Bambang dan Maria, pasangan suami istri yang akhirnya dipertemukan oleh Tuhan setelah melewati proses panjang pencarian pasangan hidup dari keduanya. Pertemuan mereka di usia yang tak lagi muda, diawali dengan persoalan kepribadian kedua insan ini. Mereka adalah sosok yang mendapatkan penolakan lingkungan dan tekanan batin keluarga.
Bambang adalah sosok lelaki yang sejak kecil selalu diolok-olok sehingga membentuknya menjadi pribadi yang kurang percaya diri dan kurang pergaulan. Saat beranjak dewasa, ia kerap mengalami penolakan dari perempuan-perempuan yang didekatinya. Ia merasa bahwa penolakan dan kegagalan mendapatkan perempuan yang ia taksir terasa menyakitkan, sehingga pada akhirnya ia beralih untuk mengandalkan paranormal.
“Setiap mendekati perempuan, saya selalu ditolak. Akhirnya saya mencari paranormal, dari ilmu pelet, puasa mutih, puasa mati gending sehari semalam, mutih selama 7 hari, sampai susuk seluruh Jawa Barat sudah saya pelajari. Pengen bukti bahwa saya tuh bisa disukai perempuan,” kata Bambang.
Sedangkan kisah Maria, ia adalah wanita yang selalu dikekang oleh ibunya. Kehidupannya sejak kecil dibawah otoriter sang ibu bahkan hingga masalah percintaannya dengan beberapa lelaki, selalu ditentang oleh ibunya. Hingga ia mengalami tekanan batin dan tak kunjung menemukan jodoh hingga usia yang tak muda lagi, 35 tahun.
“Ada beberapa orang yang naksir saya, cuman sama mama ngak boleh, apalagi beda latar belakang. Maksudnya nanti takut diperkosa katanya. Kalau pergi kemana-mana juga harus diantar, terus segalanya diaturlah sama mama. Jadi hidup saya itu terkekang, ngak pede gitu ya,” jelas Maria.
Bambang yang memilih menggunakan paranormal pun ternyata tidak membuahkan hasil. Sampai kemudian, ia belajar dari berbagai buku psychology tentang “Karakter Pria yang Mampu Memikat Wanita”. Ia pun belajar untuk menjadi laki-laki yang gigih dan pantang menyerah serta harus berani jadi laki-laki.
Ia akhirnya berhasil memikat beberapa perempuan namun sudah bersuami. Beberapa lama menjalin hubungan, ia pun merasakan ketidaknyamanan sebab ia hanya dijadikan sebagai kekasih gelap dari perempuan tersebut. Sementara Maria, kekangan yang dialaminya memberanikan dirinya nekat membohongi ibunya dan tetap menjalin hubungan dengan pria secara sembunyi-sembunyi. Hingga tiba pada saat kebohongan itu pun terbongkar juga, ia semakin merasa tertekan atas perlakuan dari ibunya sampai harus menderita penyakit tekanan batin.
Sementara Bambang, lewat pertemuannya dengan seorang hamba Tuhan, ia kemudian disadarkan bahwa segala usaha yang dilakukan untuk menemukan pasangan hidup hanyalah kesia-siaan belaka. Ia diingatkan agar tidak bersusah hati dalam mendapatkan pasangan hidup. Ia menuturkan, “Itu sangat menyentuh. Akhirnya saya doa: Tuhan saya ngak mau mengandalkan kekuatan saya sendiri. Saya ngak mau mengandalkan pikiran saya sendiri. Saya mau pasrah sama Tuhan.”
Begitu pun Maria, dia putuskan untuk berserah kepada Tuhan. “Saya akhirnya berdoa sama Tuhan. Saya minta pasangan hidup ngak cakep, ngak kaya, yang penting sayang sama saya. Setelah berdoa, saya ada ketenangan,” kata Maria.
Hingga suatu kali, pertemuan yang tidak direncanakan pun terjadi. Mereka saling mengenal hingga menjalinan hubungan. Mereka meyakini bahwa masing-masing adalah jawaban doa yang telah Tuhan sediakan.
“Pertama kali melihat dia itu, saya merasa kangen. Kayaknya Tuhan, dia adalah doa saya gitu,” ujar Bambang. Sedang Maria berkata, “Saya lihat dia baik dan akhirnya saya mau jalan dengan dia.”
Singkat cerita, akhirnya Bambang meminang Maria menjadi istrinya. Bambang mengakui bahwa Maria adalah pelengkap dan penyempurna hidupnya, begitu pun sebaliknya, Maria bersyukur bahwa suaminya mau menerima dia apa adanya. “Saya merasa sempurna dihadapan Tuhan karena saya sudah menemukan pasangan hidup saya,” ujar Bambang.
Ia menyadari lika liku pencarian pasangan hidupnya dahulu lewat upaya-upaya mengandalkan paranormal itu hanyalah kesia-siaan. Ia berpesan bahwa dengan pasrah kepada Tuhan adalah jalan satu-satunya. Hanya Yesus yang menyediakan pasangan hidup yang terbaik. Kini mereka hidup bahagia sebab dapat saling menerima. Pertemuan mereka disyukuri sebagai berkat kasih dan penyertaan Tuhan.
Sumber Kesaksian: Bambang Supriyono & Maria
<embed src="http://www.jawaban.com/news/userfile/videofile/mediaplayer.swf" bgcolor="#FFFFFF" allowfullscreen="true" type="application/x-shockwave-flash" wmode="transparent" width="400" height="309" flashvars="file=http://www.jawaban.com/news/userfile/videofile/25d5fe8f16a1a2e723ea7a493457e81c.flv.xml&caption=false&autostart=false&logo=http://www.jawaban.com/news/logo.png&allowfullscreen=true&backcolor=0xFFFFFF&frontcolor=0x000000&width=400&height=309" width="400" height="309"></embed>