Jangan Membunuh, Perintah Allah Ke-Enam (bag. I)

Kata Alkitab / 13 June 2013

Kalangan Sendiri

Jangan Membunuh, Perintah Allah Ke-Enam (bag. I)

Yenny Kartika Official Writer
11077

Mengapa setelah perintah untuk menghormati ayah dan ibu, lalu dilanjutkan dengan “Jangan membunuh”? Allah ingin manusia menghargai sesamanya. Apalagi yang sedang dibicarakan tentang membunuh atau dibunuh adalah makhluk yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Semua kesulitan di dalam kehidupan masyarakat, baik itu ketidakadilan atau ketidakharmonisan antara seseorang terhadap orang lain adalah karena manusia kurang menghargai sesamanya. Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, kejahatan merajalela di bumi dan mendarah-daging dalam sifat manusia. Ketika manusia menjadikan dirinya pusat dari segalanya, egosentris menjadi motivasi utama, dorongan hidup, dan kriteria kelakukan kita, sehingga muncullah ketidakadilan.

Orang membunuh orang lain karena merasa dirinya pantas hidup di dunia sementara orang lain tidak pantas hidup di dunia; atau kehadiran orang lain telah mengganggu keberadaan dirinya sehingga ia meniadakan orang itu. Itu sebabnya, setelah Allah memberikan perintah untuk menghormati orang tua, segera disusul dengan perintah jangan membunuh. Manusia tidak boleh membunuh karena yang menetapkan nilai setiap manusia bukanlah manusia, melainkan Allah. Allah yang mencipta, memberi, dan mengizinkan seseorang hidup; Ia memahkotainya dengan kehormatan dan kemuliaan. Jadi, setiap orang patut dihargai.

Tidak ada filsafat, kebijaksanaan, dan kebudayaan dari zaman apa pun atau negara mana pun yang memberi nilai lebih tinggi dari yang Alkitab berikan. Sebelum Allah menciptakan manusia, Ia berkata, “Marilah Kita menjadikan manusia atas peta dan atas teladan Kita.” (Kejadian 1:26, TL). Maka diciptakan-Nya laki-laki dan perempuan seturut peta teladan-Nya.

Sebelum manusia dicipta, ia sudah diberi harkat, nilai, dan harga. Pada umumnya, kita harus mengerjakan sesuatu terlebih dahulu barulah diberi nilai. Misalnya, seorang seniman menciptakan lagu, barulah orang menentukan harga jualnya. Begitu pula produsen mobil merancang dan memproduksi mobil baru, barulah orang menetapkan harga jualnya. Tetapi Tuhan tidak demikian. Ia telah menciptakan nilai sebelum menciptakan manusia.

Manusia diciptakan paling akhir dan mendapat nilai yang tertinggi. Allah menciptakan manusia sebagai tuan alam semesta juga sebagai makhluk yang menikmati semua yang telah Allah ciptakan sebelumnya baginya. Semua ciptaan dicipta untuk manusia dan manusia dicipta untuk Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah berada di atas manusia dan manusia berada di atas seluruh alam. Siapapun tidak berhak untuk mengubah urutan posisi ini. Barangsiapa bergeser dari posisi yang Allah telah tetapkan, seumur hidup ia akan kacau, penuh kekhawatiran, bahkan merasa hidupnya tidak berarti.

Allah menciptakan segalanya untuk dinikmati dan dipakai manusia untuk melayani manusia. Maka, kucing, sapi, langit, bumi, udara, oksigen, dan semua makanan yang bernutrisi diciptakan untuk manusia. Manusia boleh memiliki, menikmati, dan mengalami anugerah Tuhan yang begitu limpah, melampaui segala ciptaan-Nya yang mengisi semua kebutuhan tubuh maupun batinnya. Alam yang begitu indah diciptakan Allah untuk manusia, bahkan malaikat diciptakan untuk melayani anak-anak Tuhan yang mewarisi keselamatan. Itu sebabnya kita harus sadar dan bangga akan posisi yang Allah tetapkan, yakni lebih tinggi dari segalanya.

Jangan sekali-kali kita menurunkan derajat diri kita menjadi budak materi atau budak uang. Orang kaya yang hidup hanya mencari uang dan tidak bisa hidup tanpa banyak uang adalah budak harta. Tetapi orang yang berpotensi menduduki jabatan tinggi, lalu rela menjadi guru yang honornya kecil, berarti dia sudah terlepas dari belenggu harta.

Tuhan menciptakan segala sesuatu termasuk materi untuk mencukupi kebutuhan kita. Jadi materi bersifat pasif dan rendah sedangkan manusia bersifat aktif dan tinggi derajatnya. Tetapi setinggi apapun manusia, dia tetap berada di bawah Allah. Maka, jika kita meletakkan sesuatu selain Allah di atas kita, kita telah menghina dan merampas kemuliaan Allah.

Manusia adalah wakil Tuhan sehingga ia diciptakan menurut peta teladan-Nya. Inilah nilai manusia yang tepat. Manusia memancarkan dan merefleksikan kemuliaan dan kehormatan Allah.

Karya Beethoven bisa kita lihat sebagai peta teladan Beethoven; karya Mozart memiliki peta teladan Mozart; karya Haydn memiliki peta teladan Haydn. Setiap orang besar meletakkan peta teladan mereka di dalam karya mereka. Dari manakah kita mengenal Tuhan? Dari manusia. Dari mana kita melihat aksi melawan Tuhan? Juga dari manusia. Maka manusia dapat menyatakan ketaatannya kepada Allah sehingga merefleksikan peta teladan-Nya, tetapi juga dapat memberontak, melawan, dan merefleksikan pembangkangan terhadap peta teladan Allah. Maka, adalah bohong jika seseorang mengatakan ia mencintai Tuhan tetapi membenci sesamanya. Omong kosong jika seseorang yang tidak menghargai karya Allah yang memiliki peta teladan-Nya mengaku berbakti kepada Tuhan. Orang yang membunuh manusia demi agama adalah orang yang sama sekali tidak mengerti Tuhan dan tidak mengerti hukum keenam yang Ia berikan, yaitu: Jangan membunuh.

Tuhan Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh isi dunia tetapi kehilangan nyawanya?” ([kitab]Matiu16:26[/kitab]). Itu berarti manusia jauh lebih tinggi nilainya dari seluruh isi dunia ini. Oleh karena itu, Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk menghargai sesamanya, mulai dari menghargai orang tua, lalu menghargai semua orang lain.

 

Sumber: Pdt. Dr. Stephen Tong

[bersambung...]

Sumber : Pdt. Dr. Stephen Tong | YK
Halaman :
1

Ikuti Kami