Joudy Ante berpendapat bahwa wanita adalah barang yang murah, gampang didapat dan gampang dijual. Saat dia bekerja sebagai roomboy sebuah hotel pada tahun 2000 banyak tamu yang meminta ‘service’ wanita. Tergiur dengan jumlah uang besar akhirnya Joudy merangkap sebagai germo. “Tidak jarang perempuan-perempuan yang saya jual, saya pake dulu.” Menurutnya ini adalah cara yang tepat merusak masa depan perempuan yang dikenalnya. Profesi ini dirasa pas untuknya, dan terdapat kepuasan tersendiri. Satu sisi ia bisa menyalurkan perempuan dan sisi lainnya adalah mendapatkan uang.
Ingin lebih leluasa, Joudy kemudian resign sebagai roomboy dan ‘berbisnis’ lewat handphone. Dalam sehari dia bisa menjual lima hingga sepuluh wanita, ini yang membuatnya kemudian ketagihan. Joudy bahkan ingin membuat wanita merangkak, memohon dan menangis kepadanya.
Sakit hatinya terhadap wanita ternyata bermula dari perlakuan ibu kandungnya sendiri. Memasuki usia yang baru dua bulan, dia dimasukkan dalam koper dan disembunyikan di kolong tempat tidur dan dibiarkan hingga tubuh Joudy kecil membiru. Perlakuan ini yang lantas membuatnya merasa tertolak, stres, frustasi hingga dendam dan ingin membunuh ibu kandung. “Saya pingin supaya dendam ini terbalaskan dan sakit ini terobati, saya punya tekad untuk merusak wanita yang saya jumpai."
Akhirnya sama seperti pepatah, “sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga”. Hal yang sama terjadi padanya di tanggal 22 Juli 2007. Joudy akhirnya ditangkap polisi dengan tuduhan trafficking. Perasaan takut sempat meliputinya tetapi dia sempat merasa aman karena memiliki kenalan Pejabat dan anggota Polri. Saat mencoba minta bantuan, ternyata tidak ada satupun yang membantunya.
Suatu hari di penjara Poltabes, terdapat seorang hamba Tuhan yang datang untuk melayani. Meskipun Joudy tidak ikut, tetapi suara suasana ibadah terdengar hingga kamar selnya. Gema firman yang terdengar menusuk hatinya. Yang merupakan bacaan Mazmur 27:10 yakni, sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku. “Saya pikir ini adalah obat yang selama ini saya cari. Saya merasa bahwa sekalipun ibu kandung meninggalkan saya, tetapi Tuhan tetap menyambut saya. Ini adalah firman Tuhan yang menjadi rhema buat saya.”
Saat mendengar hal ini, Joudy hanya bisa menangis dan berlutut. Yang keluar dari mulutnya hanya permohonan ampun kepada Tuhan karena telah berbuat dosa dan telah membenci ibu sendiri. Dia juga ingin bebas dari penjara dan berdoa, “kalau memang Engkau menyambut aku, bebaskan aku dari tempat ini. Aku percaya firman Tuhan, ya dan amin.” Kuasa Tuhan pun terbukti, pada tanggal 16 April 2008, ia akhirnya dibebaskan.
Keluar dari penjara, dia kemudian mendapatkan info tentang ibu kandung. Bukan lagi dengan dendam, kali ini Joudy merasa senang karena akan segera bertemu dengan ibunya. Pertemuan itu akhirnya terjadi dan Ibunya mengakui kesalahannya. Joudy kemudian mengampuni ibu nya dengan tulus.
“Saya menyadari ini salah, hanya karena membenci ibu kandung, bukan berarti saya benci semua wanita.” Akhirnya dia mengambil keputusan untuk berhenti dan meminta maaf dan minta ampun pada orang-orang yang pernah disakitinya. Saat ini Joudy aktif membina anak-anak jalanan dalam sebuah sanggar bersama teman-temannya. “Aku mengucap syukur atas semua yang terjadi dihidup saya. Semua yang terlewati adalah proses yang membuat saya bisa bertumbuh dewasa. Ibu kandung boleh meninggalkan saya, teman-teman juga akan meninggalkan saya, tapi satu yang saya percaya bahwa Tuhan selalu menyambut saya.
Sumber Kesaksian:
Joudy Ante
Sumber : V140804114220