Saat sedang bersiap untuk menghadiri seminar khusus wanita, Naomi menemukan sesuatu yang akan menggetirkan hatinya.
“Ketika saya mandi pada pagi hari itu saya merasakan kok ada yang aneh di dalam tubuh saya. Saya kaget, saya lihat ada benjolan yang sebelumnya tidak pernah ada benjolan itu. Lalu saya merasa kuatir karena saya pernah dengar dari teman-teman, wanita kalau ada benjolan itu berbahaya dan menakutkan. Pasti itu membawa kepada kematian.”
Hari demi hari Naomi jalani. Namun, benjolan itu semakin membesar sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang teman. “Sebaiknya periksa ke Singapura saat itu. Saya bilang, ‘Bagaimana dengan biaya?’. Teman saya berkata, “Jangan kuatir, semua beban biaya rumah sakit saya yang tanggung,”. Bicara demi bicara akhirnya jadilah ke Malaysia. Dengan perasaan kuatir, takut, was-was, saya berangkat.”
Dorongan dari temannya itu membuat Naomi memberanikan diri untuk pergi ke Malaysia. tes demi tes pun ia jalani, namun ia mendengar hasil yang meruntuhkan seluruh harapan hidupnya. “Dokter katakan, ‘segera Ibu operasi. Jangan tunggu lama-lama lagi karena ini sudah bahaya.”
“Ketika saya tahu bahwa itu di kanker, saya sangat takut, saya sangat takut. Saya melihat selubung kematian sudah di depan saya. Lalu murid saya ini dengan tenangnya dia menenangkan saya. Dia katakan kepada saya, “tenang kak, tanang ada Tuhan Yesus yang menolong kakak. Kakak gak perlu kuatir” .. Saat itu benar-benar saya merasa sangat takut.”
Sepulangnya ke apartemen tempat Naomi dan temannya menginap, ketakukan yang luar biasa menghantui dirinya. Naomi pun nekat melakukan hal yang gila untuk menghilangkan rasa takut akan penyakit kanker yang dideritanya. “Ketika teman saya menonton tv di apartemen, saya keluar. Saya bilang, ‘Tuhan, cabut nyawa saya sekarang, lebih baik saya mati sekarang daripada nanti. Saya malu Tuhan. kenapa kok saya kayak begini. Saya takut Tuhan. Rasanya mau lompat dari apartemen itu. Tetapi, firman Tuhan terngiang di telinga, ‘Saya mengasihimu, anak-Ku. Saya sangat mengasihimu. Jangan takut, Aku selalu ada bersama engkau’ Dan disitu saya tidak jadi lompat, saya langsung masuk kamar.”
Naomi mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Dalam keputusasaannya, Naomi menjerit dan meratapi hidupnya. di saat itulah bayangan akan masa lalunya di putar kembali. “Saya dulu pernah menikah dan saya punya anak umur 3 bulan. ketika itu saya bersukacita dengan anak saya, dengan suami. Dan tiba-tiba saya melihat kok ada yang biru disini, di bayi saya. Saya keget, lalu tiba-tiba kok tambah lama tambah banyak disini, sini, sini. Saya telepon suami saya. lalu dia pulang. Kami ke rumah sakit.“
“Di rumah sakit itu, langsung dokter katakan anak saya menderita kanker darah. Dalam waktu 3 jam, dia meninggal. Aduh saya waktu mengetahui anak saya meninggal, dunia ini seperti terjungkir balik dan kehilangan harapan. Saya merasa separuh jiwa itu saya pergi. Saya merasa, aduh, saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya sering ke kuburan anak saya. Saya nangis, saya nangis di sana. Saya berharap anak saya bisa balik lagi sama saya. Tetapi tidak mungkin, saya memang sangat mengasihani diri saya sendiri.”
Naomi terus bergelut dalam kesedihannya. Namun, ia tak menyadari bahwa sesuatu yang menambah keterpurukannya akan segera terjadi.
“Sampai suatu sore hari, ia tidak pulang. Saya kaget. Ini kok biasanya dia pulang kok kini tidak pulang. Saya telepon ke kantornya, dia tidak ada. Saya telepon ke keluarganya, sudah di-block. Dalam jangka dua bulan, saya kehilangan anak dan suami pun pergi meninggalkan saya. Itu saya sedihnya luar biasa. Saya stres, saya depresi. beberapa bulan saya tidak bisa tidur. Saya nonton televisi, liat anak kecil digendong ibunya, saya nangis, saya nangis. Saya juga lihat ada keluarga bahagia, saya suka nangis, ‘Tuhan, kok dia bisa bahagia, saya tidak.’ Saya merasa hidup saya kosong. Gak ada lagi canda tawa, gak ada lagi tangisan anak, gak ada lagi yang membuat saya bahagia. Sakit hati, kepahitan itu saya bawa. Saya merasakan kebencian yang sangat dalam.”
