Di dalam masa kecil Hengky Solihin, dia seringkali harus melihat ibunya hanya terima nasib saat sang ayah sibuk bercumbu mesra dengan wanita lain. Pada akhirnya, sang ayah memilih untuk meninggalkan keluarga dan menafkahi wanita yang menggodanya.
Melihat kesedihan sang ibu, kemarahan Hengky tak dapat dibendung lagi. Dia tidak terima apalagi dia tidak pernah merasakan bahagia punya keluarga lengkap. “Hari-hari besar mereka kumpul, dengan anak-anak mereka, dengan keluarga mereka, mereka komplit. Kalau aku nggak, aku selalu berdua sama mama,” cerita Hengky tentang masa lalunya.
Karena itulah, Hengky keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Dengan hidup di jalanan, Hengky dapat melakukan apa saja, mabuk-mabukan sampai memakai obat terlarang. Namun, derita harus ditanggung ibunya. Selain dikhianati suami, dia harus mengurus anak semata wayangnya, Hengky, yang semakin terpuruk dalam dunia narkotika sampai seringkali mengalami kecanduan parah.
Dengan penuh kasih, Hengky dapat merasakan ketika mamanya berusaha membuat dia kembali ke jalan yang benar, mamanya menyiram dia dengan air, semuanya dilakukan agar Hengky sadar.
Di tengah perjuangan itu, mamanya jatuh sakit pada 2003 karena tumor payudara. “Karena aku melihat mama ga tega, ke dokter sendiri, check up sendiri, akhirnya mengalah untuk berhenti sekolah. Dari pengobatannya, sampai buang air besar, aku yang selalu (mengurusnya). Sampai akhirnya dia meninggal di pangkuanku. Nyesel ada, aku minta ampun pada mama, mama pun udah ga ada…” katanya. Di tahun 2006, ayah Hengky pun meninggal, sedangkan Hengky makin terjerumus dalam dunia narkoba.
Suatu hal terjadi ketika ada saudaranya yang menyuruhnya untuk melakukan tes kesehatan karena ternyata Hengky menderita HIV AIDS. Meskipun telah mengetahui penyakitnya itu, Hengky tak jera menggunakan narkoba. Hal ini juga disebabkan karena minimnya pengetahuannya tentang HIV.
Suatu hari di tengah rasa melayangnya karena narkoba, Hengky bermimpi. Dia berjalan berdampingan dengan seorang yang memakai jubah putih. Dibawa-Nya Hengky ke suatu tempat. Di sebelah kanan Hengky melihat banyak orang yang kesakitan menjerit. Hengky langsung tahu apa maksudnya. Ketika dia melihat ke sebelah kiri, ada seorang ibu yang memakai baju yang indah, mirip seperti mamanya, Hengky langsung terbangun.
Hengky berusaha berhenti dari narkoba itu, namun ada dampak yang dia rasakan. Dia tidak bisa makan, ingusan, diare, pusing, dan lain sebagainya. Setiap kali dia merasa sakau, maka setiap kali itu pula dia harus menyebut “Dalam nama Yesus..” sampai pada pertengahan 2007, dia berhasil menghentikan kebiasaan jeleknya itu.
Namun, ada dampak lain yang dirasakannya. Di sekujur tubuhnya timbul jamur. Ternyata itu adalah dampak dari penyakit HIV AIDS yang dideritanya. Satu persatu saudara-saudaranya yang mengidap HIV AIDS meninggal dunia. Itu seperti tragedi yang menghantui Hengky. Penyakit itupun membuatnya tidak konsen bekerja.
Di tengah keputusasaannya, Hengky ingat sebuah kejadian di masa lalunya. Dia teringat mamanya yang sering minta ampun kepada Tuhan karena dosa-dosa yang dilakukan Hengky. “Mama selalu berdoa untuk aku…” kata Hengky. Karena itulah, dia pun berdoa minta ampun kepada Tuhan. Dia tahu dari mamanya bahwa ketika kita meminta ampun, maka Tuhan akan memberikan pengampunan itu.
Di samping itu, Hengky juga meminta kesembuhan dari Tuhan. Namun, di sudut hatinya, hati Hengky masih diliputi kebencian kepada papanya. Hengky mencoba mengikuti sebuah kebaktian. Tapi di saat pendoanya berkata agar dia mengampuni papanya, dengan tegas dia katakan tidak. Sampai Tuhan datang sendiri. Suara-Nya berkata, “Ikutlah Aku, ampuni papamu dan kamu akan terima kelegaan,” kata suara itu di dalam hati Hengky.
Hengky pun berusaha untuk mengampuni papanya dan pada saat itu dia mulai merasakan kelegaan. Dia merasa diubahkan. Sekarang, dia bahkan bisa berkata, “Meski papa nggak ada, aku tetap sayang sama papa.” Suatu perubahan yang luar biasa baginya.
Tidak hanya itu, dalam jangka waktu 2 tahun kemudian, kondisi tubuh Hengky menjadi sehat hampir seperti semula, sebanyak 90%, padahal dokter sudah memvonisnya tidak akan sembuh. Melalui pengalaman hidupnya ini, kemudian Hengky melayani mereka yang juga terkena HIV AIDS. Dia paling mengerti bahwa penderita HIV AIDS tidak perlu ditakuti. Dan semua itu hanya karena karunia Tuhan semata.
Sumber Kesaksian :
Hengky Solihin
Sumber : V120718153643