, jawaban Tuhan benar. Setelah saya dekat sama Tuhan, saya dibaharui hati saya. Tidak membenci dia, dan untuk mengasihi dia dengan tulus. Saya berdoa tidak putus-putusnya untuk dia, hal itu yang membuat saya bisa mengampuni dia.
Kisah nyata ini dituturkan langsung oleh nara sumber kesaksian Stella Wuwungan.