Dalam [kitab]iSamu17:26-47[/kitab] kita dapat menemukan empat kesimpulan bagi orang yang ingin memperbesar kapasitasnya.
#1 Berani menantang situasi yang melebihi kekuatannya ([kitab]iSamu17:26[/kitab])
Musuh besar dari keberanian adalah rasa takut. Daud tidak akan pernah menjadi seorang prajurit jika dia tidak menggunakan kesempatan yang ada di hadapannya, yakni melawan Goliat. Daud menjadikannya peluang, meskipun Goliat adalah seorang raksasa.
Apabila kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita, maka di dalam diri kita sudah ada kapasitas untuk melakukan sesuatu yang besar. Tetapi ada banyak hal yang kita anggap penghalang, sehingga potensi tersebut tidak berkembang.
Sebelum Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian, Yesus meminta supaya batu kubur tersebut diangkat. “Angkat batu itu.” Pindahkan, singkirkan. Jadi, penghalang memang ada, namun kita bisa memindahkan, mengangkat, dan menyingkirkannya. Mungkin penghalang itu berupa sudut pandang yang keliru atau kebiasaan yang buruk. Pindahkan semua itu. Dengan demikian kita dapat melihat tantangan hidup sebagai suatu peluang untuk maju.
Kapasitas kita tidak akan pernah bertambah besar apabila kita tidak berani menantang situasi yang melebihi kekuatan kita. Dengan kuasa Tuhan yang ada dalam diri, kita dapat mengubah tantangan hidup atau masalah menjadi suatu kesempatan.
#2 Tidak mudah kecewa ([kitab]iSamu17:28[/kitab])
Di mata Eliab, Daud dianggap hanya seorang gembala kambing domba, bukan seorang serdadu. Namun, sekalipun Daud direndahkan oleh Eliab, ia tidak kecewa dan tersinggung. Ada pepatah yang mengatakan: “Man’s disappointments are God’s appointments”.
Jangan sampai kekecewaan membunuh potensi kita. Tuhan ingin kita melangkah menuju pintu lainnya, sehingga kita tidak perlu khawatir dengan pintu-pintu yang tertutup. Kita hendaknya mencari pintu lain dan mengetuknya, sambil mencari tahu apakah mungkin pintu inilah yang Tuhan ingin kita lewati.
Kekecewaan memang dapat melukai batin kita. Untuk mengatasinya, kita harus realistis. Selama kita masih di dunia ini dan saling membutuhkan satu sama lain, maka kekecewaan akan selalu ada. Alkitab mengatakan, “Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya.” ([kitab]Amsal 27:17[/kitab])
Ada sebuah pepatah yang mengatakan, “Kita tidak bisa menghindarkan seekor burung terbang di atas kepala kita, tetapi kita bisa mencegah burung tersebut membuat sarang di atas kepala kita.” Dengan kata lain, kita tidak bisa hindarkan perkataan/penilaian orang lain terhadap diri kita, tetapi kita bisa hindarkan perkataan itu supaya jangan tinggal dalam hati kita.
[kitab]Yerem17:5[/kitab] mengatakan, “Terkutuklah orang yang berharap kepada manusia!” Jadi, apabila berhadapan dengan manusia, kita sudah seharusnya selalu siap untuk menerima rasa kecewa. Kabar baiknya, Tuhan adalah satu-satunya yang tidak pernah mengecewakan! Jadi, arahkan pengharapan kita hanya kepada-Nya!
#3 Jadikan pengalaman masa lalu sebagai fondasi ke depan ([kitab]iSamu17:34-36[/kitab])
Terkadang kita tidak menghargai semua pengalaman masa lalu. Kita mungkin pernah meremehkan kesempatan yang diberikan. Adapun Daud, ia memakai pengalaman masa lalunya sebagai persiapan untuk menjadi seorang pemenang.
Peluang apakah yang selama ini sering kita lewatkan? Peluang terpenting yang tidak boleh dilewatkan adalah pengalaman bersama Tuhan.
#4 Jangan terikat dengan satu cara ([kitab]iSamu17:38-39[/kitab])
Daud menerima usulan Saul yang menyuruhnya memakai baju perang, tetapi baju tersebut rupanya malah mengganggu kebebasan Daud. Akhirnya Daud melepaskan baju tersebut. Ia memakai cara yang pas baginya.
Ada sebuah kisah nyata. Suatu kali, menjelang hari Natal di kota kecil di pegunungan Tirol (Jerman Selatan), Joseph Mohr dan Franz Gruber sedang menggubah sebuah lagu untuk dinyanyikan pada malam Natal.
Ketika mereka datang ke gereja, ternyata organ di gereja tersebut rusak. Setelah diselidiki, kerusakan organ datang dari tikus-tikus yang bersarang di dalamnya.
Joseph dan Franz jelas kecewa dan bingung, karena organ tersebut tidak dapat segera diperbaiki. Karena tidak ingin mengecewakan jemaat, maka pada malam Natal mereka mencoba untuk mengubah lirik lagu tersebut sehingga komposisi nadanya dapat dinyanyikan tanpa iringan organ, melainkan dengan gitar. Akhirnya, lahirlah lagu “Malam Kudus”.
Luar biasa, bukan? Lagu legendaris yang indah ini tercipta oleh karena organ gereja rusak.
Untuk mengembangkan kapasitas, kita tidak bisa terpaku pada suatu cara. Kita perlu untuk berani mencoba dengan cara yang pas bagi kita. Kita tidak dapat meniru orang lain. Allah memiliki cara yang tidak terbatas.
Sumber: Indonesian Praise Centre, Church of Christ
BACA JUGA:
Perluas Kapasitas Kita Hingga Jadi Sempurna
Maafkan Aku Ketika Aku Mengeluh
Kisah Nyata Perkataan Kutuk Suami-Istri yang Jadi Nyata
Cinta Edi pada Burung Peliharaan Lunturkan Cintanya pada Istri