Kisah Nyata Michael Alen, Si Agen Penari Striptease

Family / 5 November 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Michael Alen, Si Agen Penari Striptease

Yenny Kartika Official Writer
17296

Michael kecil adalah anak yang kehilangan figur ayah dan ibunya, karena kedua orangtuanya itu bercerai. Bahkan ibunya menikah lagi beberapa kali, dan ayahnya pun melakukan hal yang sama.

Dari ibu kandungnya, Michael mengenal narkoba. Sang ibu memang pengguna narkoba.

Keluarga yang berantakan membentuk perilaku kasar dalam diri Michael. “Kehidupan saya itu sepertinya tidak dihargai. Sepertinya, apa yang kami buat, orang-orang menganggapnya rendah. Ada orang yang cerita, ngomongin mama kami, ngomongin papa kami. Jadi, rasa sakit hati itu muncul. Jadi kalau ada orang bikin kami tersinggung sedikit, kami langsung hantam,” kata Michael.

Sejak kecil, Michael berkeyakinan bahwa jika dia punya uang banyak, orang akan menghargai dirinya.

“Saya besar nanti, saya mau punya banyak uang.”

Setelah dirinya dewasa, Michael menemukan teman-teman yang sudah akrab dengan dunia malam. Beberapa teman Michael memiliki pacar, dan pacarnya tersebut adalah penari striptease (penari telanjang). Michael terkesima dengan begitu banyaknya uang yang dimiliki teman-temannya tersebut.

“Semua yang mereka butuhkan itu sepertinya ada semua, entah itu handphone yang mahal, motor. Ada temen yang punya mobil. Itu menjadi motivasi bagi saya, ‘Kenapa saya tidak seperti itu?’”

Seorang wanita bernama Sisca pun berhasil digaet Michael. Tujuan Michael berpacaran dengan Sisca hanya satu, yakni mempekerjakan dia sebagai penari striptease. Bukan hanya itu, Michael juga lambat laun menjadi pengedar narkoba. Lagi-lagi, itu terjadi karena pengaruh lingkungan, dimana teman-teman Michael banyak yang mengedarkan barang haram tersebut.

Michael kini mengantongi banyak uang. Saat pacarnya pergi bekerja menjadi penari striptease, saat itulah Michael memakai uangnya untuk berfoya-foya, menikmati gemerlap dunia malam.

“Saya ini menganggap, pacar saya ini seperti mesin ATM saya. Supaya bisa dapat banyak uang, saya pekerjakan dia. Makanya saya berpikir waktu itu kalau uang adalah segala-galanya untuk menutup rasa tertolak dan rasa minder yang saya rasakan. Saya pikir itu semua bisa diatur oleh uang.”

Sampai suatu hari, Sisca, sang pacar, memutuskan hubungannya dengan Michael karena Michael berselingkuh dengan wanita lain. Tak lama kemudian teman baik Michael yang bernama Melky pun ditangkap oleh pihak berwajib. Dia tersangkut kasus narkoba.

Peristiwa menyedihkan itu membuat Michael ingin berubah. Seorang rekan memberikan Alkitab kepadanya. “Kalau hidup kamu ingin berubah, baca ini,” kata sang rekan kepada Michael. Namun salah seorang teman menanggapinya dengan sinis, “Kalau dasarnya udah jahat, mana bisa berubah”.

“Karena saya begitu banyak dosa, muncul rasa tidak percaya mereka kepada saya. Mereka berpikir saya ini penjahat. Ada penolakan,” ujar Michael. Kondisi itu membuat Michael pun mengurungkan niatnya untuk berubah. Rokok, minuman keras, narkoba, bahkan kegiatan menjajakan penari striptease kembali dia lakoni.

“Anak-anak (penari, red.) striptease yang lain saya ajak untuk gabung dengan saya dan saya pekerjakan mereka di salah satu diskotik. Dan ternyata betul, saya mendapatkan uang yang banyak.”

“Punya uang banyak, punya kesenangan, pesta pora narkoba, punya wanita-wanita, tapi hidup saya sama saja. Kosong. Selesai dari semua itu, saya merasakan depresi yang berat. Sama sekali tidak ada kenyamanan; sama sekali tidak ada ketenangan. Ternyata hidup saya hampa saja.”

