Laporan dari Pew Research Center mengungkapkan bahwa pemeluk agama Kristen di Timur Tengah mengalami penurunan drastis. Beberapa penyebabnya antara lain, kemunculan Islamic State Iraq and Syria ISIS), perang saudara di Suriah, konflik di Libya, Afrika Utara serta peningkatan gelombang anti-Kristen di Iran, dan Turki.
Pusat penelitian asal Amerika Serikat ini juga menyatakan bahwa, warga Kristen mengungsi secara besar-besaran dari Timur Tengah untuk menghindari ancaman. Karena selain di bunuh, sebagian dari mereka yang ditangkap kelompok teroris juga dijadikan budak dan diperlakukan secara tidak manusiawi.
Pernyataan ini juga diperkuat dengan artikel yang di muat di New York Times. Menurut informasi, terdapat sekitar 30 persen dari 600 ribu warga Kristen Suriah di Timur Tengah memutuskan untuk 'angkat kaki' dan mengungsi ke luar negeri. Saat ini, sekitar 500.000 warga Kristen yang masih bertahan di Irak.
Anna Eshoo, Anggota parlemen Amerika Serikat dari Partai Demokrat juga menyatakan keprihatinannya. “Keberadaan kekristenan saat ini sedang dalam ancaman,” ujarnya yang juga adalah pengacara bagi warga Kristen di Timur Tengah kepada koran Haaretz, Selasa kemarin (28/7).
Saat ini, Israel dan Libanon adalah negara yang dianggap paling menjamin keamanan warga Kristen di Timur Tengah. Hal ini dikarenakan keduanya diberi kebebasan untuk menjalankan ibadahnya, tanpa ada ancaman akan dibunuh. Meskipun begitu, satu abad belakangan jumlah penganut Kristen di Libanon kian menurun dari 78 persen menjadi 34 persen.