Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping terus memperketat kendali partai komunis terhadap ruang gerak penganut agama minoritas, khususnya Kristen. Akibatnya, sekitar enam juta umat Katolik Tiongkok memilih keluar dari gereja yang dikendalikan Partai Komunis dan memilih membangun gereja bawah tanah, dimana mereka dapat tetap beribadah dengan bebas.
Bapa Dong Baolu, seorang imam Katolik Tiongkok bawah tanah terpaksa harus merayakan misa di rumah untuk menjalankan kebebasan beribadah dan kemerdekaan dari kontrol negara. Dia mengatakan bahwa gereja yang telah dikendalikan di bawah partai komunis bukan lagi layaknya sebuah gereja. Meskipun negara mengakui kebebasan beragama, namun mereka merasa partai komunis tetap saja mempersempit ruang gerak mereka. “Mereka ingin memimpin kami. Tapi mereka yang tidak percaya Tuhan tidak mungkin bisa memimpin kami,” kata Dong, seperti dilansir Breitbart.com, Senin (4/4).
Tindakan ini menyebabkan Gereja Katolik Tiongkok terpecah menjadi komunitas bawah tanah dan terbuka sejak tahun 1958. Lewat gereja bawah tanah ini umat Katolik bisa menjalankan ibadah gereja tanpa batasan dan tetap sesuai dengan ritual di Gereja Katolik Roma. Meski begitu, Dong mulai merasa cemas karena mencairnya hubungan antara Tiongkok dan Vatikan bisa mengubah segalanya. “Ada kemungkinan bahwa Roma mungkin menghianati kita. Jika ini terjadi, saya akan mengundurkan diri. Saya tidak akan bergabung dengan gereja yang dikendalikan Partai Komunis,” terangnya.
Dong mengatakan orang Kristen Tiongkok telah berjuang mati-matian untuk membela iman mereka dengan mengorbankan banyak hal agar tetap layak dihadapan Allah karena keyakinan mereka. “Kami menderita seperti Yesus di kayu salib. Kami berjuang untuk kebebasan beragama dan mengikuti Injil, tetapi kami tidak didukung oleh Roma atau Tiongkok,” tambahnya.
Seperti diketahui, Partai Komunis adalah organisasi ateis terbesar dunia dengan anggota resmi mencapai 85 juta. Meskipun Tiongkok secara teoritis mengakui kebebasan beragama sejak tahun 1978, namun seluruh anggota organisasi ini dilarang untuk percaya kepada agama apapun. Mereka mengusung prinsip bahwa ‘Anggota partai tidak boleh percaya pada agama’. Namun, organisasi ini telah menjadi bayang-bayang dari sekitar 100 juta penduduk beragama Kristen di Tiongkok, jumlah yang begitu besar mengingat pertumbuhan Kristen Tiongkok diketahui paling pesat di dunia.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, banyak umat Kristen Tiongkok yang dianiaya dan gereja rumah dan salib dihancurkan. Tidak banyak yang bisa mereka lakukan selain terus berdoa untuk mampu menanggung pengorbanan iman mereka.
Sumber : Breitbart.com/jawaban.com/ls