Pernikahan Yang Diberkati Tuhan
Sumber: asian offbeat

Marriage / 3 May 2014

Kalangan Sendiri

Pernikahan Yang Diberkati Tuhan

Puji Astuti Official Writer
19668

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:  "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:27-28 TB)

Sejak awal Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya, Tuhan merancangkan pernikahan antara laki-laki dan perempuan dan pernikahan inilah yang direstui, dikehendaki dan diberkati oleh Tuhan. Sebelum Tuhan memerintahkan berkat keturunan atas pernikahan pertama ini, Tuhan telah memberi contoh kepada kita sekalian dengan memberkati pernikahan itu terlebih dahulu dan baru setelah itu Allah memerintahkan kedua pasangan pertama ini untuk beranak cucu dan bertambah banyak dengan tujuan untuk memenuhi bumi ciptaanNya.

Ini adalah pernikahan pertama yang dimulai oleh Tuhan di Taman Eden, sebuah pernikahan yang diawali oleh berkat Tuhan. Pada saat anda merenungkan perjalanan kehidupan pernikahan pertama ini dan bagaimana dosa menghancurkan berkat-berkat yang Tuhan sudah janjikan dari awal pernikahan ini, maka anda sekalian dapat mengerti bahwa pola kehidupan berumah tangga yang diberkati Tuhan adalah pola kehidupan yang berlandaskan Firman Tuhan, bukankah ini merupakan sebuah pilihan? Kebahagian rumah tangga ini akan terganggu saat perintah Tuhan dalam kebenaran FirmanNya tidak dilaksanakan.

Sebagai contoh, jika suami tidak hidup bijaksana dengan isterinya sebagai kaum yang lebih lemah; tidak menghormati isterinya sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, maka doanya pun akan terhalang (1 Petrus 3:7). Suami berkewajiban untuk mengasihi isterinya (Efesus 5:25) dan bersuka cita dengan isteri masa mudanya, bukan dengan isteri muda (Amsal 5:18). Sebaliknya isteri harus tunduk kepada suami, karena suami adalah kepala (Efesus 5:22-23) dan isteri yang cakap tahu mengurus rumah tangganya (Amsal 31:15). Jika perinsip rumah tangga berdasarkan Firman Tuhan ini dijalankan, kehidupan rumah tangga yang berbahagia pasti muncul. Inilah yang dimaksuk dengan kebenaran yang memerdekakan seperti yang tertulis dalam Yohanes 8:32.

Namun demikian harus diingat bahwa baik suami maupun isteri harus melakukan bagian masing-masing. Jika perselisihan yang menimbulkan kemarahan muncul, "...janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26). Dengan perkataan lain, kedua belah pihak mempunyai keinginan untuk mencari solusi dari masalah yang ada dan berkehendak untuk saling mengampuni tanpa menyimpan kemarahan berlarut-larut yang dapat menimbulkan kepahitan. Masalah yang tidak terselesaikan akan menumpuk dan hal ini merupakan faktor yang dapat memicu kemarahan yang berkelanjutan. Keuntungan apakah yang akan diperoleh oleh rumah tangga yang dibangun berdasarkan emosi peribadi ini?

Jika masing-masing pihak karena merasa martabatnya (gengsinya) terluka dan ingin mempertahankan bahwa akulah yang benar dan pasangan hidupku yang salah, hal inipun tidak membuahkan solusi yang dapat menimbulkan kerukunan rumah tangga. Cara memecahkan masalah yang ada, adalah dengan meredakan diri terlebih dahulu dan kemudian berdoa bersama dan mencari petunjuk Tuhan dari kebenaran FirmanNya yang sudah tersedia.

Pada akhirnya Filipi 2:1-5 mengajak kita sekalian untuk, "Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra ada belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."

Penulis yakin, jika perinsip-perinsip Alkitab diterapkan dalam rumah tangga, maka kebahagian dan suka cita tidak menjauh dari rumah tangga tersebut. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami