Matius 6:24
Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
Yesus menyajikan pilihan pada para murid-Nya: Mereka bisa melayani Tuhan atau uang – pilih salah satu – tidak bisa keduanya sekaligus. Orang Kristen didorong untuk memegang apa yang dimilikinya dengan tangan terbuka sebagai kesaksian kepada dunia. Jumlah harta yang dimiliki, baik besar maupun kecil, tidak pernah membedakan orang percaya dari orang yang tidak mengenal Kristus. Perbedaan yang diukur adalah kekayaan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka.
Bagaimana kita melihat, menangani, dan menggunakan uang menunjukkan sikap hati kita. Hari ini banyak orang hati mereka berpusat pada diri mereka sendiri karena mereka putus asa mencari arti dan keamanan. Kedua kebutuhan dasar itu melampaui garis yang memisahkan ras, keyakinan, atau budaya, dimana orang-orang di dorong untuk mencari pengakuan dan rasa aman dengan mengumpulkan uang dan harta akibatnya banyak yang telah kehilangan perspektif spiritual mereka. Uang, bukanlah tujuan itu sendiri, melainkan hanyalah sebuah alat untuk mencapai rencana dan tujuan Allah.
Tidak ada alasan untuk "melakukan" atau "mendapatkan" demi keamanan, karena, bagi orang Kristen, hal tersebut seharusnya sudah terpenuhi melalui pengorbanan Yesus Kristus. Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."(Ibr. 13:5). Demikian juga, pencarian makna hidup dalam harta kekayaan adalah sia-sia, karena Pencipta alam semesta telah telah menyatakan bahwa Anda berharga: "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." (Mazmur 8:6).
Sering kali orang kaya mengalami kesulitan mengakui Allah sebagai sumber kehidupannya dan menggunakan uang semata-mata sebagai alat. Sikap seperti ini digambarkan oleh Yesus dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh (Lukas 12:18-19). Hanya kekayaan di dalam Allah pada akhirnya yang penting.
Lain lagi dengan mereka yang memiliki sumber daya keuangan sedikit atau miskin. Mereka seringkali menganggap bahwa hanya orang kaya yang memiliki masalah dengan keserakahan. Tetapi orang dengan penghasilan rendah, yang menimbun uang, dan menolak untuk membantu orang lain, uang memuja sama seperti seorang jutawan yang menghabiskan setiap uangnya untuk saham dan obligasi. Uang itu sendiri tidak sumber keserakahan. "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Tim. 6:10).
Sumber : CBN.com