Inilah Anak-Ku Yang Kukasihi
Sumber: Google

Parenting / 30 May 2015

Kalangan Sendiri

Inilah Anak-Ku Yang Kukasihi

Puji Astuti Official Writer
7731
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} </style>

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Matius 3:17 TB).

Berkali-kali penulis merenungkan kebenaran Firman Tuhan ini yang merupakan sebuah pernyataan yang langsung dikumandangkan dari Sorga oleh Bapa Surgawi pencipta langit dan bumi. Tuhan Yesus belum memulai pelanyananNya saat Bapa Surgawi membuat pernyataan ini. Pernyataan ini dibuat sesaat setelah Tuhan Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Penulis mengajak seluruh pembaca yang membaca artikel ini untuk merenungkan sejenak saat membaca ayat yang tertera di atas secara perlahan-lahan serta menghayati maknanya. Apakah yang pembaca rasakan? Perasaan apakah yang muncul di hati pembaca sekalian saat merenungkan kebenaran Firman Tuhan yang tertera di atas ini? Apakah pembaca pernah membuat pernyataan serupa tentang anak-anak Anda di hadapan publik? Perubahan positif apakah yang dapat Anda lihat saat Anda membuat pernyataan serupa terhadap jati diri anak-anak Anda?

"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi," adalah sebuah pernyataan yang kongkrit tentang sebuah pribadi dan peribadi itu adalah "Anak-Ku". Ada suatu kebanggaan tersendiri yang diakui oleh si pembuat pernyataan tentang pribadi yang diakuiNya sebagai "Anak-Ku". Pernyataan ini tidak berhenti sampai di sini, tapi dilanjutkan dengan sebuah pernyataan lainnya, yaitu "kepada-Nyalah Aku berkenan". Kepada siapakah si pembuat pernyataan menyatakan perkenaanNya? Perkenaan itu diberikan kepada anakNya. Apakah landasan perkenaan itu? Perkenaan itu diberikan atas landasan pilihan dan bukan prestasi, karena pernyataan itu dibuat dihadapan publik sebelum Tuhan Yesus memulai pelayananNya.

Bagaimana dengan kita sekalian selaku orang tua, bukankah pernyataan kita terhadap anak-anak kita dihadapan publik muncul berdasarkan prestasi yang diperoleh mereka? Apakah kebanggaan kita terhadap anak-anak kita konstan dengan pengertian bahwa kebanggaan kita terhadap mereka bukan tergantung dari prestasi yang diperoleh mereka? Jika kebanggaan hanya berdasarkan prestasi, maka dengan berkurangnya prestasi, maka kebanggaan kita terhadap merekapun akan sirna. Sedangkan Bapa Surgawi telah memberikan sebuah contoh yang sangat baik, dimana Bapa Surgawi telah terlebih dahulu membuat pernyataan "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" sebelum Tuhan Yesus memulai pelayananNya, dengan demikian pernyataan Bapa Surgawi bukan berdasarkan prestasi yang dicapai oleh anakNya.

Pernahkah Anda mendengar seorang ibu yang mengatakan kepada anakNya, Johny kalau kamu dapat angka sembilan baru kamu anak ibu! Apakah kalau Johny mendapatkan angka tujuh, dia kehilangan statusnya, dari anak ibu menjadi anak....? Apakah status Johny tergantung dari prestasi yang dicapainya? Kalau status tergantung dari prestasi, maka jati diri sang anak berubah dengan berubahnya status tersebut yang bergantung erat dengan prestasi. Bagaimana kalau Johny tidak dapat mencapai prestasi yang diimpikan orang tuanya? Apakah yang akan dirasakan Johny pada saat ia beranjak dari bangku sekolah menuju kerumah? Bukankah Johny akan merasa sangat tertolak dengan keberadaan prestasi yang dicapainya jauh dari harapan orang tuanya? Setiap orang tua harus mampu membedakan antara status yang berkaitan erat dengan jati diri sang anak dengan prestasi. Prestasi tidak pernah boleh menjadi syarat untuk memiliki sebuah status. Prestasi adalah kemampuan sang anak untuk meraih sesuatu dalam kehidupannya bermasyarakat, apakah itu prestasi dalam bidang pelajaran di sekolah atau olah raga, dan lain-lain sebagainya. Status sebagai anak yang dikasihi harus bebas dari semua prestasi yang ada. Apakah sang anak berprestasi atau tidak, tidak pernah boleh mempengaruhi statusnya sebagai anak yang dikasihi! Orang tua berkewajiban untuk memberikan dorongan yang positif bagi setiap anak-anaknya, agar mereka dapat berprestasi. Namun demikian orang tua tidak dapat memaksakan impian mereka kepada anak-anak mereka. Izinkan anak-anak Anda memiliki impian mereka masing-masing. Dorongan yang diberikan sesuai dengan kemampuan mereka bermimpi akan sangat bermanfaat dan mereka dapat berprestasi dalam bidang yang mereka sukai dari pada memberikan dorongan terhadap sesuatu yang bukan merupakan impian mereka.

Penulis pernah mendengar sebuah kesaksian dari seorang anak yang didorong untuk memenuhi impian orang tuanya untuk menjadi seorang dokter, padahal sang anak bercita-cita menjadi seorang pianis. Saat sang anak menyelesaikan sekolahnya dan berhasil meraih gelar dokter, sang anak memberikan ijazahnya kepada orang tuanya dengan sebuah catatan "ini hadiah untuk papa dan mama, saya telah menggenapi impian papa dan mama dengan meraih gelar dokter dan saat ini izinkan saya melanjutkan sekolah saya di bidang musik". Bukankah hal ini merupakah sebuah kegagalan? Sang anak telah kehilangan sekian tahun dari waktu yang dapat dipergunakannya jika ia langsung masuk sekolah jurusan musik dan orang tua juga telah kehilangan sekian banyak biaya untuk menyekolahkan anaknya agar dapat menjadi seorang dokter. Hari ini sang anak berhasil menjadi seorang pianis sesuai impiannya dengan penghasilan yang tidak kalah dari seorang dokter umum.

Penulis mengundang para pembaca sekalian untuk tidak memberikan persyaratan apapun bagi setiap anak untuk memperoleh status mereka sebagai anak-anak yang dikasihi dan izinkan setiap anak-anak bermimpi sesuai dengan kemampuan mereka. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami