Sejak remaja, Phoebe sudah memiliki benih penyakit kista dalam dirinya. Ia tidak menyangka bahwa hal ini nantinya akan berdampak buruk kepadanya pernikahannya. Setelah menikah, Phoebe dideteksi mengidap kista dan ternyata penyakit ini harus dioperasi. “Kata dokter udah gede kistanya, udah 7,5 jadi harus diangkat” kata Phoebe mengingat masa-masa awal ia memeriksakan penyakitnya ke dokter.
Dengan penuh harapan agar tidak perlu dioperasi, Phoebe dan suami pergi mencari dokter lainnya. “Ternyata ga ada satupun dokter yang bisa nyembuhin, bahkan dokter ahli kandungan juga ga bisa. Dari sembilan dokter yang ditanya, hasilnya tetap sama saya harus segera dioperasi kalau ga akan makin gede.”
Kondisi Phoebe semakin memburuk. Namun, karena ada tekanan harus memiliki keturunan dari sang mertua, ia tetap tidak boleh dioperasi. Kata-kata mertua Phoebe pun sering membuatnya terintimidasi. Ia bahkan sempat merasa khawatir jangan-jangan suaminya juga memikirkan hal yang sama seperti mertuanya. Dalam kesedihannya, Phoebe merasa tidak ada satupun yang mendukung agar ia tetap kuat dalam penyakit yang ia derita.
Di ujung keputusasaannya, Phoebe berdoa berserah. Ia dan suami pun menggiatkan aktivitas doanya. Dalam doanya, Phoebe selalu memperkatakan hal-hal yang menurutnya secara manusiawi tidak akan mungkin terjadi. “Kadang saya bilang : Tuhan terima kasih benih yang Tuhan tanamkan dalam rahim saya, terimakasih buat calon anak yang Tuhan berikan kepada saya.”
Beberapa hari kemudian, tanpa disangka-sangka Phoebe mengalami tanda-tanda wanita yang sedang hamil. Saat dipastikan dengan alat pengetes kehamilan ternyata Phoebe positif hamil. Hans Mendrofa, yang merupakan suami Phoebe, tidak percaya dengan keadaan itu. Ia pun akhirnya meminta Phoebe memeriksakan kondisinya ke rumah sakit.
Saat diperiksa ke dokter, ternyata Phoebe benar positif hamil. Suami Phoebe pun langsung berdoa “Tuhan ampuni saya ga percaya Tuhan, saya berterimakasih Tuhan bisa lakukan mukjizat terhadap kami”. Sejak saat itu, Phoebe merasa sempurna karena bisa memberi keturunan dalam keluarganya. Kebahagiaan keluarga ini pun bertambah saat Phoebe akhirnya melahirkan seorang anak beberapa bulan kemudian.
Namun, belum seumur jagung kebahagiaan itu mereka rasakan, kista dalam rahim Phoebe mengalami infeksi. “Rasa sakitnya itu dua kali lipat dibanding sebelum saya punya anak” Karena sakit tersebut, Phoebe sempat hampir putus asa namun suaminya selalu menguatkannya dengan mengingatkan Phoebe bahwa Tuhan pernah melakukan mukjizat dalam hidup keluarga mereka sebelumnya.
Di suatu malam, Phoebe mengalami sesuatu yang membuatnya semakin takut. Sebuah suara yang sangat menganggu datang dalam kepala Phoebe. “Suaranya audibel banget, katanya gini : kamu udah sekarat gitu ngapain percaya sama Yesus, Tuhan ga bisa buat apa-apa, kamu akan tetap kesakitan” kata Phoebe. Walaupun suara tersebut terus berdengung di telinganya, Phoebe mengaku tetap percaya kepada Yesus.
Diantara hidup dan mati, Phoebe dilarikan ke rumah sakit dan melakukan operasi untuk pengangkatan kistanya. Sebuah pertanyaan muncul dalam benak Phoebe “apakah setelah operasi ini ia bisa punya anak?”
Ternyata Tuhan memberi mukjizat keduanya. Setelah operasi tersebut, Phoebe tetap bisa memiliki anak. “Yesus benar-benar Tuhan yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kehidupan keluarga saya,” kata Hans.
Phoebe takjub karena bisa mendapatkan anak setelah operasi. Ia merasakan Tuhan Yesus sangat luar biasa, dalam hidupnya. “Dalam segala hal yang saya hadapi, Yesus bisa buat keajaiban. Kayaknya ini mukjizat terbesar yang pernah saya dapatkan dalam hidup saya,” ujar Phoebe menutup kesaksiannya.
Baca Juga :
Kisah Nyata Adenan Manurung dalam Ikatan Perjudian
Sumber : V130620172414