Si Lumpuh yang bermimpi jadi Pelari Wanita Tercepat di Bumi

Kata Alkitab / 20 February 2014

Kalangan Sendiri

Si Lumpuh yang bermimpi jadi Pelari Wanita Tercepat di Bumi

eva Official Writer
11041

Wilma Rudolph dilahirkan dari sebuah keluarga miskin di Tennesse, Amerika Serikat. Di usianya yang ke 4, dia diserang beberapa jenis penyakit, yaitu radang pada saluran pernapasan dan demam berdarah, sebuah kombinasi yang mematikan. Ia juga lumpuh karena penyakit polio yang dideritanya. Karena itu, ia harus menggunakan alat penyangga bagi tubuhnya dan dokter mengatakan bahwa ia tidak akan pernah bisa menginjak atau berjalan dengan kedua kakinya. Namun ibunya terus memberinya dorongan dan semangat. Ia mengatakan kepada Wilma bahwa Tuhan telah memberinya segala kemampuan, ketekunan, daya juang, dan iman untuk melakukan dan mencapai apapun yang ia inginkan.

Tanpa disangka Wilma lalu berkata; “Saya ingin menjadi pelari wanita tercepat di Bumi ini.”

Diusianya yang ke 9, ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nasihat dokter, ia melepaskan alat penyangga tubuhnya dan mulai mencoba melangkah, sesuatu yang menurut dokter  tidak akan pernah bisa dilakukannya.

Di usianya yang ke 13, ia memutuskan untuk mengikuti sebuah lomba lari. Hasilnya, ia berada pada urutan yang paling akhir dari semua peserta lomba. Tidak merasa putus asa, ia mendaftarkan diri untuk lomba yang kedua, ketiga, keempat dengan hasil yang tetap sama, ia berada pada urutan paling akhir dari semua peserta lomba.

Dengan optimisme dan semangat juang yang tidak mengenal menyerah, ia mengikuti lomba lari yang kelima dan hasilnya ia berhasil menjadi pemenang, suatu prestasi yang luar biasa.

Diusianya yang ke 15 ia masuk Tennesse State University dan bertemu dengan seorang pelatih yang bernama Ed Temple. Wilma berkata kepada Ed Temple bahwa ia ingin menjadi pelari tercepat di dunia. Melalui proses yang panjang, Wilma terpilih menjadi salah satu anggota tim olimpiade, suatu ajang pertemuan para atlet terbaik dunia. Wilma ditempatkan bersama pelari wanita lain yang belum pernah terkalahkan. Ia bernama Jutta Heine.

Lomba pertama yang diikutinya adalah 100 meter lomba lari putri. Di situ secara mengejutkan ia masuk babak final dan untuk pertama kali ia mengalahkan Jutta Heinne. Ia menerima medali emas pertamanya di arena olimpiade. Pada lomba 200 meter putri, ia kembali mengalahkan Jutta Heinne untuk kedua kalinya dan mendapatkan medali emasnya yang kedua.

Lomba berikutnya 400 meter estafet putri. Dalam lomba estafet, pelari tercepat selalu ditempatkan pada lap terakhir, Wilma dan Jutta Heine sama-sama berperan sebagai jangkar pada tim masing-masing. Ketika tiba giliran Wilma menerima tongkat estafet, tongkat terlepas dari tangannya dan jatuh. Pada saat yang sama Jutta Heine telah melejit ke depan. Wilma mengambil tongkat yangt jatuh dan berlari bagaikan angin, dan untuk ketiga kalinya ia mengalahkan Jutta Heine, musuh bebuyutannya. Wilma dan timnya memenangkan medali emas dan itu menjadi medali emas ketiga baginya. Ia menciptakan sejarah, wanita yang tadinya lumpuh menjadi wanita tercepat di bumi pada olimpiade tahun 1960.

Mungkin banyak orang akan menyerah dan menyalahkan faktor nasib ketika mereka berada dalam posisi Wilma. Namun, Wilma tidak demikian. Dia tidak sedikit pun mengizinkan kesulitan menghalanginya dalam meraih impiannya. Fisiknya memang lumpuh, tetapi dia tidak mengizinkan kelumpuhan fisik melumpuhkan pikirannya. Kemerdekaan yang paling hakiki dari manusia tidak terletak pada keadaan fisik semata, namun pada pikirannya.

 

 

Sumber : Success in Life Through Positive Words - Alexander Paulus
Halaman :
1

Ikuti Kami