Suatu hari seorang jurnalis muda mewawancari sepasang suami-istri yang sudah lama menikah dan berusia lanjut.
“Mengapa sampai di usia pernikahan 50 tahun, bapak dan ibu tetap bersama-sama?,” tanya sang jurnalis muda.
Sang bapak pun menengok ke arah ibu dan berkata, “Alasannya cuma satu. Saya selalu mengingat komitmen pernikahan yang telah saya ucapkan di hadapan Tuhan dan jemaat sehingga setiap kali kami mengalami peristiwa yang berat, saya menetapkan hati saya untuk tidak mau berhenti mencintai istri saya,”
Meski kisah kasih suami-istri diatas tidak dapat menggambarkan betapa sempurnanya kasih Allah kepada manusia, tetapi kira-kira itulah gambaran cinta-Nya pada kita. Di saat kita mengecewakan hati-Nya, Dia tetap mencurahkan berkat-berkatNya.
Kasih-Nya tidak akan pernah berhenti mengalir meski Anda berteriak meminta-Nya agar jangan mengasihi Anda. Ini adalah janji-Nya dari ribuan tahun yang lalu, janji yang diucapkan kepada nenek moyang Anda dan saya. Janji-Nya yang pada akhirnya harus mengirimkan Yesus ke dunia untuk mati dan bangkit pada hari ketiga supaya jembatan hubungan yang sempat terputus antara Allah Bapa dengan manusia berdosa kembali dapat tersambung lagi.
Oleh karena itu, berhenti untuk menolak kasih-Nya. Terima lah itu hari ini dan katakan, “Terima kasih ya Allah buat kasih-Mu yang besar untukku”.
Baca juga :
Kisah Nyata Suami yang Senang Menyakiti Hati Istrinya
Forum JC : Ide Untuk Pertemuan JCers Berikutnya
3 Tips Hadapi Putus Cinta Secara Kristiani
Solusi Sehat Pasca Menderita Tifus
Daily Devotional, Kamis (18/1) : Tunggu Sampai Akhir
Sumber : Jawaban.com / bm