Paulus tidak bisa melihat kesusahan orang-orang. Dia meninggalkan kontrak kerja yang berpotensi menghasilkan banyak uang dan malahan melakukan pelayanan untuk para waria. Orangtuanya pun menentang pelayanannya tersebut, karena dia juga perlu memikirkan istrinya, menurut orangtuanya tersebut.
“Mereka jual diri aja di jalanan sebagai waria gitu yaa, penghasilan mereka hanya 20 ribu, 30 ribu.” kata Paulus yang sehari-hari memang fokus melayani para waria tersebut. Untungnya sang istri mendukung semua tindakan Paulus, selama itu memang benar dan memang panggilan Tuhan untuknya.
Akhirnya Paulus keluar kerja demi para waria tersebut. Setelah keluar dari pekerjaannya, Paulus datang pada mereka dan menyatakan keinginannya untuk menolong. Karena tahu yang dibutuhkan para waria ini adalah uang, maka Paulus memulai untuk membuka usaha yang dapat mendatangkan uang, yaitu dengan mendirikan rumah makan.
Pada akhirnya, Paulus meminta dana dari sang ayah dengan mengajukan proposal namun papanya menolak. Namun beberapa referensi dari papanya, Paulus kemudian menghubungi beberapa orang, sayangnya mereka semua menolak.
Suatu hari, seorang waria menyatakan bahwa dia positif menderita HIV. “Kebanyakan waria itu memang terkena HIV,” jelas Paulus. Meskipun begitu, kasih Paulus pada mereka tidak pernah pudar. Dia pun mengajak mereka untuk bergabung dengan rumah makan yang akan dibuatnya tersebut.
Rasa peduli Paulus memang nampak sejak masih muda. Dia pernah melihat orang gila, dia ajak ngobrol orang tersebut dan akhirnya bisa normal kembali. Sayangnya, karena tidak ada yang menampung, orang itu gila kembali. Paulus berkeinginan jika suatu hari punya banyak uang, dia akan bangun klinik agar tidak ada orang lagi yang susah.
Tetap fokus mencari orang yang bersedia memberikan dana, pada akhirnya Paulus dan teman-teman dapat membuka usaha rumah makannya. Mereka mulai berembuk, saling memberi ide, dan belajar sesuatu yang baru dari Paulus. Sayangnya, ternyata mereka menyalahgunakan kepercayaan Paulus. Paulus yang memberikan tempat tinggal untuk mereka, salah satunya malah merampas uang yang tadinya dipakai untuk mendirikan usaha tersebut. Paulus sangat kecewa dan meragukan apakah ini pelayanan yang harus dilakukannya.
“Dalam keputusasaan saya, rasa saya sudah tidak mau ngurusin ini lagi, tiba-tiba ada satu kekuatan yang membuat saya bergairah kembali segala sesuatu untuk menghargai, menolong orang,” ujar Paulus. Hal itu didapatnya setelah melihat waria yang terkena HIV berbaring sekarat dan mengutarakan keinginannya untuk menjadi pria sejati.
“Saya pikir tidak ada yang salah, sama seperti Yesus yang menolong orang, menghargai walaupun tidak ada untungnya. Tapi menurut saya tidak ada yang salah selama semuanya jadi positif.”
“Selain menjangkau waria, dia juga menjangkau anak-anak, bahkan dia mengadopsi salah satu panti asuhan,” ujar sang istri, Nelly. Pada akhirnya, Paulus berhasil mendirikan Rumah Junior, untuk anak-anak yang tersisih.
Pada saat kita siap untuk dipakai Tuhan, maka kita bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekeliling kita. Semuanya karena Yesus sudah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, jadi sudah selayaknya kita pun menunjukkan kasih Yesus kepada dunia.
Sumber Kesaksian :
Paulus Suryadjaya
Sumber : V130305002545