Dendam Preman yang Dipukuli Sampai Rehat 5 Bulan
Sumber: jawaban.com

Family / 11 May 2014

Kalangan Sendiri

Dendam Preman yang Dipukuli Sampai Rehat 5 Bulan

Lois Official Writer
5179

Datang dari Surabaya ke Jakarta, Hariyanto punya mimpi seperti yang lain, ingin meraih kesuksesan di Jakarta. Bersama temannya, dia mengamen di kampung-kampung. Melihat peluang besar, maka mereka kemudian beralih mengamen di bis. Namun, belum sempat mengamen, mereka dihadang preman yang berada di sana. Jika mereka ingin mengamen di bis, mereka harus jadi ‘anggota’ lebih dahulu.

Keduanya pun merencanakan untuk mengambil alih terminal dan masuk ke sana. Maka, mereka pun menghadang sang preman. Hariyanto mengajaknya berduel, namun si preman akhirnya menyetujui mereka mengamen keesokan harinya.

Si preman yang merupakan ketua tersebut, beberapa waktu kemudian hendak pulang kampung. Dia menyerahkan pembinaan para pengamen di bawah pengawasan Hariyanto. Hariyanto lalu membentuk Kosenja yaitu Koperasi Seniman Jakarta Raya. Namun, muncul pandangan negatif dari hal itu, para pengamen berpikir tujuan Kosenja dibentuk agar Hariyanto bisa mengeruk keuntungan buat kepentingannya pribadi.

Hal itu membuat Hariyanto ‘panas’ dan dia pun memukul si penyebar kabar buruk tersebut. Kemudian, teman korban datang dan mengajaknya berduel. “Ditantang, mau ga mau saya harus tunjukkan potensi saya sebagai ketua, bahwa saya harus berani, saya tidak mau diremehkan.” Ujar Hariyanto yang merasakan kepuasan setelah menang dalam perkelahian tersebut.

Hidup di jalanan yang keras terbawa dalam kehidupan rumah tangganya. Dia sering berlaku kasar kepada istrinya sehingga mereka sering cekcok. Ditambah lagi, daerah kekuasaannya dimasuki pengamen baru. Pengamen baru yang diusir tersebut kemudian membawa kedua rekannya. Di situ, Hariyanto dipukuli habis-habisan serta ditusuk. “Saya dijahit dan saya diantar ke rumah,” ujar Hariyanto.

“Saya bagaimana ya sebagai seorang istri, saya udah gemeter gitu. Makanya saya nasihatin,” ujar Mariana, sang istri.

“Di situ saya ada timbul pertentangan. Hidup saya, saya harus bagaimana supaya tidak hidup di jalan lagi. Ini pergumulan yang luar biasa.”

Setiap hari teman-temannya datang ke rumah dan menyatakan bahwa perbuatan itu harus dibalas. Di situ Hariyanto merasa tertekan. Dia ingat bagaimana dia beribadah dulu dan tentang suatu Firman Tuhan. “Apa yang kamu lakukan hari ini, itu akan kamu ke depannya petik hasilnya,” tuturnya.

Selama 5 bulan, dia merenung dan membaca Firman Tuhan. Ada ayat yang menguatkannya, “Ampunilah musuhmu dan doakanlah musuh-musuhmu, itu yang membuat saya harus mengampuni mereka. Walaupun secara daging, ada rasa untuk tetap membalas. Tapi saya doakan pada Tuhan.”

Setahun kemudian, Hariyanto yang hendak pergi ke gereja mengikuti ibadah melihat salah satu orang yang memukulnya sampai babak belur. Dia pun mengambil batu besar yang dia temukan. Namun, dia putuskan untuk tidak melemparkan batu tersebut atau membalas dendamnya.

“Ada terngiang ‘Ampuni musuhmu. Kalau engkau tidak mengampuni, maka Aku tidak akan mengampuni’. Saya lewat saja jadinya, tidak menjamah anak itu, tidak memanggil anak itu. Setelah saya pergi, saya mengampuni, ada seperti air es yang sejuk dan damai di hati saya dan saya minta Tuhan agar saya melupakan mereka, dan saya mampu itu mengampuni.”

Sekarang, Hariyanto bersama keluarganya hidup dalam damai. Tidak ada lagi pertengkaran, perkelahian, ketakutan, kegelisahan. Dia bebas kemana-mana, tidak lagi seperti dulu yang selalu merasa ketakutan jika pergi sendirian dan harus membawa senjata. “Tuhan mengubah hidup saya, dari masa kelam hidup saya, menjadi hidup yang baru penuh harapan di dalam Tuhan. Itu yang saya rasakan.”

 

Sumber Kesaksian :

Hariyanto

Sumber : V140505114114
Halaman :
1

Ikuti Kami