Mencari Kebahagiaan Dalam Pasangan Hidup

Marriage / 20 March 2015

Kalangan Sendiri

Mencari Kebahagiaan Dalam Pasangan Hidup

Puji Astuti Official Writer
8433

Minggu lalu penulis berkesempatan memberkati sebuah pernikahan. Dalam kesempatan itu penulis menjelaskan bahwa surat yang penulis tanda tangani setelah kebaktian pernikahan berakhir bukanlah sebuah pernikahan melainkan hanyalah selembar kertas yang menyatakan bahwa kedua mempelai resmi secara hukum menjadi suami dan isteri dan kertas itupun tidak dapat memberikan kebahagiaan. Yang membuat pernikahan itu bukanlah pestanya tetapi hari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan serta tahun -tahun yang dilalui bersama sebagai suami dan isteri setelah pesta pernikahan tersebut berakhir.

Besar kemungkinan kedua mempelai tidak pernah menjumpai pertanyaan seperti, "apakah engkau bersedia mati untuk pasangan hidupmu?” Namun demikian dalam konseling pra-nikah penulis membiasakan diri untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada kedua calon suami dan isteri untuk mengetahui tujuan mereka menikah. Jika pasangan yang ada tidak bersedia mati untuk pasangan hidupnya, bagaimana mungkin ia dapat mematikan kepentingan peribadinya demi untuk membahagiakan pasangan hidupnya. Tujuan menikah bukanlah mencari kebahagian peribadi, semuanya berpusat pada "KU", melainkan berpusat pada pasangan hidup. Dengan demikian tujuan menikah boleh dikatakan "Aku ingin membuat engkau berbahagia, maukah engkau menikahiku?"

Jika pernikahan tidak didasarkan atas kepentingan peribadi melainkan mendahulukan kepentingan pasangan hidup maka kebahagiaan peribadi akan ditemukan dalam kebahagiaan pasangan hidupnya. Menikah itu bukanlah secarik kertas yang ditanda tangan oleh gembala sidang (bagi umat Kristen) dan saksi yang ada, pernikahan itu adalah sebuah hadiah, yaitu masing-masing pihak yang menikah memberikan dirinya, kehidupannya satu dengan yang lain. Pernikahan adalah sebuah pengorbanan diri yang berakar pada salib Kristus yang memberikan diriNya bagi setiap orang yang berdosa untuk dapat didamaikan dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.

Apakah Anda yang menikah dapat saling mengorbankan kepentingan peribadi Anda dengan tujuan untuk membahagiakan pasangan hidup Anda? Bukankah Anda juga turut berbahagia karena pasangan hidup Anda berbahagia? Dapatkah Anda bayangkan, jika masing-masing pihak saling mendahulukan kepentingan pasangan hidupnya dengan tujuan untuk membahagiakan pasangan hidupnya, bukankah suami dan isteri yang seperti ini akan menjalani hari-hari pernikahan mereka diisi dengan gelak dan tawa? Jika "Aku" sang "Ego" telah diberikan kepada pasangan hidup masing-masing maka yang tertinggal adalah keinginan untuk hidup bagi pasangan hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup akan berubah dari berpusat pada diri sendiri karena sudah tidak ada "Aku" sang "Ego" lagi kepada kepentingan pasangan hidupnya.

Mendahulukan kepentingan pasangan hidup bukan hanya sekedar selogan yang bertahan sehari tapi harus dilakukan setiap hari. Suami dan isteri harus mematikan "Ego"nya setiap hari, harus bersedia berkorban setiap hari untuk menemukan kebahagiaannya dalam kebahagiaan pasangan hidupnya. Pernikahan adalah berbagi kehidupan karena Anda telah memberikan diri Anda untuk bersatu, satu sama lain. Ini berarti Anda berani melepaskan hal-hal kecil ... Seperti siapa yang benar dan siapa yang salah. Pernikahan bukanlah tentang menemukan kesalahan, pernikahan adalah tentang membuat pasangan hidup Anda bahagia. Ini berarti menempatkan kepentingan pasangan hidup Anda diatas kepentingan Anda sendiri. Hai suami ketahuilah bahwa Anda akan menemukan kebahagiaan Anda pada saat Anda melihat isteri Anda berbahagia dan isteri ketahuilah bahwa Anda akan menemukan kebahagiaan Anda pada saat Anda melihat suami Anda berbahagia.

Masalah muncul ketika Anda mencoba untuk mencari kebahagiaan Anda yang berpusat pada diri Anda sendiri tetapi Anda tidak mencarinya didalam kebahagiaan pasangan hidup Anda, maka kebahagiaan sejati itu tidak pernah akan Anda temukan. Namun kunci untuk mencari kebahagiaan adalah keberaniaan untuk mengorbankan keegoisan Anda. Bila Anda berani mengorbankan keegoisan Anda, maka Anda pasti bisa membahagiakan pasangan Anda. Ketika Anda hidup untuk membahagiakan pasangan hidup Anda, maka Anda akan menemukan diri Anda berbahagia. Anda akan sangat senang dan berbahagia pada saat Anda melihat pasangan hidup Anda berbahagia. Inilah pernikahan itu dan inilah yang dimaksudkan mereka bukan lagi dua melainkan satu dan apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh dipisahkan manusia. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.


Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami