JAWABAN.com - LONDON - Sangat memperihatinkan banyak anak di seluruh dunia yang keindahan masa kanak-kanaknya terampas. Badan PBB yang mengurusi anak-anak (UNICEF) melaporkan, lebih dari semiliar anak (separo populasi anak-anak dunia) menderita kemiskinan, konflik kekerasan, dan terjangkit AIDS tanpa tahu kesalahannya.
Hak anak-anak atas kesehatan dan perlindungan telah diabaikan. Hal tersebut disebabkan kegagalan pemerintah menjalankan reformasi ekonomi dan HAM. Padahal, hak anak itu sudah diadopsi dalam Konvensi 1989 tentang Hak Anak-Anak.
Sekitar 640 juta anak tidak mempunyai tempat tinggal layak, 400 juta anak tidak mempunyai akses atas air bersih, dan 270 juta lainnya tidak mempunyai akses ke dinas pelayanan kesehatan. Sementara itu, 140 juta anak, kebanyakan perempuan, tidak pernah mengenyam pendidikan. Itu yang diketahui. Masih banyak lainnya.
Yang lebih parah, sedikitnya 700 juta anak mengalami lebih dari satu bentuk perampasan dan kekerasan. Termasuk, kurangnya akses informasi serta sanitasi.
Laporan UNICEF yang ke-10 tersebut menunjukkan, perang dan HIV/AIDS menghancurkan jaringan yang biasanya melindungi anak-anak. Bahkan, kadang anak-anak menjadi sasaran langsung.
Hampir separo di antara 3,6 juta orang yang tewas dalam perang sejak 1990 adalah anak-anak. Ketua Program Perlindungan Anak UNICEF Karin Landgren menyatakan, 6 juta anak sementara mengalami luka permanen dalam konflik. Banyak lainnya yang menderita pemerkosaan dan trauma lainnya. Yang juga mengerikan, sebagian di antara mereka dijadikan milisi bersenjata untuk saling membunuh.
Laporan tersebut juga membahas tentang penyanderaan di sebuah sekolah di Beslan, Rusia, pada September lalu. Aksi yang menewaskan ratusan anak tersebut merupakan contoh kecil bahwa anak-anak secara mudah menjadi target dalam konflik internasional.
Sementara itu, Ketua Program HIV/AIDS UNICEF Peter Mcdermott mengungkapkan, pengaruh epidemik pada anak-anak sangat besar dan memburuk. Dan, itu bisa lebih parah karena yang terburuk belum terjadi.
Sebanyak 15 juta anak menjadi yatim piatu setelah orang tuanya meninggal akibat penyakit yang belum ada obatnya tersebut. Kebanyakan kasus terjadi di Afrika.
Tidak hanya anak-anak di negara miskin yang mengalami kemiskinan. Ironisnya, kasus serupa terjadi di negara kaya. Sekitar 11 di antara 15 negara industri mempunyai tingkat anak-anak miskin cenderung naik dalam dasawarsa terakhir. Di antaranya, Austria, Jerman, Itali, Belanda, dan Polandia. (joe)