Namaku Anneke, aku pernah bekerja di sebuah tempat perjudian sebagai seorang kasir. Awalnya aku kaget melihat teman-temanku yang sering mabuk-mabukkan. Namun demi pergaulan, aku beradaptasi dan ikut minum, merokok dan hobi berbelanja bersama mereka. Akhirnya kebutuhanku semakin meningkat, dan gajiku tidak cukup lagi.
Aku bercerita dengan temanku, dan dia menyarankan untuk meminjam uang dari seorang rentenir dengan bunga 30% perbulan. Awalnya hanya satu juta, namun hanya beberapa hari habis untuk traktir teman-teman. Tak terasa, utangku sudah mencapai 20an juta dalam waktu satu bulan. Aku ceritakan pada suamiku, yang terjadi dia malah marah dan pergi meninggalkanku.
"Kamu kan yang berhutang, ya kamu yang harus bayar dong! Ingat ya, aku ngga akan pernah melunasi hutangmu itu, dan aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini sebelum kamu lunasi hutangmu itu!" demikian ucap suamiku.
Dikejar-kejar debt collector setiap hari, aku pun kabur ke rumah nenekku. Namun mereka berhasil menemukanku juga. Akhirnya aku coba menghadapi mereka dan meminta keringanan, namun mereka tidak bergeming dan mengharuskanku segera membayar hutang. Aku bingung, apa yang harus ku lakukan. Aku coba telephone suamiku, tetapi dia tidak mengangkatnya. Saat itu aku memutuskan untuk berdoa, "Tuhan tolong beri mukjizat, anakku sakit dan aku dikejar debt collector.."
Tuhan menjawab doaku, tanpa disangka suamiku menghubungiku. Ternyata dia baru saja mengikuti acara Pria Sejati dan memutuskan untuk mengambil tanggung jawab sserta membereskan hutang-hutangku. Setelah itu kami pindah rumah, selama setahun kehidupan kami terasa damai dan kondisi ekonomi suami semakin hari semakin baik.
Kemudian aku mulai bergaul dengan tetangga yang baru, ternyata malah memberi pengaruh buruk bagiku. Sering aku pergi dari pagi sampai malam dan menghambur-hamburkan uang. Uang dari suamiku yang sebelumnya cukup, kini kurang. Aku pun kembali meminjam uang, dan dalam satu tahun menumpuk lebih dari 30 juta. Tetanggaku bahkan lapor RT/RW, sehingga akhirnya suamiku tahu.
Aku dan suamiku beradu mulut, ia bahkan pergi dari rumah. Aku memutuskan untuk membereskan masalah dengan menjual barang-barang di rumah, namun itupun tidak bisa menutup hutang-hutangku. Akhirnya aku hanya bisa gali lobang, tutup lobang dengan pinjam sana-sini.
Frustrasi, aku pun lari ke gereja. Aku bercerita pada hamba Tuhan disana, kalau aku terlilit hutang. Ia pun mempertemukan aku dan suamiku, pendeta itu menasihati agar aku menjauhkan diri dari pergaulan yang buruk dan belajar untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada. Akhirnya hari itu suamiku memaafkan aku kembali dan mau untuk bersama membayar hutang-hutangku.
Pelan-pelan aku mengubah diriku, setiap hari aku berdoa dan merenungkan firman Tuhan. Suamiku pun pelan-pelan mencicil semua hutang-hutangku. Ada satu ayat Tuhan berikan dan menjadi pegangan hidupku, Roma 8:28, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
"Tuhan walau seberat apapun dosa yang aku lakukan, sejelek apapun aku selama ini, tapi tetap Tuhan punya janji-janji yang indah bagiku," demikian aku bersyukur.
Kini aku hanya menggunakan uang hanya jika kebutuhannya sangat penting, itupun kulakukan dengan meminta ijin suamiku terlebih dahulu. Jadi bukan lagi keinginan pribadiku lagi. Aku akui bahwa yang kulakukan dulu adalah karena keegoisanku, dan semua itu berdampak buruk bagi saya dan suami juga anakku.
Aku bersyukur karena Tuhan sudah pulihkan aku sehingga bisa menjadi istri dan ibu yang baik bagi keluargaku. Semua ini karena Tuhan, sebab tanpa Tuhan aku tidak bisa jadi seperti sekarang ini.
Kisah nyata ini dituturkan langsung oleh Anneke
Baca juga artikel lainnya :
Kartu Kredit: Berhutang Tanpa Malu-Malu
Kisah Nyata: Pengharapan dalam Keterpurukan Hutang
Melihat dan Melunasi Hutang Secara Alkitabiah
Kartu Kredit Buat Bangkrut Akibat Belanja?Terapkan Ini
Sumber : V130802181830