Di tengah kegalauannya, Michael mendengar lagu dari band Ungu. “Andai ku tahu... kapan tiba ajalku...izinkan aku...mengucap kata tobat padaMu,” demikian penggalan lirik lagu tersebut.

Michael mencari tahu apa yang terjadi dengan Melky, temannya yang sudah tertangkap. Saat dia melihat profilnya di Facebook, Michael mengetahui bahwa Melky telah bertobat. “Saya lihat di Facebook, dia ada pelayanan. Saya melihat sepertinya ada suatu kebahagiaan yang dia miliki. Dan saya ingin seperti dia!” kata Michael.

“Saya berdoa kepada Tuhan. Saya sadar saya berdosa. Saya bilang, ‘Tuhan, ampuni saya. Saya berdosa. Saya mau berubah, Tuhan.’ Saya melihat ada dua malaikat. Waktu itu saya langsung berpikir bahwa mungkin hidup saya sudah mau mati kalau saya tidak datang sama Tuhan. Mungkin hidup saya ini sudah mau berakhir kalau saya melanjutkan setiap kejahatan yang saya lakukan. Saya takut betul ketika mendapatkan penglihatan itu. Dari situ saya langsung berkomitmen, ‘Tuhan, saya mau datang sama Tuhan. Saya mau tinggalkan semua ini. Say berusaha untuk mendekatkan diri sama Tuhan.’”

“Ketika saya mulai belajar Firman Tuhan, saya mulai merasakan suatu kedamaian yang tidak pernah saya rasakan selama saya berada di dunia kejahatan—kedamaian yang tidak diberikan oleh narkoba, tidak diberikan oleh karena uang banyak, tidak diberikan karena kehidupan yang pesta pora. Tetapi kedamaian yang saya rasakan adalah yang memang sebetulnya ini yang saya mau cari.”

“Ternyata Tuhan masih menerima saya. Tuhan engga usir saya. Jadi saya menyadari itu betul dan saya merasakan hadirat Tuhan. Betapa baiknya Tuhan. Seharusnya saya diusir oleh Tuhan. Saya sering melakukan kejahatan, tetapi ketika saya datang sama Tuhan ternyata Dia penuh kasih sayang. Dia merangkul saya—saya yang hina, saya yang berdosa, saya yang tidak punya arti apa-apa. Ternyata saya diangkat kembali oleh Tuhan dan Dia tidak perhitungkan segala kesalahan saya.”

“Dia sudah mati buat saya. Dia sudah menggantikan setiap dosa saya. Dia sudah menanggung semuanya itu. Sesungguhnya saya ingin teman-teman saya juga merasakan, karena di dalam kehidupan saya dulu banyak sekali teman-teman saya yang hidupnya sama seperti saya. Banyak sekali mereka yang hidup di dunia malam, hidup di dalam keterikatan narkoba. Saya ingin mereka merasakan (apa yang saya rasakan, red.).”

Tuhan mewujudkan impian Michael. Kini, Michael dan Melky adalah teman satu pelayanan di sebuah gereja.

“Gak nyangka. Dulu kita mau minum satu table (meja, red.), mau narkoba satu alat. Kita juga bisa ketemu, bisa satu pelayanan bareng sama Saudara Michael,” kata Melky.

Michael tetap berteman dengan teman-temannya yang lama karena dia ingin berbagi kasih Tuhan kepada mereka. “Saat ini saya berteman dengan teman-teman saya yang lama. Saya juga inginkan mereka merasakan kasih Tuhan itu. Saya kumpulkan mereka. Saya bawa mereka, saya memberitahukan kebenaran kepada mereka supaya mereka bisa sadar bahwa hidup ini bisa dipulihkan oleh Tuhan.”

Melky mengakui bahwa kini Michael telah berubah. “Dia dipakai Tuhan luar biasa. Dia bisa pelayanan anak-anak malam dan anak-anak jalanan. Di sini saya lihat Tuhan bekerja luar biasa. Apa yang engga mungkin, ternyata mungkin buat Tuhan,” kata Melky.

“Menurut saya, Yesus itu adalah Tuhan dan Raja karena hanya Dia yang bisa mengubah kehidupan saya. Siapapun kita, kalau kita mau berubah, Tuhan Yesus sanggup mengubahkan,” kata Michael mengakhiri kesaksiannya.

 

Sumber Kesaksian:

Michael Alen Ponelo

Sumber : V131104175317
Halaman :
1

Ikuti Kami