Para pendamping rohani terpidana mati kasus narkoba yang telah dieksekusi di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah, Rabu (29/4/2015) menuturkan suasana detik-detik pelaksanaan hukuman mati dilaksanakan. Dalam hembusan angin malam itu, mereka bersama-sama menyanyikan lagu "Amazing Grace" sesaat setelah tengah malam.
Lagu "Bless the Lord O My Soul" pun dikumandangkan oleh mereka dengan diakhiri oleh suara tembakan senjata, tanda eksekusi mati itu dilaksanakan. “Mereka memuji Tuhan mereka. Menakjubkan. Ini kali pertama saya menyaksikan orang yang begitu bersemangat untuk bertemu Tuhan mereka," ucap salah satu pendamping rohani, pendeta Karina de Vega.
Bahkan semua terpidana mati tersebut menolak tawaran penutup mata dan memilih untuk menatap para algojonya sambil terus bernyanyi. Karina menambahkan,
persaudaraan begitu terasa di antara para terpidana mati sesaat akan akan dieksekusi. Bahkan, suara nyanyian delapan narapidana membahana di udara. "Mereka bernyanyi bersama. Kalaupun ada yang non-Kristen, saya yakin mereka menyanyi dalam hati," imbuhnya. Hal itu dibenarkan juga oleh pendamping rohani terpidana mati asal Brasil, Rodrigo Gularte yaitu Pater Charles Burrows. "Semua orang melihat ke depan. Tampaknya, mereka menerima nasibnya," kata Pater Burrows.
Dilaporkan juga, setelah letusan senjata, para terpidana mati seketika meninggal setelah ditembak di jantung. Sebuah skenario mengerikan akan diambil oleh komandan regu tembak yang harus menembak di kepala untuk siapapun yang tidak meninggal setelah 10 menit.