Tayangan akan masa lalunya tersebut mulai membuat hati Naomi gelisah.
“Tuhan ampuni saya kalau saya mempunyai pikiran seperti itu. Ampun Tuhan, ampun Tuhan. Lalu saya bilang, ‘Saya pasrah kepada-Mu Tuhan, saya serahkan semua kepada-Mu. Saya tahu Engkau satu-satunya Allah yang tidak pernah tinggalkan saya. Manusia silahkan tinggalkan saya, bahkan orang yang terdekat dengan saya sekalipun, silahkan tinggalkan saya. Tuhan saya mau sembuh Tuhan. Saya tidak mau sakit seperti ini Tuhan, saya mau sembuh Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan, saya mau melepaskan semua masa lalu saya. saya mengampuni, saya mengampuni, sungguh-sungguh dari hati terdalam, saya mengampuni mantan suami saya dan saya percaya Tuhan saya pasti sembuh Tuhan. Mampukan saya untuk saya bisa melewati semua ini.’
Dengan kepasrahannya, Naomi memberanikan diri kembali ke Indonesia untuk menjalani operasi. Detik demi detik terasa mencekam saat ia membayangkan dinginnya meja operasi. “Itu malam-malam saya tidak bisa tidur. Saya sangat, sangat, dan sangat ketakutan. Ketakutan yang tidak bisa saya hadapi. seolah-olah pintu maut itu sudah terbuka buat saya. Dan saya katakan, ‘Tuhan mau apa dalam hidup saya. Melalui peristiwa ini, Tuhan mau apa dalam hidup saya. Saya tidak kuat Tuhan,”
Keesokan harinya, Naomi menjalani operasi. Dalam ketidaksadarannya, ia dibawa ke dalam sebuah mimpi. “Tuhan menggendong saya. Dia memberikan gendongan yang tidak pernah saya rasakan. Disitu ada ular, kalajengking mau mencaplok saya, mau menggigit saya. Harimau, binatang-binatang buas mau menghantam saya, tetapi gada dan tongkat Tuhan memukul ular dan kalajengking itu. Tiba waktunya saya dibawa oleh Tuhan ke atas bukit, disitu padang rumput yang begitu indah dan saya tetap dalam gendongan Tuhan.”
Mimpi yang Naomi alami membuatnya yakin ia akan sembuh. Sampai akhirnya, sebuah suara membangunkan Naomi. “Saya katakan, ‘Tuhan, terima kasih karena telah menolong saya. Saya percaya Tuhan telah memberikan kekuatan ekstra buat saya.”
Dengan penuh harapan, Naomi menunggu hasil operasi. Dukungan dari teman-temannya semakin meyakinkannya akan kesembuhan. “Waktu dengar dokter mengatakan, ’Ibu, puji Tuhan ibu, cancer-nya itu tidak sampai ke getah bening. Saya merasa sukacita, kakak saya peluk saya, menangis dengan sejadi-jadinya.”
"Tuhan Yesus, Engkau sungguh baik, Engkau teramat baik, Engkau sungguh ajaib, karya-Mu luar biasa. Engkau Allah tidak pernah terlambat menolong aku Tuhan. Engkau, Allah yang begitu indah di dalam hidupku. Pertolongan-Nya begitu besar yang Tuhan telah berikan yang membuat saya selamat, yang membuat saya bersukacita. Membuat saya bisa hidup kembali, itu semua pertolongan Tuhan yang luar biasa.”
Mujizat besar telah Naomi alami dalam hidupnya. Ia akhirnya sembuh dari kanker payudara Stadium 3 yang hampir merenggut hidupnya. Kini ia menjalani hari-harinya dengan penuh kebahagiaan.
“Karena saya tahu, Tuhan Yesus telah menebus saya. Sudah membuat saya berharga, saya menjadi wanita yang utuh. Tuhan katakan, ‘Naomi, walaupun anggota tubuhmu kurang satu, yaitu payudaramu hilang satu, kamu tetap utuh dan kamu sebagai wanita yang KU-banggakan,” ujar Naomi menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 9 Maret 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber Kesaksian:
Naomi Lethara
Sumber : V100721114251